"Jika bagimu mengurusi hidup orang itu penting, maka bagiku mengurusi hidup sendiri saja masih susah! "
"Layaaaaa!!!!!!! " Suara lantang sang mama yang memekik melihat tingkah putrinya.
Laya segera bangkit dari tempat ternyamannya. Menemui sumber suara, menuruni anak tangga dengan jalan gontai dan nampak tidak mempunyai semangat hidup lagi. Kini Laya telah berhadapan dengan mamanya.
"Ini belikan sayur" Sembari memberikan uang kepada Laya.
"Panas! " Laya langsung memalingkan wajahnya dan hendak menaiki tangga lagi sebelum mamanya berkata lagi.
"Jika kau tidak mau! Maka uang jajanmu mama potong! " Mendengar ancaman mamanya, Laya berbalik mengambil uang di tangan mamanya dan langsung pergi ke warung dekat rumahnya.
Laya sangat tidak suka keramaian, jika mamanya menyuruhnya untuk berbelanja Laya pasti akan menuju warung kecil yang sepi pembeli. Seperti warung yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya ini, Laya sudah sangat akrab dengan pemilik warung karena setiap mamanya menyuruhnya untuk membeli keperluan pastinya Laya membeli di warung ini.
"Pasti mau beli sayur ya neng" Ucap sang nenek yang sedang menjaga warung. Namanya adalah Nek Sani, meskipun umurnya yang sudak sangat tua tetapi Nek Sani sangat giat dan berusaha untuk mencari nafkah. Mempunyai anak satu satunya yang saat ini sudah menikah dan memilih merantau ke kota meninggalkan Nek Sani. Laya adalah satu satunya pelanggan Nek Sani, bahkan sering kali Laya membantu Nek Sani berjualan meskipun kadang Laya merasa pusing ketika melihat keramaian.
"Iya nek, Laya cari bayam dan terong ya nek" Nek Sani mengangguk mengerti dan langsung menyiapkan pesanan Laya.
Laya duduk di sandaran kursi kayu yang terlihat sudah sangat rapuh, sebentar lagi juga akan patah dan rusak. Tidak lama seorang pemuda sarkas datang ke warung Nek Sani. Pemuda itu mengobrak abrik warung Nek Sani. Melihat kejadian tersebut Laya langsung sigap dan memukul pemuda tersebut. Pemuda itu menoleh melihat Laya yang berdiri kaku di hadapannya.
"Mau apa lo! " Sahut pemuda tersebut.
Laya memang sangat anti melihat kekacauan jika ia melihat semua ini kepalanya pasti akan berdenyut dan merasakan ada kabut di sekelilingnya. Namun dengan napas yang terengah engah Laya tetap kuat dan berusaha untuk memulihkan keadaannya.
"L-Lo ga berhak mengacak acak warung orang! " Dengan menunjuk pemuda tersebut.
"Hahahahhaahahahah"
Terdengar suara gelak tawa orang ramai yang sepertinya suara suara itu adalah suara tema teman atau geng dari pemuda ini. Laya tidak melihat jelas siapa pemuda yang saat ini ada di hadapannya, pandangannya sangat berkabut dan Laya memilih untuk segera pergi meninggalkan warung.
"Neng! " Nek Sani terus memanggil Laya namun Laya tak menggubrisnya sama sekali. Kepalanya begitu penat, penglihatannya telah berkabut.
***
Laya memasuki rumahnya, tanpa mendengarkan omelan mamanya ia langsung menaiki tangga dan menuju kamarnya. Laya duduk di meja belajarnya yang saat ini menghadap ke luar jendela. Di pandanginya langit yang begitu cerah dengan penglihatannya yang sudah sedikit membaik. Entah mengapa jika dirinya berada di keramaian rasanya seperti sangat penat. Bahkan kepalanya bisa pusing seketika.

KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT (End)
Teen FictionSiapa bilang seorang introvert akan terus menjadi pribadi yang suka dengan kesendirian, keheningan dan merasa dirinya penat dengan keramaian? Seorang introvert juga bisa menjadi seorang extrovert. Laya sendiri telah membuktikannya! Dari kecil diri...