[1] 𝐿𝑒𝓉'𝓈 𝒮𝓉𝒶𝓇𝓉

14.1K 1.7K 44
                                    



Jika kalian diberi perintah untuk membayangkan suasana pagi di sebuah rumah dengan keluarga yang harmonis, apa yang akan kalian pikirkan?

Suara burung berkicau, berpadunya suara alat-alat dapur, wangi harum lezat di tengah ruang makan dan juga obrolan hangat yang berpadu dengan suara gesekan piring dengan sendok garpu. Ya. Benar sekali, seperti inilah kira-kira visualisasi situasi di rumah keluarga kecil ini.

"Ma, Pa"

Dua panggilan singkat mendadak dilontarkan si bungsu.

"Iya sayang?" Seperti biasa, jawab kedua orangtuanya dengan senyuman yang tulus setiap saatnya.

"Umm.. Hari ini.."

Ada sedikit keraguan di hatinya untuk melanjutkan kalimatnya. Mengenggam erat sendoknya serta menggigit tipis bibir manisnya.

"Kenapa sih dek? Kok ragu gitu"

Entah Renjun harus berterima kasih memiliki kakak yang sangat peka atau justru kebalikannya karena kepekaan itu terkadang membuatnya kelabakan.

"Hari ini.. Renjun wajib ikut olahraga buat ambil nilai.. Kalau nggak, Njun gak naik kelas"

Seketika seluruh penghuni meja makan itu menghentikan acara mengoyak makanan dalam mulutnya.

"Emang harus dek?" Tanya sang kakak.

"Iya kak.. Selama Renjun masuk sekolah ini, Renjun gak pernah ikut pelajaran olahraga. Kalo di sekolah sebelumnya kan boleh izin, tapi disini peraturannya terlalu ketat"

Helaan nafas sang kakak memasuki indera pendengaran Renjun dengan jelas. Sudah ia duga, kakaknya akan terlihat jauh lebih khawatir dari pada dirinya.

"Mama gak pesen ke pihak sekolah ya?" tanya Doyoung.

"Maaf sayang, mama lupa"

"ckk.. Mama.... kebiasaan deh"

"Doyoung bisa bantu wakilin mama papa? Akhir-akhir ini mama papa lagi ada projek besar, mama papa bakal sibuk untuk saat ini" lanjut sang kepala keluarga.

"Iya, tanpa papa pesen juga Doy bakal lakuin kok"

"Hehe.. anak papa emang terbaik. Makasih ya sayang. Nah Renjun, serahin ke kakakmu ya?"

Anak Maret itu pun menganggukan kepalanya tanda setuju atas perintah dari sang papa. Ia pun melihat jam tangan yang setia melekat di pergelangan tangannya.

"Kak, udah jam 7"

"Oh iya, berangkat yuk"

Tanpa berniat menunda, keduanya pun langsung bersiap-siap menggunakan sepatu hitam dengan seragam hitam abu-abu dan merah maroon kebanggaan sekolahnya.

"Pa, Ma kita berangkat dulu yaa!" Teriak si sulung dari depan pintu megah itu sebelum akhirnya menyambar kunci mobil kesayangannya diatas rak sepatu.


"Kak, kenapa sih Renjun harus pindah sekolah"

Renjun membuka pembicaraan ditengah perjalanan sunyi mereka yang ditemani lalu lintas yang cukup ramai. Doyoung melirik kearah kanan sekilas hanya untuk melihat wajah kecewa adik tersayangnya.

"Kalo aku gak pindah kan jadi gak perlu dijadiin bahan pertanyaan lagi sama guru dan anak-anak lain. Ini kayak dejavu 10 tahun yang lalu tau!" Renjun menyilangkan lengannya di depan dada disertai bibirnya yang sedikit mengerucut.

Doyoung tertawa kekeh. Adiknya terlalu menggemaskan jika sudah di mode seperti ini. Dengan pandangan yang masih fokus di jalanan, Doyoung mengangkat telapak tangannya dan mengelus halus surai hitam legam milik Renjun.

"Kamu gak lupa kan sama kejadian waktu itu, hmm?"

Renjun dibuat terdiam olehnya. Bibir mengerucutnya perlahan memudar kembali seperti semula.

"Iya.. Renjun inget"

"Nah.. Masih mau tanya kenapa? Kakak gak mau kejadian itu terulang lagi, ya? Makanya kamu pindah ke sekolah kakak biar kakak bisa jagain kamu 24 jam. Kakak gak bisa ngalah pindah ke sekolah kamu soalnya kakak udah di tingkat akhir. Gapapa ya? Kan demi kebaikan kamu juga"

"Iya deh kak.. Tapi aku kesel jadi bahan pertanyaan terus"

"Hahaha, iya tau rasanya pasti capek kan ditanyain terus. Lama-lama juga semua orang tau kok terus gak ditanyain lagi deh"

"Iya kak.. iyaaa"

Tak terasa kendaraan yang mereka tumpangi sudah memasuki gerbang sekolah elit tersebut. Dengan telaten, si sulung memarkirkan kendaraannya di tempat parkir yang telah disediakan.

Sudah seperti sebuah rutinitas, kedua kakak beradik itu pun mengucapkan salam perpisahannya. Sebelum memulai hari di gedung mewah tersebut dan berpisah ke kelas masing-masing.

"Kamu olahraga bukan jam pelajaran pertama kan?" Tanya Doyoung sembari memakai tas ranselnya di pundak.

"Jam kedua kak" Jawab sang adik yang baru saja usai menutup pintu mobil.

"Iya udah ini kakak langsung ke ruang kepala sekolah. Pokoknya kakak jamin sebelum kamu masuk pelajaran olahraga, semua udah beres. Oke tuan muda?"

"Ckk gosah pake embel embel tuan muda boleh kali" Renjun.

"Udah nurut aja"

"Iya iya, aku duluan ya kak" Sebelum benar-benar pergi, Renjun menghampiri Doyoung untuk melakukan rutinitasnya setiap hari dengan sang kakak. Ia memajukan dahinya mendekat ke Doyoung untuk meminta suatu 'respon'. Tapi Sayangnya, jiwa usil Doyoung sedang kambuh di pagi ini.

"Ih kakk!" Renjun mendorong tubuh Doyoung karena pergerakannya tak kunjung direspon. Membuat sang empu sedikit terhuyung kebelakang karenanya.

"Kakak ga nyampe" Jawab Doyoung dengan nada usilnya.

"Kesabaran aku tuh tipis loh kak" Renjun memutar bola matanya malas dan berujung mengalah dengan mengangkat tumitnya hingga tinggi badannya bertambah.

Cupp

Doyoung akhirnya mengecup dahi Renjun.

"Nah kalo jinjit kan enak, kakak gak usah nunduk-nunduk"

"Cih itu namanya menghina adeknya secara tidak langsung! Makanya jangan rakus ambil tinggi badannya, aku gak kebagian!" Renjun berdecak kesal dan berjalan menuju pintu masuk sekolah dengan langkah yang sedikit dihentakkan.

"Dasar punya adek gemes banget, resep mama papa apa ya? Mau di praktekkin ke anak gue nanti. Ups..." Doyoung tersipu malu dengan omongannya sendiri. Jangan tanyakan kewarasan Doyoung ada dimana. Dia memang sedikit.. Limited edition.

TBC.

Brother || Renjun x Doyoung ft. NCT Dream 00LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang