Kejutan mendadak siang ini berhasil membuat hatinya terasa hancur bagaikan butiran kerikil. Sesosok yang sangat berharga untuknya terpampang jelas menjadi berita panas di sekolahnya."Demi uang, ketua osis Neo Culture Private High School bermalam dengan wanita asing"
Sebesar apapun upayanya untuk melupakan, headline pada artikel tersebut enggan untuk berhenti menghantuinya.
"Maafin kakak Njun... Maaf.."
Doyoung mengenggam lengannya erat. Ia terpaku diam. Larut dalam isakan tangisnya yang kian menghiasi wajahnya penuh dengan cairan bening.
"Kak.. Renjun butuh waktu sendiri" ucapnya lemah.
"Tapi-"
"Renjun mohon kak, kasih Renjun ketenangan untuk sendiri.."
Renjun melepaskan genggaman erat itu dari lengannya, menatap sendu binar Doyoung. Pikirannya masih kalut dalam perasaan yang tak karuan. Ia pikir inilah puncak dari segala pengorbanan Doyoung. Hanya karenanya seorang diri membuat kehidupan satu-satunya Doyoung hancur. Melihatnya justru membuat Renjun semakin bersalah serta kecewa pada dirinya sendiri yang terlahir menjadi beban untuk semua orang.
Ia tahu betapa besarnya cinta kasih Doyoung padanya, begitupun dengannya kepada Doyoung. Tetapi rasa kekecewaan serta keterkejutannya ini melebihi segalanya. Ia tak punya pilihan lain selain menenangkan dirinya untuk sementara.
Renjun melangkahkan tungkainya lesu. Dengan pikiran yang tak stabil membuatnya tak peduli pada keadaan sekitar. Pendengaran yang terblokir, serta penglihatan yang memburam, sebagai dampak dari buliran airmata yang menghalanginya. Ia mempercayakan penuh tungkainya untuk menuntunnya pada sebuah tempat yang sekiranya dapat membuatnya tenang.
Tanpa mengetahui, keinginannya terwujud detik itu juga.
BRAKKK
Tubuhnya seketika terasa begitu ringan.
Bagaikan angin yang menghembusnya pergi. Ke tempat yang ia harapkan, yang penuh dengan ketenangan melebihi apapun yang ada di dunia.
Tak ada yang bisa ia rasakan. Seluruh otot penunjang tubuhnya seakan mati. Bumi terasa berputar hebat. Membuatnya tergeletak pasrah tanpa bisa melakukan apa-apa selain menatap pemandangan indah diatasnya.
Penglihatan Renjun semakin memburam. Kelopak matanya terasa sangat berat memaksanya untuk terpejam. Tetapi, sebisa mungkin ia berusaha untuk melawan kehendak tubuhnya.
Gumpalan kapas diatas sana terlihat sangat indah. Membuatnya teringat pada sang pencipta. Menelisik cantiknya perpaduan warna langit putih dan biru. Dihiasi oleh makhluk kecil yang terbang kesana kemari.
"Apakah ini saatnya ku terbang bebas seperti mereka?" Batinnya sebelum dirasakannya tubuhnya terguncangkan oleh seseorang.
"Renjun! Hiks"
Terdengar samar-samar suara familiar di dekatnya.
Doyoung mendekap tubuh Renjun. Berteriak histeris dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya. Kedua tangan Doyoung kini dipenuhi cairan merah hingga turut menodai seragamnya.
"Tolong! Panggil ambulans tolong!" ucapnya bergetar pada segerombolan orang yang mulai berdatangan.
Ingin rasanya Doyoung membentak mendapati seluruh insan yang ada disana mempergunakan ponselnya untuk merekam, bukan untuk memanggil pertolongan. Darah yang terus mengalir membuat Doyoung semakin kalut. Sembari terus berupaya menghapus cairan merah yang menutupi wajah sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother || Renjun x Doyoung ft. NCT Dream 00L
Fanfiction[END] Cerita ini sederhana. Tapi ku yakin setelah kamu membacanya, kamu akan berharap memiliki kakak seperti Kak Doyoung. Kalian boleh iri denganku, tetapi kumohon jangan membenci dan mencoba mengubah kenyataannya. Karena.. Itu begitu menyakitkan...