track 15 | Had my faith...

838 178 25
                                    

--- track 15

---

---

Jika boleh jujur, Minju sebenarnya tak pernah peduli dengan omongan dan pandangan orang-orang tentang pernikahannya yang gagal sekitar sebulan lalu. Apalagi setelah ia sadar mantan kekasihnya itu memang benar-benar hanya seorang laki-laki brengsek.

Faktanya, ayah dan ibunya lah yang menganggap hal itu sebagai aib keluarga. Maka sebagai anak yang baik, Minju tentu tak punya pilihan untuk menolak ketika orang tuanya memutuskan untuk menjodohkan dirinya dengan anak teman mereka, dengan tujuan agar ia segera mendapat pengganti dan mengubur aib itu sebagai masa lalu belaka.

Namun ajaibnya, sekarang Minju justru berbalik berharap perjodohan ini bisa berakhir baik. Jika ditanya apa ia menyukai Minho? Jawabannya iya. Namun jika ditanya apa ia mencintai laki-laki itu? Minju akan menjawab belum, atau mungkin 'akan, tapi aku tidak mau terburu-buru'.

Tentu saja kegagalan yang pernah dialaminya sedikit banyak memberinya pelajaran : jangan terlalu mudah percaya.

Hari ini, pagi-pagi sekali gadis itu nampak sudah bangun dan mengobrak-abrik isi lemarinya. Mencari sekiranya manakah gaun yang akan ia kenakan ke acara pernikahan ayah Minho nanti. Lalu di tengah kegiatannya, matanya tiba-tiba tertuju pada satu helai syal yang menggantung di hanger samping meja rias.

Ya, itu adalah syal yang dibelikan Minho kemarin untuknya.

Minju tersenyum lalu berjalan mendekat untuk mengambil syal itu, total mengabaikan gaun-gaun yang terhampar berserakan di lantai kamarnya. Membawa syal itu menuju tempat tidurnya lalu dengan sambil tertawa kecil ia melilitkan fabrik rajutan itu pada leher boneka teddy besar kesayangannya.

"Hey." Minju nampak menarik nafas dalam sejenak.

"Jujur, aku bakal seneng banget kalau perjodohan kita nanti berakhir baik, aku sebenernya pengen berharap lebih sama kamu, tapi aku terlalu takut, takut kalau kenyataan gak berjalan sesuai keinginanku. Dan lagipula aku juga udah janji gak bakal maksa kamu buat nerima aku, kan?"

Tangannya bergerak mengelus kepala boneka teddynya, kembali tersenyum walau kali ini nampak tipis, membayangkan jika bonekanya kini benar-benar orang yang sedang ia ajak bicara.

"Setidaknya aku pengen jadi temen kamu, selamanya."

---

---

---

Yang pertama kali Minho dengar ketika kesadarannya mulai terkumpul adalah suara berisik kain gorden yang terkibar ditiup angin dari pintu balkon yang tidak tertutup rapat.

Ia mencoba mendudukkan dirinya lebih dulu walau kepalanya terasa sedikit pusing, menangkap pemandangan kamarnya yang berantakan dengan sebotol minuman beralkohol, dua buah gelas kecil, dan dua buah mug kopi yang tergeletak asal di atas karpet.

Ini buruk sekali.

Di hari pernikahan ayahnya ia malah minum-minum dan berakhir mabuk? Entahlah, Minho rasa ia tidak mabuk lalu berhalusinasi. Ia hanya minum sedikit lalu tertidur dan bermimpi jika ia telah berciuman dengan Chan.

Gila, ia rasa ia benar-benar sudah gila.

Minho memaksa untuk bangkit, bangun dari kasurnya, berjalan menuju pintu balkon dan menutupnya segera. Pemuda itu melirik Chan yang nampak masih tertidur di kasurnya lalu bergerak memukul-mukul kepalanya kecil seraya terus menggumam 'gila'.

Apa ciuman itu benar-benar hanya mimpi?

Jika benar, Minho bersumpah tidak boleh ada satu orang pun yang tahu tentang mimpi memalukan itu, atau ia harus menanggung malu seumur hidupnya.

P.O.U (playlist of us) | Banginho✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang