--- track 11
---
---
Sialnya, hal itu benar-benar berhasil mengganggu pikiran Chan.
Apa yang sebenarnya Yena rencanakan?
Di satu sisi Chan khawatir jika itu adalah sesuatu yang buruk dan akan membahayakan Minho. Tapi di sisi lain, ia penasaran setengah mati. Apa hubungannya keluarga Lee dengan kematian mendiang istrinya, Sana?
Chan sesungguhnya membenarkan apa yang Yena katakan. Kecelakaan itu memang terasa sangat janggal. Waktu itu saat dirinya masih terbaring di rumah sakit pasca kecelakaan, Yena datang mengunjunginya dan mengatakan seseorang telah bersaksi bahwa truk yang menabrak ia dan Sana telah berada di dekat persimpangan itu jauh sebelum waktu kejadian. Tapi kesaksian itu tak cukup kuat untuk dijadikan bukti bahwa kecelakaan itu disengaja karena pengemudi truk yang merupakan kunci utama dari kasus kecelakaan itu telah meninggal sehari setelah kejadian.
Chan berada pada titik terendahnya saat itu. Ia hanya punya Felix —adik sepupunya— dan Jillian yang membantu merawatnya hingga ia pulih. Ia jelas tahu Yena marah padanya karena saat itu dirinya tak berusaha untuk melakukan apa-apa. Tak berusaha mencari tahu kebenarannya dan melepaskan kepergian Sana begitu saja.
Walau nyatanya, kepergian istri dan calon anaknya tentu juga bukan hal yang mudah bagi Chan sendiri. Hanya saja ia sadar, waktu tak bisa diputar mundur. Sekalipun ia menghabiskan seluruh sisa hidupnya untuk mencari pembuktian dan pembenaran, Sana dan calon anaknya tak akan pernah kembali.
Penyelidikan terhadap kasus kecelakaan itu ditutup 2 minggu setelah hari kejadian. Tidak ada cukup bukti bahwa kecelakaan itu berencana, kesaksian yang lemah, dan supir truk yang meninggal sehari setelah kecelakaan membuat kasus itu bagaikan lorong gelap yang tak berujung. Tidak ada titik terang.
Hingga akhirnya pernyataan resmi bahwa kejadian itu adalah murni kecelakaan menjadi penutup dari kasus itu.
Dua hari setelah pulang dari rumah sakit, Chan memutuskan mengunjungi rumah ibu mertuanya yang hanya tinggal berdua dengan Yena —adik iparnya—. Namun sesampainya di sana yang ia temukan hanya sebuah rumah yang sudah kosong, dan tak ada yang tahu ke mana mereka pergi. Mungkin bisa dibilang itulah awal mula kebencian Yena pada Chan.
Chan tak masalah, orang-orang tak akan pernah tahu bagaimana ia hancur dari dalam. Mereka hanya tahu sisi luarnya yang nampak begitu santai, tenang, dan baik-baik saja. Sebulan pasca kecelakaan Chan bahkan sudah kembali bekerja. Melakukan kesehariannya seperti biasa, seakan memang tak pernah terjadi apa-apa.
Lamunan panjang Chan tiba-tiba terhenti saat sebuah ketukan dari pintu ruangannya menggema.
"Masuk."
Rupanya itu Ryujin, wanita berambut sebahu itu nampak menyembulkan kepala dari balik pintu.
"Maaf, pak. Meetingnya dimulai 20 menit lagi. Apa ada yang perlu saya siapkan lagi?"
"Tidak ada. Saya akan segera ke sana. Terima kasih."
---
---
---
Satu persatu karyawannya lebih dulu ia persilahkan meninggalkan ruangan begitu rapat selesai. Chan memang tak pernah meninggalkan berkas-berkasnya untuk dibereskan oleh orang lain, ia lebih suka melakukannya sendiri.
Sejenak menyandarkan tubuhnya di kursi dan memejamkan mata. Berusaha menjernihkan pikirannya yang kembali diganggu oleh ingatan masa lalunya. Beruntungnya getaran dari ponselnya yang sedari tadi tergeletak di atas meja berhasil mengalihkan perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
P.O.U (playlist of us) | Banginho✔
Ficção GeralChan dengan karakternya yang dingin dan tegas harus menerima kenyataan jika Minho dengan segala masalah yang dibawanya perlahan-lahan masuk dan menjadi bagian dari kehidupannya. Namun, perlahan ia menyadari, semua tentang Minho tak selamanya buruk...