"Mau tau caranya hidup bahagia? Simpel, hidup bareng gue! "
Sudut bibir Laya terangkat melihat pemandangan yang indah nan elok yang kini sedang dia perhatikan. Keadaan kacau pada dirinya lenyap ketika melihat permadani danau yang sunyi dan tenang. Menampakkan pantulan bulan purnama yang begitu indah membawa ketenangan. Semua pikiran, kenangan, masalah yang bertubi-tubi mengganggunya kian melenyap begitu melihat betapa menabjubkannya permadani ini.
Rafky yang merasa telah berhasil membawa Laya larut ke dalam ketenangan dan kenyamanan. Rafky memperhatikan Laya terus menerus, menatap manik matanya yang begitu indah. Rambutnya yang berterbangan di tiup angin. Wajah putih yang bersinar di bawah rembulan. Rafky mulai sedikit mendekatkan dirinya, menyentuh pundak Laya.
"Ada apa? "
"Gak papa, gue seneng aja bisa liat lo tersenyum gini terus"
Laya tidak membalas, dirinya hanya menerbitkan seulas senyum yang dapat membuat hati Rafky semakin gundah gulana. Jantungnya berdebar sangat keras, begitupun tubuhnya yang mulai kaku. Ini kali pertama Laya memberikan senyum tulusnya untuk dirinya.
Perjuangannya tidak sia-sia setelah Rafky ber jam-jam menunggu Laya di depan pagar rumahnya sambil membawa banyak kacang kulit untuk cemilannya menunggu Laya. Rafky ingin sekali membawa Laya ketempat ini, namun karena kejutekan Laya membuat Rafky tidak berani bertanya kepada Laya apakah Laya mau diajaknya pergi.
Akhirnya dengan perjuangannya yang menunggu sangat lama hingga larut seperti ini. Jakarta yang awalnya ramai kini kian menyepi. Pukul 11 malam akhirnya Laya mengiyakan ajakannya, dengan satu syarat Rafky tidak akan lagi melakukan hal yang membuat orang-orang kalau merasa dirinya orang gila. Karena sejak pulang sekolah Rafky telah menunggu Laya di depan rumahnya, sambil membawa gitarnya menyanyikan lagu-lagu yang membuat tetangga Laya merasa terganggu. Akhirnya karena Laya merasa kasihan, dia pun memilih untuk mengalah. Mengiyakan kemauan Rafky.
"Indah bukan? "
Laya mengangguk "Iya indah"
"Bagaimana? Masalah lo masih melekat di kepala? "
"Maksud lo? "
"Iya masalah tadi pagi"
"Hmmm... Sudah enggak. Thanks ya"
"Lo mau tau gak caranya hidup bahagia? "
"Apa? "
"Simpel sih. Hidup bareng gue"
Seketika Laya merasakan ada sesuatu yang menjalar ke tubuhnya. Sebuah kenyamanan, sebuah kehangatan yang telah lama hilang. Tubuhnya kaku membeku, tidak bisa berkata lagi maupun membalas perkataan Rafky. Biasanya Laya bisa saja memiliki akal untuk membalas perkataannya lalu menohoknya. Tetapi kali ini Rafky benar-benar berbeda. Dia penuh perhatian, bahkan dia rela selarut ini mengajak Laya pergi ke tempat yang tidak terduga. Biasanya ketika orang-orang pacaran, jika pacarnya ngambek pasti saja akan mengajak pacarnya ke mall atau tempat-tempat yang mewah sekalipun. Tidak dengan Rafky, dia sukarela meluangkan waktunya bahkan hingga berjam-jam demi menunggu seorang Laya dan mengajaknya ke sebuah danau. Melihat pemandangan bulan purnama yang memantulkan cahayanya ke danau.
"Apa bisa menjamin hidup bareng lo akan bahagia? "
Rafky berdecak "Gue yakin. Karena siapapun yang berani membuat masalah ke cewe gue, maka dia juga udah buat masalah ke gue! "

KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT (End)
Teen FictionSiapa bilang seorang introvert akan terus menjadi pribadi yang suka dengan kesendirian, keheningan dan merasa dirinya penat dengan keramaian? Seorang introvert juga bisa menjadi seorang extrovert. Laya sendiri telah membuktikannya! Dari kecil diri...