--- track 13
---
---
Tidak banyak yang perlu disiapkan untuk acara besok. Pernikahannya kali ini hendaknya diadakan sesederhana mungkin, hanya dihadiri keluarga dan kerabat terdekat, serta beberapa teman dan kolega bisnisnya.
Walau begitu Jongsuk dan Rachel saat ini tengah berada di perjalanan menuju gereja yang akan dijadikan tempat mengikat janji suci mereka besok, walau tidak banyak yang dipersiapkan, setidaknya mereka ingin memastikan semuanya berjalan baik sampai saat ini.
"Rachel.."
Yang disebut namanya menoleh, "Ya?"
"Selama ini kita sudah saling berjanji bukan? Untuk tidak sungkan mengungkapkan apa yang kita suka dan apa yang kita tidak suka."
"Hm..? Iya.."
"Besok kita akan resmi menikah, jadi sebelum waktu itu tiba, aku ingin memastikan saja agar tidak ada yang saling memendam perasaan tak nyaman di antara kita."
"Apa yang kamu maksud soal aku yang tanpa sengaja membahas tentang mendingan istrimu?"
"Rachel, kamu melakukannya berkali-kali, dan aku rasa itu bukan suatu ketidaksengajaan, itu kebiasaan, kebiasaan buruk."
"Aku rasa aku tidak membahasnya setiap saat juga kan? Dan ku rasa.. aku selalu membahasnya selalu pada situasi yang tepat, seperti tadi malam contohnya, lagipula memang kenyataan bukan, bahwa Minho sangat mirip dengan ibunya? Memangnya ada apa? Apa yang membuat kamu selalu begini setiap aku membahas mendiang istrimu? Apa sebenarnya ada sesuatu yang kamu sembunyikan?"
"Rachel, kamu tak perlu memikirkan tentang itu, berhenti membahas tentang itu, maka masalahnya selesai, itu maksudku, semudah itu."
Tanpa Jongsuk sadari, sedari tadi wanita yang duduk di sampingnya itu sudah mengepalkan tangan di balik tas jinjingnya. Pun ketika ia menghentikan laju mobilnya dan memutuskan turun untuk membeli beberapa minuman dingin di sebuah minimarket, Rachel yang memilih tetap di mobil hanya menatap tajam punggung pria itu.
"Lakukan sesukamu, sampai aku menghancurkan semuanya."
---
---
---
"Sialan!!"
Entah ini sudah kekalahan yang keberapa kalinya, tapi setelahnya Juyeon memutuskan berhenti bermain dan melempar kesal headphonenya ke monitor komputer. Bagaimana ia bisa bermain dengan baik jika pikirannya dipenuhi kecamuk masalah pernikahan ayahnya besok.
Demi apapun, Juyeon benar-benar tidak ingin ayahnya menikah dengan Rachel. Wanita itu jelas-jelas telah memalsukan identitasnya, namun sayangnya Juyeon tidak punya cukup bukti untuk meyakinkan ayahnya, karena ia yakin wanita itu pasti punya seribu cara untuk mengelak dan ayahnya memang lebih percaya dengan Rachel.
Juyeon menghembus kesal teringat akan kedatangannya kemarin ke kediaman Chan. Jika saja Chan tak menolaknya untuk bersaksi atau memberikan informasi lebih lengkap tentang Rachel yang asli, Juyeon mungkin bisa sedikit menemukan titik terang.
Atau—
Apa perlu ia memberi tahu Minho tentang ini?
Soal Minho, sudah sejak belasan menit yang lalu pemuda itu nampak berguling-guling tak jelas di atas tempat tidurnya.
Puas berguling-guling hingga berakhir pusing sendiri, ia akhirnya berbaring seraya menatapi langit-langit kamarnya.
Jemari lentiknya perlahan bergerak mengelus lembut mantel berbahan halus yang kini tengah dikenakannya. Ya, itu adalah mantel coklat pemberian Chan. Ia nampak sudah berpakaian rapi sedari tadi, berencana pergi untuk mencari kado pernikahan ayahnya besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
P.O.U (playlist of us) | Banginho✔
Narrativa generaleChan dengan karakternya yang dingin dan tegas harus menerima kenyataan jika Minho dengan segala masalah yang dibawanya perlahan-lahan masuk dan menjadi bagian dari kehidupannya. Namun, perlahan ia menyadari, semua tentang Minho tak selamanya buruk...