Kertas-kertas serta alat tulis berserakan di meja putih minimalisnya. Meskipun sahabat-sahabatnya nampak tak setuju dengan idenya, ia tetap teguh pada keputusannya.Kian dirinya tengah bergelut asik dengan kerjaan dadakan yang menghampirinya. Tak disangka, sebanyak 20 orang berminat menggunakan jasanya dalam hitungan satu jam semenjak ia membuka jasa tersebut. Kemungkinan alasan terbesarnya adalah biaya yang ia tawarkan tergolong rendah dari harga pasaran.
Cahaya terang dari lampu meja belajarnya membantu menyinari aktifitasnya. Dengan kedua earphone melekat di telinganya membuatnya semakin larut dalam pekerjaannya. Tak sadar bila sedari tadi ketiga sahabatnya sudah berdiri tepat di belakangnya. Tengah memperhatikannya tak habis pikir.
Haechan menurunkan tubuhnya. Entah apa yang ada dipikiran anak itu, ia merangkak perlahan kebawah meja. Jarinya meraih kabel hitam yang tersambung pada aliran listrik di dinding.
klik
"eh?"
Renjun dibuat tersentak sebab kamarnya yang mendadak gelap gurita. Dengan segera ia meraih saklar lampu kamarnya yang belum sempat ia nyalakan sebelumnya.
"hai"
"AAKHH!- HAECHAN JENO JAEMIN!"
Renjun melompat, terkejut mendapati ketiga oknum itu telah berdiri tepat dihadapannya sesaat setelah lampu menyala. Ia mengusap dadanya pelan, untuk sekedar menenangkan degup jantungnya. Berbanding terbalik dengan Haechan yang tengah tertawa jahil.
"Renjunku kaget! Lu sih Chan! Utututu sini sayangnya Jaemin" ucap Jaemin mendekap Renjun dengan nada manjanya. Renjun yang mengerti pun turut membalas Jaemin dengan cara yang serupa. Bertujuan untuk membalas Haechan. Dan sepertinya rencananya pun berhasil, karena kini raut wajah Haechan mulai menyerngit tak suka.
"Pacaran? ckck" Lanjut Haechan mengundang kekehan kecil dari ketiganya.
"Kalo ngerjain tugas jangan lampu meja doang yang nyala, nanti lama-lama pusing" sela Jeno menasihati Renjun. Membuatnya hanya bisa tersenyum kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Berapa banyak lagi?" tanya Haechan, teringat akan setumpuk kertas yang tergeletak di meja belajar Renjun.
"Oh.. Itu baru seperempat" jawab Renjun begitu santai.
Seketika Haechan tertegun. Ia menatap setumpuk kertas tersebut tak percaya. Sudah sebanyak itu namun baru berjalan seperempatnya?
"Lo beneran minta gue sentil ya Njun?" Ujar Haechan tak menyangka. Dibalas dengan senyuman polos sang empu, tak bersalah.
"Ya maaf.. Tau sendiri gue gak bisa diem bentar"
"Udah ya abis ini gak ada lagi beginian" lanjut Haechan.
"Kok gitu.." Renjun mengukir lengkungan kecewa di bibirnya.
"Lo gak inget apa kata dokter? Lo gak boleh capek-capek Njun.." sahut Jeno membantu penuturan Haechan.
"Gini doang mah kan ga bikin capek" balas Renjun masih tak terima dirinya dilarang untuk melakukan hal ini.
"Yakin? Udah berapa lama lu ngerjainnya? Udah berjam-jam tapi masih segini aja kan? Ujung-ujungnya harus bergadang, kurang tidur, kecapean, terus?
Kalo lu drop gimana Ren?" Ucap Jaemin sukses membuat Renjun bungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother || Renjun x Doyoung ft. NCT Dream 00L
Fanfiction[END] Cerita ini sederhana. Tapi ku yakin setelah kamu membacanya, kamu akan berharap memiliki kakak seperti Kak Doyoung. Kalian boleh iri denganku, tetapi kumohon jangan membenci dan mencoba mengubah kenyataannya. Karena.. Itu begitu menyakitkan...