[30] 𝒯𝒽𝑒 𝐸𝓃𝒹

8.3K 1K 116
                                    

Aku gak pernah nagih soal ini, tapi.. Sebagai tanda apresiasi kepadaku, yuk bantu vote! Yang silent reader pun yuk sekali ini aja vote untuk last chapternya! hihi terima kasih, selamat membaca~









Seoul, 25 Maret 2026.
13:16 KST.

Sebuah sedan hitam menghentikan putaran rodanya tepat di sebuah parkiran luas. Salah seorang dari penumpang itu turun dan segera membentangkan payung hitamnya tepat di sisi pintu penumpang belakang, menyambut sang majikan.

"Sudah saya bilang, kamu gak perlu perlakuin saya seperti itu" ujar sosok lainnya yang baru saja turun sembari menutup payung itu dengan senyuman tulusnya.

"Maaf tuan, saya terbiasa dengan majikan saya sebelumnya"

Sosok yang kerap dipanggil majikan itu tersenyum simpul, sembari memasukan kedua tangannya pada saku celananya.

"Lain kali jangan lupa ya? Kalau sekarang kamu kerja sama saya bukan seperti hubungan antara pelayan dan majikan. Tapi sebagai teman saya" ujarnya kemudian melangkahkan tungkainya memasuki gerbang putih kecil dihadapannya.

Lahan yang luas dipenuhi rerumputan hijau yang tertanam rapih menjadikan tempat itu terlihat begitu asri. Sangat nyaman untuk dijadikan tempat peristirahatan terakhir seseorang. Pernyataan itu merupakan satu-satunya alasan mengapa dirinya menginjakkan kakinya pada tempat ini.

Dilangkahkan tungkainya damai, menelusuri setiap nama pada sebuah batu yang terletak elegan diatas gundukan-gundukan rumput itu. Tidak, dia tidak lupa akan tempat dimana sosok yang ia rindukan itu beristirahat. Hanya saja, ia ingin mendoakan setiap nyawa yang telah meregang disana dengan baik dan benar seiringan dengan tubuhnya yang melewati beberapa batu nisan itu.

Ia membelokan tungkainya pada sebuah celah pejalan kaki yang terletak tepat di tengah kawasan pemakaman itu. Senyumannya semakin mengembang mendapati ketiga nama dari sosok yang telah lama ia rindukan.

"Selamat sore papa, mama dan kesayangan kakak, Renjun.." ujarnya sembari menurunkan tinggi badannya agar sejajar. Satu persatu buket bunga lily yang telah ia siapkan diletakkan rapih didepan batu nisan itu. Tak lupa diletakannya sebuah gumpalan kapas yang terbalut kain lembut membentuk kudanil putih di depan nama sang adik.

"Tadi di jalan kakak ketemu toko boneka.. Kakak jadi inget kita pernah ributin ini yang kata kamu lucu padahal jelek.. Sampai sekarang kakak liatin emang masih jelek sih.. Tapi dulu kamu suka banget.. sekarang udah bulat 5 tahun kamu pergi, masih suka gak ya sama ini?" ucapnya bermonolog, sembari mengelus pelan batu dihadapannya seakan tengah mengelus rambut sang adik. 

Doyoung tersenyum manis, ukiran senyum itu masih tampak begitu sama seperti dahulu. Bahkan kini terasa jauh lebih tulus.

"Renjun liat deh, kakak udah keren kan sekarang? Sesuai sama janji kakak dulu sama Renjun. Kalau Renjun disana gimana? Punya kakak yang lebih sayang dari pada Kak Doyoung gak? Kayaknya gak mungkin deh? Kan gak ada yang bisa ngalahin kakak" kekehnya.

Netranya ia pindahkan pada dua batu yang berjejer tepat di samping sang adik. Senyuman itu tiada hentinya lepas dari bibirnya.

"Pa, ma. Makasih ya udah samperin kakak lewat mimpi. Meski cuman bentar, kakak tetep bersyukur bisa liat senyum kalian lagi. Oh ya, pesan papa dan mama di mimpi itu udah Doyoung tuntaskan loh pa, ma. Berkat kalian, sekarang Doyoung bisa nge re-branding lagi perusahaan Kim Corps"

Doyoung tak kuasa menahan senyumnya yang terus mengembang. Ia masih terus mengingat bagaimana kedua orangtuanya hadir dalam mimpinya untuk memberikannya pertolongan. Pertolongan berupa pesan bahwa keduanya tak pernah berurusan dengan perusahaan Jepang itu. 

Hutang-hutang yang berawal dari suatu perjanjian palsu itu berhasil menipunya. Semua yang dilontarkan mereka pada hari itu adalah sebuah omong kosong. Lantaran, yang berhasil merenggut harta keluarga Kim bukanlah pemilik perusahaan ternama di Jepang. Melainkan sebuah kelompok mafia yang menyamar menjadi seseorang yang 'penting' dan berhasil menipu kedua saudara kandung tersebut yang tengah larut dalam duka pada kala itu.

"Kasusnya udah ditutup bulan lalu pa, ma. Pelakunya sudah ditangkap semua dan dinyatakan dipenjara seumur hidup. Semua aset kita kembali lagi ke kita" Lanjutnya.

"Tapi kenapa ya semua ini gak terungkap lebih cepat? Andai Doyoung gak bodoh waktu itu pasti sekarang Renjun masih ada disisi Doyoung kan pa, ma?"

Runtuh sudah pertahanannya. Tekadnya yang tak ingin meneteskan air matanya kembali ia langgar. Seharusnya hari ini menjadi hari untuknya merayakan perihal perusahaan yang telah dirintis kedua orang tuanya kembali ke tangannya, serta nama baik kedua orangtuanya dan dirinya yang mulai membaik. Namun lihatlah sekarang ia justru kembali larut dalam kesedihan.

Dengan cepat, Doyoung menghapus butiran kristal yang terus bertambah. Menepis kesedihan itu untuk segera menimpahnya kembali dengan senyuman manisnya.

"Maaf Doyoung nangis depan kalian bertiga.. Ah malu.." ujarnya tertawa renyah.

Drttt

Drtt

Notifikasi pada ponselnya berhasil membuatnya tersentak.

Tak terasa, satu jam telah berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak terasa, satu jam telah berlalu. Membuat Doyoung menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia baru saja melupakan fakta bahwa ia sudah berstatus menjadi direktur utama di perusahaan besar.

"Mm.. Pa, Ma, Renjun? Maaf kakak harus pergi sekarang, nanti kakak balik lagi dan cerita lebih banyak lagi yaa!"

Doyoung segera bangkit dari posisi duduknya yang berlutut. Melangkahkan tungkainya kembali kepada gerbang depan yang akan mengantarkannya pada parkiran luas tadi.

"Kim Doyoung?"

Suara wanita yang mendadak memenuhi gendang telinganya berhasil merenggut atensinya. Ia menoleh pada sumber suara untuk mendapati wajah yang tak lagi asing baginya. Wajah yang begitu ia ingat, pelaku yang menjatuhkannya pada lubang sesat.

"Wah.. Kamu makin tampan ya?" ujar wanita itu membuat Doyoung terkekeh sinis sembari menatapnya penuh jijik.

"Ini kartu nama saya, disimpan ya siapa tau butuh"

Wanita itu menyodorkan selembar kertas bertuliskan namanya, disertai lambang perusahaan yang bergerak di bidang transportasi. Namun, netra Doyoung menangkap hal lain. Keterangan di bawah nama wanita itu membuatnya tersenyum licik.

"Perusahaanmu?" Tanya Doyoung memastikan.

Wanita itu pun hanya tersenyum sembari bergerak memamerkan aksesoris emas yang ia kenakan. Seakan menjawab 'iya' dengan cara yang tak biasa. Pergerakan darinya sukses membuat Doyoung terkekeh sinis penuh penilaian.

"Jungwoo!" panggil Doyoung sedikit berteriak pada sekretarisnya yang sedari tadi setia berdiri di sisi gerbang.

"Ya Tuan?"

"Tarik semua aset Kim Corps dari perusahaan bajingan ini."




-THE END-

jangan pergi dulu, ada spoiler untuk cerita baruku di next chapter >.<

Brother || Renjun x Doyoung ft. NCT Dream 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang