sesuai permintaan, special double update hari ini!Malam sebelumnya berhasil ia lewati meskipun berkali-kali harus melawan kegelisahan yang tiada hentinya. Memikirkan perihal nomor sialan yang tak dikenali. Hampir membuat dirinya tetap terjaga semalaman. Meskipun pada akhirnya berhasil terlelap saat jarum jam menunjukan angka 3.
Renjun sudah kembali berada di tempat yang sudah menjadi rumah keduanya. Tak lain dari sekolah, tempatnya menuntut ilmu. Ditemani ketiga sahabatnya yang tengah menikmati waktu istirahatnya dengan berduduk santai di kelas yang saat ini kosong. Seluruh murid kelasnya memutuskan untuk menghabiskan waktu luangnya diluar kelas.
"Perpus skuy?" Ajak Jaemin menepis kegabutan.
"Mau ngapain?" tanya Jeno dengan raut wajah bingungnya.
"Mau masak"
"Hah?"
"Ya mau minjem buku jir" lanjut Jaemin terkesan sarkas.
"Yeeee. Abisnya lu bukannya gak demen baca buku?"
"Gaktau lagi kepengen aja"
Jeno mengangguk mengerti dan segera menyutujui permintaan Jaemin.
"Kalian duluan ya tar gua nyusul, gua harus ke ruang guru dulu mau laporan absen" sahut Renjun yang tengah sibuk bergelut dengan beberapa lembaran kertas.
Memang, seharusnya mengabsen murid adalah tugas seorang wali kelas. Tetapi karena tadi pagi beliau berhalangan membuat Renjun diunjuk untuk mewakilinya.
"Gue temenin yaa?" ucap Haechan menawarkan diri.
"Ngak usah Chan"
"Njun..."
Renjun tahu apa maksud dari Haechan yang seakan memaksa untuk ikut menemani. Ia masih ingat betul dengan kejadian kala itu.
"Gak bakal kenapa-napa percaya" ucap Renjun memastikan.
Haechan menghela nafasnya. Dengan mudahnya, ia mengambil ponsel milik Renjun dan segera mengotak-atik isi dari ponsel itu. Sementara Renjun, ia sudah tak peduli dengan tingkah Haechan yang mungkin dibenci beberapa orang karena itu adalah sebuah privasi. Tapi menurut Renjun, ia yakin Haechan tahu batas apa yang tidak seharusnya ia lewati jika menyangkut hal seperti ini.
"Kalo ada apa-apa, nih tinggal pencet angka dua"
ujar Haechan mengembalikan ponsel tersebut kembali pada sang majikan. Renjun dibuat tersenyum karena rupanya Haechan menambahkan nomor teleponnya sebagai panggilan darurat.
"Tadinya mau angka satu sih biar keren. Tapi ternyata Kak Doyoung udah duluan" ujar Haechan dengan raut wajah kecewa.
"Hahaha kayak gatau aja Kak Doyoung gimana, pasti udah duluan laahh" sahut Jeno.
Renjun tersenyum sebagai tanda terima kasihnya pada Haechan. Ia tak tahu bagaimana lagi menunjukan betapa besar rasa terima kasihnya terhadap ketiga sahabatnya ini. Tanpa mereka, Renjun tak bisa membayangkan kehidupannya akan sehampa apa.
-
Renjun berjalan menyusuri gedung besar itu dengan tenang. Sebuah file berwarna hitam setia melekat di dalam pelukannya. Sembari menikmati lantunan musik dari dalam earphonenya. Ia melangkahkan tungkainya damai menuju ruangan yang menjadi sasarannya sejak beberapa saat yang lalu.
Nyiitt
"Ah.."
Renjun memegang kepalanya yang mendadak nyeri. Telinganya berdengung membuatnya sedikit gontai. Disentuhnya dinding putih disisi kirinya untuk membantunya tetap menopang tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother || Renjun x Doyoung ft. NCT Dream 00L
Fanfic[END] Cerita ini sederhana. Tapi ku yakin setelah kamu membacanya, kamu akan berharap memiliki kakak seperti Kak Doyoung. Kalian boleh iri denganku, tetapi kumohon jangan membenci dan mencoba mengubah kenyataannya. Karena.. Itu begitu menyakitkan...