"Kalau begini caranya, posisi kamu sebagai ketua osis sekaligus penerima beasiswa bisa terancam, Doyoung."Doyoung membulatkan kedua matanya sempurna.
"Jangan pak! Saya benar-benar butuh beasiswa itu.."
Pak Leeteuk lagi-lagi hanya bisa menghela nafas pasrah.
"Saya tidak melarang kamu untuk bekerja karena itu adalah hak kamu. Tapi seharusnya kamu sadar akan kewajiban kamu disini sebelum mutusin untuk bekerja. Kamu harus bisa membagi waktu antara pekerjaan dengan sekolah agar tidak keteter seperti ini. Kalau bukan dari kamu sendiri, mau siapa yang lakuin? Saya tidak bisa bantu apa-apa lagi."
"Dor!"
Untuk kesekian kalinya begitu banyak orang yang membuat detak jantungnya berdegup kencang hari ini.
"Bengong terus yaa! Kemasukan aja baru tau rasa"
Doyoung memutar bola matanya malas. Jika di sekolah yang biasa menganggunya adalah Jaehyun, di tempat kerjanya adalah sosok Taeyong. Teman baru sepantarannya.
"Omongan tuh doa, mau?"
"Ya gak lah! Mikirin apa si lo?"
Doyoung terdiam dan memutuskan untuk melanjutkan acara menyuci piringnya sembari memikirkan jawaban apa yang cocok untuknya berbohong.
"Bukan apa-apa, kecapean doang paling" jawabnya.
"Yee.. Makanya banyak istirahat, inget tubuh lo bukan robot yang bisa diforsir semaunya" ujar Taeyong.
"Iya bawel"
Taeyong tersenyum dan menepuk pundak Doyoung pelan.
"Gua tau lu boong. Kalo butuh cerita, gua selalu ada kok, semangat bro" Ucap Taeyong berbisik sebelum akhirnya pergi meninggalkan dapur untuk kembali melayani para pelanggan.
Membiarkan Doyoung terdiam kaku sebelum akhirnya tersenyum. Sedikit terdapat rasa bahagia bahwa ada seseorang disekitarnya yang peka.
Hari sudah semakin malam, tepat jam 9 malam akhirnya restoran daging itu mengunci pintunya. Melarang para pelanggan untuk datang. Sudah waktunya para pekerja pulang untuk beristirahat.
"Kakak pulang!"
Teriak Doyoung selangkah setelah dirinya menginjakan kaki di apartemen kecil itu.
Ceklek
Munculah sosok mungil nan manis tersenyum lebar dari balik pintu kamarnya.
"Nih kakak bawa makanan, dikasih Bu Yoona pemilik restoran"
Doyoung menyodorkan sekantung plastik sedang berisi-kan makanan tersebut. Dengan senang hati Renjun pun mengambilnya dan segera menyiapkan santapan malam mereka.
"Capek ya kak?" Tanya Renjun disela acara makan mereka.
"Huh? Enggak kok biasa ajaa" jawab Doyoung penuh percaya diri.
"Itu buktinya mata kakak udah kayak panda" ucap Renjun sembari menunjuk kearah kantung mata Doyoung.
"Ah ini mah kena asap keseringan manggang daging kali makanya ikut gosong"
Doyoung tertawa renyah yang sama sekali tak disahut oleh adiknya. Renjun masih memandangnya penuh selidik.
"Ah iya besok kamu kakak antar check up ya" ucap Doyoung mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
Namun, mendengar kata check up hanya membuat Renjun mengingat kembali pada perkataan kakak-kakak kelasnya siang tadi. Renjun terdiam sejenak, merenungi segala beban pikiran yang ada dikepalanya.
"Kak, Renjun bisanya cuman ngerepotin ya? Renjun beban buat kakak ya?"
Doyoung menghentikan pergerakan tangannya yang hendak memasuki sesuap nasi ke dalam mulutnya. Kalimat tak biasa dari Renjun berhasil membuatnya tersentak. Ia menatap Renjun mencoba memberikan senyuman terbaiknya.
"Kamu kok ngomongnya gitu?"
"Kakak harus nyari uang sendirian buat biaya pengobatan sama kebutuhan aku. Kakak juga rela ngorbanin pendidikan kakak sampe keteter. Kakak jadi kecapean dan gak mentingin diri sendiri. Kakak selalu nyembunyiin masalah biar aku gak kepikiran. Iya kan kak? Kakak susah karena Renjun.."
Dengan sendirinya, seluruh bagian tubuhnya terasa menegang. Bersusah payah menahan agar buliran bening itu tak terjatuh bebas diatas wajahnya. Doyoung menarik sang adik kedalam pelukannya yang hangat.
"Enggak Njun, gak sama sekali"
"Renjun gak bisa bantuin kakak, kerjaannya bikin kakak repot sama khawatir terus. Kapan Renjun bisa hidup normal kayak yang lain? Tanpa harus bolak balik rs"
Di titik ini, Doyoung sudah tak kuasa menahan air matanya. Air matanya dibiarkan terjun bebas menuruni pipinya beriringan dengan bibirnya yang bungkam tak tahu harus menjawab apa. Hatinya seolah tercabik-cabik sejuta kali.
"Maafin Renjun ya kak.."
Doyoung menggeleng sedih menanggapi ucapan Renjun. Ditangkupnya kedua pipi adiknya untuk ia pandang dengan lamat.
"Kamu adik kakak dan akan selalu menjadi adik kesayangan satu-satunya kakak. Uang bisa dicari dengan usaha, tapi Renjun gak bisa dicari kemanapun, diujung dunia sekalipun. Kakak akan selalu berjuang untuk kamu. Kamu juga jangan khawatir, kakak bisa jaga diri buat Renjunnya kakak. Kebahagiaan Renjun kebahagiaan kakak juga"
Setetes air mata pun ikut menetes dari balik kelopak mata Renjun. Betapa berterima kasihnya ia kepada Tuhan karena telah diberikan sesosok kakak seperti Doyoung.
Dalam hati Doyoung berkali-kali merasa iba pada sang adik. Satu-satunya alasan betapa sayangnya dia pada Renjun adalah ini. Renjun berbeda. Ia ingin merangkul Renjun agar ia tak merasa buruk. Sebisa mungkin ia memberikan kasih sayang padanya melebihi ia menyayangi dirinya. Karena ia tahu, sesaat setelah Renjun terlahir, Renjun harus menanggung sesuatu yang tak semua orang punya seumur hidupnya. Jika Renjun memiliki sebuah kekurangan. Maka Ia ingin memberikan suatu kelebihan untuknya.
"Kamu mungkin kehilangan dua malaikat dihidup kamu.. Tapi inget, masih ada satu lagi disini yang selalu ada buat kamu, kapanpun, dimanapun"
Tangisan Renjun pecah. Ia merasa sangat bersalah kepada Doyoung. Doyoung adalah sosok kakak bagaikan pahlawan untuknya. Ia sungguh menyayangi Doyoung. Sangat menyayanginya hingga lengannya yang melingkar pada pinggang Doyoung semakin ia pererat. Tak mau melepasnya sedikitpun. Seakan tak rela membiarkan Doyoung pergi darinya kapanpun. Tak akan lagi ada yang boleh pergi meninggalkan sisinya. Cukup kedua orangtuanya pergi meninggalkannya bagaikan hembusan angin.
Malam itu berlalu dengan sebuah pelukan hangat ditemani cairan-cairan bening yang berlomba-lomba untuk menampakkan dirinya. Tangis pilu dan haru menyatu menjadi suatu kesatuan. Bahkan semesta dapat merasakan apa yang dirasakan kedua saudara kandung tersebut. Hingga langit pun ikut menunjukan tangisannya dalam bentuk tetesan hujan yang deras. Sangat deras hingga menutupi isakan tangis kakak beradik itu.
TBC.
Next (23/02/21)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother || Renjun x Doyoung ft. NCT Dream 00L
Fanfic[END] Cerita ini sederhana. Tapi ku yakin setelah kamu membacanya, kamu akan berharap memiliki kakak seperti Kak Doyoung. Kalian boleh iri denganku, tetapi kumohon jangan membenci dan mencoba mengubah kenyataannya. Karena.. Itu begitu menyakitkan...