Hari sudah siang. Tak terasa jarum panjang yang melekat di dinding telah menunjukan angka 12. Terhitung sudah 3 jam setelah insiden yang menimpah Renjun."Doyoung, kamu masuk kelas saja. Renjun ibu yang jaga" ujar salah satu wanita berjas putih di dalam ruang kesehatan itu.
"Nggak usah makasih bu. Saya aja yang jagain Renjun sampai bangun" jawab Doyoung yang sedari tadi setia menatap wajah sang adik penuh kasih sayang.
Pergerakan kecil dari ekor mata Doyoung membuatnya tersadar bahwa ketiga teman Renjun masih setia menunggu disana bersamanya. Ia sangat amat bersyukur Renjun diberikan sahabat-sahabat seperti mereka. Yang selalu ada untuk Renjun.
"Kalian ke kelas gih. Udah ketinggalan 2 mata pelajaran loh. Gak takut dihukum?" Doyoung membuka suara.
"Nggak kak. Mau tungguin Renjun sampai bangun aja" Jawab Jeno.
"Udah gak usah.. Nanti kalau kalian gak ada yang ikut kelas terus gak ada yang punya catatan gimana? Masa berempat mau ketinggalan pelajaran? Nanti siapa dong yang ajarin Renjun?"
Ketiganya pun menatap satu sama lain. Tidka bisa dipungkiri bahwa apa yang di ucapkan Doyoung benar.
"Iya ya kak.. Ya udah kalau gitu Haechan, Jeno, Jaemin pamit ke kelas dulu ya kak" jawab Haechan.
"Iya, makasih ya udah mau jagain Renjun" ucap Doyoung sembari tersenyum.
"Itu udah kewajiban kita sebagai sahabat kok kak hehe. Permisi kak, titip salam buat Renjun" Jeno.
Doyoung pun mengangguk dan ketiganya segera meninggalkan ruang kesehatan. Sesungguhnya alasan utamanya hanya tak ingin merepotkan ketiganya, ia juga paham bahwa Renjun tak akan senang bila mereka harus tertinggal pelajaran hanya untuknya. Mau tak mau ia harus mencari alasan lain yang ampuh untuk mereka. Beruntungnya ucapannya dapat diterima mereka dengan baik.
"Liat tuh dek. Temen-temen kamu baik-baik banget. Kakak jadi iri kan. Kalo udah seger, cepet bangun ya Njun. Tidurnya lanjut dirumah aja. Emang enak di UKS?"
Ajaibnya setelah Doyoung mengucapkan kalimat itu, terlihat pergerakan dari Renjun. Dengan perlahan kedua kelopak mata Renjun pun terbuka.
"K-kak.."
"Iya Njun, kakak disini. Gimana, udah meningan?"
Renjun tersenyum dan kemudian mengangguk sebagai jawabannya.
"Nih minum dulu ya"
Doyoung mengambil sebutir pil penambah darah untuk dikonsumsi Renjun. Jangan lupakan seberapa banyak darah yang terpaksa mengalir keluar dari tubuh Renjun beberapa jam yang lalu. Doyoung pun membantu Renjun untuk duduk perlahan agar ia dapat menelan pilnya dengan baik.
"Lagi minumnya?"
"Ngak kak cukup"
Doyoung kemudian merapihkan beberapa barang sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah.
"Udah mau pulang?"
"Udah kak"
Doyoung tersenyum dan segera membantu sang adik turun dari ranjang itu. Untungnya, tas dan barang barang milik keduanya telah diambilkan oleh Jaehyun, sahabat Doyoung.
Doyoung menuntun Renjun selama perjalanan menuju mobil. Sebab kondisi Renjun masih lemah dan belum bisa berjalan dengan kuat.
-
Sang mentari kian telah kembali menyembunyikan diri dibalik langit malam. Renjun tengah terduduk manis di sofa ruang tamu lengkap dengan selang infus di tangan kirinya. Untuk informasi tambahan, kedua orangtuanya selalu sedia infus di rumah dengan alasan berjaga-jaga. Tetapi yang paling sering menggunakannya tak lain adalah Renjun. Bahkan jumlah pemakaian Doyoung serta kedua orangtuanya masih bisa dihitung jari berapa kali mereka menggunakannya. Tidak dengan Renjun, ia tergolong sering menggunakannya untuk meningkatkan kembali staminanya. Stamina yang sering berkurang karena tingkat kecerobohannya yang begitu tinggi berujung kejadian seperti ini sering terulang. Terutama pada saat dirinya masih duduk di bangku SD.
Kondisi Renjun sudah jauh membaik. Wajahnya tak lagi pucat, dirinya pun sudah memiliki energi kembali meskipun belum sepenuhnya. Setidaknya ia sudah bisa melakukan aktifitasnya sendiri. Doyoung menghampiri sang adik dan kemudian terduduk diatas sofa empuk itu.
"Udah mau cerita?" Sudah menjadi kebiasaan Doyoung untuk memastikan kondisi Renjun kembali stabil sebelum akhirnya menuntut penjelasan.
Tanpa merasa terbebani, Renjun pun mengangguk bersedia menceritakan yang sebenarnya.
"Tadi Renjun gak ikut olahraga kok kak. Aku kan lagi mau buang sampah terus tiba-tiba bola yang dipake yang lain nyasar ke arah Njun. Aku kedorong terus jatoh kena gesek kerikil di bawah.." Jelas Renjun.
"...."
Doyoung terdiam tak merespon apapun.
"Kakak marah ya?"
"Ha? Nggak kok.. Bingung aja kakak harus ngapain lagi buat jagain kamu.. Pindahin sekolah, udah.. Larang ikut aktifitas fisik juga udah.. Tapi masih kejadian lagi kayak gini.." Doyoung menunduk lesuh.
"Maafin Renjun ya kak.."
Seketika Doyoung kembali mendongakan kepalanya.
"Loh kok minta maaf? Ini sama sekali bukan salah kamu. Justru ini salah kakak yang gabisa jagain kamu. Kakak belum bisa jadi kakak yang baik-"
"Shh, Renjun gak suka kalau Kak Doyoung udah ngucap kalimat itu. Aku malah makin ngerasa bersalah, kak. Dimata aku, kakak udah menjadi kakak terbaik buat Renjun. Gak ada yang bisa gantiin Kak Doyoung kapan pun. Titik. Gak pake koma."
Renjun menarik Doyoung ke dalam dekapannya. Ia memeluk sang kakak begitu erat segan untuk melepasnya.
"Kamu tau gak kakak sayang banget sama Njun? Sayaaang banget sampe berani ngelakuin apa aja buat Njun?"
Air mata pun mulai menggenang di kelopak mata Renjun. Ia terlalu lemah untuk dihadapi situasi seperti ini. Ia sangat mencintai Doyoung lebih dari dirinya sendiri. Ia sangat bersyukur karena memiliki kakak seperti sosok Doyoung.
"Renjun juga sayang banget sama kakak"
Malam itu cukup menjadi malam yang terisi oleh tangis haru. Ditambah, percakapan singkat itu disaksikan oleh kedua orang tua mereka yang baru saja pulang dari pekerjaannya. Berakhir keempatnya berpelukan bagaikan kartun teletabis. Memberikan kasih sayang yang begitu besar terhadap satu sama lain.
Mereka adalah sebuah keluarga kecil yang sangat amat harmonis. Banyak orang merasa iri pada hubungan mereka semua yang begitu erat. Tak sedikit keluarga kecil diluar sana bercita-cita membangun hubungan seperti mereka.
Tapi apakah kalian tahu patah hati terbesar yang sesungguhnya? Disaat kalian tahu bahwa kita tidak berhak menghendaki kebahagiaan itu untuk bertahan selamanya. Akan tiba suatu saat, dimana kebahagiaan itu harus dihancurkan oleh suatu perpisahan.
TBC.
Next : (07/02/21)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother || Renjun x Doyoung ft. NCT Dream 00L
Fanfic[END] Cerita ini sederhana. Tapi ku yakin setelah kamu membacanya, kamu akan berharap memiliki kakak seperti Kak Doyoung. Kalian boleh iri denganku, tetapi kumohon jangan membenci dan mencoba mengubah kenyataannya. Karena.. Itu begitu menyakitkan...