Pt.03 (17+)

31.5K 257 1
                                    

⚠️Part ini mengandung adegan 17+⚠️

Harap bijak ya. Anak kecil bubar barisan.

_____________

Hari ini tepat dimana dua hari yg lalu Belva melihat Zelno. Dan hari ini pula Belva akan beraksi untuk mendapatkan apa yg ia mau.

Seperti pagi ini Belva berangkat ke kampus dengan berpakaian sedikit lebih terbuka. Rok dengan panjang lima belas centi diatas lutut serta kaos crop bertuliskan 'eat me, honey.' yg terlihat sangat pas ditubuhnya.

_____skip_____

Kampus Gwandari Fakultas IT

Baru pertama kalinya Belva menginjakkan kakinya di gedung yg hampir seluruh isinya anak lelaki.

Belva melewati koridor kampus yg ramai. Siulan-siulan mahasiswa tak dihiraukannya. Tujuannya sekarang adalah ke kelas dimana Zelno berada.

Sebenarnya cukup nanti istirahat atau menunggu Zelno di perpustakaan bersama biasanya. Ya perpustakaan di kampus sebesar ini hanya ada satu dan untuk seluruh fakultas. Jadi dijuluki perpustakaan bersama.

Sampai dikelas IT-05 Belva mengedarkan pandangannya keseluruh kelas. Matanya seketika menangkap keberadaan sang mangsa. Tidak cukup sulit karena Zelno duduk dikursi paling depan dengan duduk tegap sedang membaca buku.

Belva mendekati Zelno. Bahkan seluruh isi kelas sudah ricuh karena kedatangan dirinya. Dan anehnya Zelno sama sekali tidak mengangkat kepalanya hanya untuk sekedar meliriknya.

"Hai," sapa Belva saat sudah duduk disamping Zelno. Seketika kelas menjadi hening.

Zelno mengangkat kepalanya. Seketika matanya melebar dan raut mukanya seperti ketakutan. Belva mengernyitkan dari.

"Kamu—Cari Elno? E-Elno minta maaf untuk yg kemarin di perpustakaan karena ganggu kalian. Elno beneran ngga tau. Elno kira kalian hantu. Bahkan Elno udah ketakutan."

Belva menutup mulut Zelno dengan tangan kanannya karena tidak paham dengan apa yg Zelno bicarakan.

"Sst... Gue udah ngga permasahin itu lagi. Lo ikut gue yuk." ajak Belva.

"Ngga mau. Nanti Elno kamu apa-apain. Elno udah minta maaf tadi. Please Elno ngga mau punya urusan sama kamu." Belva tercenggang mendapati dirinya baru saja ditolak. What the...!

Selama ini Belva lah yg menolak bukan malah ditolak. Ini membuat harga diri Belva jatuh sejatuh-jatuhnya. Dan Belva tidak akan membiarkan ini.

Dengan tergesa Belva berdiri dari duduknya dan mengambil tangan kanan Zelno dan menyeretnya keluar kelas.

Zelno berusaha memberontak tapi tenaga Belva sepertinya sedang full hari ini. Jadi Zelno hanya mengikuti Belva dengan pasrah.

Belva berhenti. Zelno mengedarkan pandangannya ke sekitar mereka yg sepi. Mereka ada dibagian belakang kelas.

Belva melepaskan tangannya yg memegang Zelno. Berbalik menatap Zelno yg gugup. Matanya yg terbingkai kacamata terlihat sudah memerah bahkan terlihat ada airmata disudut matanya.

Menggemaskan. Batin Belva.

Tiba-tiba saja kedua tangan Belva mengungkung badan Zelno ketembok belakang, meskipun tubuhnya kalah tinggi karena tinggi Belva hanya mencapai dada Zelno. Bisa bayangkan bagaimana pemandangan yg menggelikan ini.

"Lo gemesin banget sih. Kan gue jadi pengen cium lo." kalimat frontal keluar dari bibir Belva. Ia menjinjitkan kaki dengan kepala semakin mendongak kearah Zelno yg sudah meneteskan airmata.

Tangan kanan Belva melepaskan kacamata Zelno, lalu berpegang dipinggang cowok itu. Sedangan tangan kirinya mengusap airmata cowok dihadapannya. Wajah Zelno semakin memerah entah lantaran takut atau malu, hanya Zelno dan Tuhan yg tahu.

"Gue boleh ya cium lo? Gue udah ngga tahan liatinnya dari tadi."

Zelno menggeleng. "N-Ngga b-boleh!" tolak Zelno sambil memalingkan wajahnya kesamping. Padahal jika dipikir lagi dia bisa saja mendorong badan Belva dan melarikan diri. Namun, sepertinya Zelno terlalu takut. Zelno berpikir jika ia melakukan itu ia akan terlibat masalah yg lebih besar dengan Belva, secara Belva adalah anak pemilik kampus yg memberinya beasiswa.

"Emmm... Sebenernya gue ngga ngasih lo pilihan sih ya, mau gue cium atau ngga." Belva semakin memepetkan tubuhnya kepada Zelno sehingga tubuh mereka benar-benar menempel tanpa celah.

Cup.

Belva menempelkan bibirnya ke bibir Zelno. Matanya terpejam. Lalu bibirnya mengulum bibir atas Zelno.

Lembut. Gumam Belva. Lalu menggigit bibir bawah Zelno sehingga membuat Zelno terpekik yg membuat Belva memiliki kesempatan memasukkan lidahnya kemulut Zelno.

Bibir Zelno tidak membalas ciuman Belva dan itu membuat Belva cukup maklum karena mungkin ini adalah ciuman pertama Zelno, membuat Belva tersenyum kecil disela-sela ciumannya.

Namun, ciuman itu tak berlangsung lama saat Belva merasakan basah dipipinya. Melepaskan ciuman dan mendapati wajah Zelno dipenuhi airmata. Matanya masih terpejam dengan bibir yg bergetar.

Bukan panik, Belva malah tersenyum geli. Lalu menangkup pipi Zelno dengan kedua tangannya. Mengusap airmata yg berderai dipipi cowok itu.

"Udah jangan nangis, cengeng banget." kekehnya, membuat Zelno membuka mata. Masih dengan mata yg berkaca-kaca.

"K-Kamu jahat b-banget. Elno kan kaget. Bibir Elno sakit. Tadi itu apa?" Belva semakin membelalakan mata dan tertawa keras. Ya ampun jadi dia kira ciuman tadi apa?

"Ciuman. Yg tadi itu ciuman. Bibir gue sama bibir lo nempel." Belva menjelaskan. Zelno mengerutkan dahi.

"Ciuman? Bukannya ciuman itu dipipi sama dahi aja?"

Belva memasangkan kembali kacamata Zelno lalu berdiri agak menjauh. Masih dengan terkekeh.

"Itu inovasi baru. Mau coba lagi?" tawar Belva, menatap menggoda kearah Zelno membuat cowok itu menggeleng kuat. Lalu berlari meninggalkan Belva yg tertawa keras.

_____________________

Vote jangan lupa ><

Rabu, 17 November 2021

Play & Good Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang