Pt.12

4.7K 136 12
                                    

UP!

Dipart ini sedikit demi sedikit, w mulai kupas tentang Zelno ya.

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Happy reading <3

____________

"Mami kangen banget sama kamu, sayang." suara wanita paruh baya itu terdengar bergetar. Seketika Zelno balas memeluk wanita dihadapannya, wanita yg telah melahirkannya dan cinta pertamanya.

"Elno juga kangen Mami."

***

Kini di kediaman keluarga Pramuga, suasana terasa menegangkan bagi Zelno.

Bukan karena Mami-nya yg sedari tadi mengoceh kesana kemari lantaran Zelno tidak pernah pulang. Melainkan dari sosok lelaki paruh baya yg duduk disalah satu sofa single yg kini matanya seperti laser mengintai Zelno.

"Papi! Berhenti menatap anakku seperti itu." geram Sasa—Mami Zelno menatap suaminya.

Johan—Papi Zelno balas menatap malas istrinya. "Dia juga anakku jika kau lupa, sayang."

Sasa berkacak pinggang dihadapan Johan. "Jika dia anakmu, kenapa kau mengusirnya dari rumah, hah?"

"Aku tidak mengusirnya. Dia sendiri yg memilih keputusan."

"Dan tidak seharusnya kamu memberi pilihan pada anak kita. Apalagi dia masih anak kecil." Sasa tak mau kalah.

Johan mendelik. "Apanya yg masih anak kecil. Dia sudah besar jika kamu bisa melihat." tunjuknya ke arah Zelno yg hanya menatap malas ke kedua orangtuanya.

"Bagiku dia masih bayi kecilku." ucap melow Sasa, menghampiri Zelno dan memeluknya lembut.

"Dia masih tetap bayi kecilku." gumamnya.

"Mami," lirih Zelno.

Johan menghela napas. "Sekarang biarkan aku berbicara dengan bayi kecilmu itu."

Johan berdiri dari duduknya. "Temui Papi diruang kerja." Johan pun melenggang pergi.

Zelno berdiri dari duduknya. Saat sang Mami menggenggam kedua tangannya. "Jangan dengarkan apapun yg Papi bicarakan jika itu melukai hatimu."

"Elno tahu. Mami ngga usah khawatir." Zelno menenangkan, yg dijawab anggukan oleh sang Mami.

Zelno melenggang pergi menyusul sang Papi. Dan Zelno tahu, apa yg akan dibicarakan Papinya itu. Tentu saja tentang hal lalu, sesuatu yg ditolak Zelno mentah-mentah.

Ia mengetuk pintu ruang kerja, lalu masuk setelah ada sahutan dari dalam.

"Duduk." titah Johan. Zelno pun menurut dengan duduk dikursi yg ada didepan meja kerja Johan.

"Kamu pasti tahu apa yg akan Papi bicarakan." setelah hening beberapa saat.

"Ya. Dan jawabanku masih sama, yaitu tidak." sahut Zelno sembari menatap mata Johan.

"Kenapa? Kenapa kau begitu keras kepala? Ini demi kebaikanmu." Johan geram dengan sifat anak semata wayangnya ini.

"Karena Papi sudah tahu. Kenapa tetap memaksa?"

"Yayaya. Terus saja membantah."

"Huh."

"Dia gadis yg baik, Son. Cantik, pintar, dan berpendidikan. Bahkan dia seumuran denganmu."

"Kami seumuran? Terlihat jelas dia mungkin juga tidak menyetujui perjodohan ini. Tidak mungkin dia tidak memiliki seorang kekasih."

"Memangnya kamu sudah memiliki kekasih?" alis Johan terangkat sebelah.

"Ehm..." Zelno berdeham. "Intinya aku tetap menolak perjodohan itu. Aku hanya ingin menikah karena saling mencintai."

"Papi dan Mami dulu juga dijodohkan asal kamu tahu,"

"Ya. Tapi Papi dan Mami sudah saling mencintai lebih awal sebelum dijodohkan oleh Opa Yonas dan Kakek Robert." potong Zelno.

Johan menghela napas. Kenyataanya memang seperti itu. Dan sebenarnya bukan masalah jika anak semata wayangnya itu menolak dijodohkan. Yg menjadi masalah adalah dimana anaknya yg tidak dapat dipungkiri sangat keras kepala sepertinya itu enggan melanjutkan Firma Hukum yg telah dirintisnya sejak muda.

"Apa Papi masih berpikir untukku melanjutkan Firma Hukum milik Papi?" mata Zelno memicing menatap Papinya.

"Papi tahu sendiri jika aku tidak tertarik dibidang itu. Berikan saja kepada Kenzo, dia kan sudah seperti anak bagi Papi." lanjutnya.

"Kau yakin dengan keputusanmu itu dan tidak akan menyesal suatu saat?" tanya Johan tajam.

"Tidak akan. Bahkan sejak aku keluar dari rumahpun aku tidak pernah meminta uang kepada Papi ataupun Mami." Zelno menyeringai. "Asal Papi tahu itu."

"Terserah apa katamu. Papi capek. Mulai sekarang tinggallah kembali ke rumah." ucap Johan, "Aku tidak sanggup melihatnya murung setiap waktu jika mengingatmu."

"Ti—"

"Tidak ada penolakan. Atau aku akan benar-benar menghilangkan namamu dalam kartu keluarga." ancam Johan.

"Sebenarnya aku tidak khawatir dikeluarkan dari selembar kertas seperti itu. Hanya saja aku terlalu menyayangi Mami. Maka, aku akan tinggal." ejek Zelno.

"Terserah apa katamu. Sana keluar."
usir Johan. Zelno pun beranjak pergi.

"Jika kau memiliki kekasih, bawalah dia kerumah. Mamimu pasti sangat bahagia. Anak yg dianggapnya masih 'bayi' dan 'polos'-nya itu sudah memiliki kekasih." ejek Johan. Membuat Zelno jengkel hingga menutup pintu dengan keras.

_____________

AKHIRNYA BISA UPDATE.

MAAFIN YA PASTI KALIAN LAMA NUNGGU. (YA KALAU ADA YG NUNGGU SIH)

SEKALI LAGI MAAF BGT. KENAPA UPDATE LAMA BISA LIHAT PENGUMUMAN DIPROFIL YA.

Semoga masih banyak yg baca 😣

I love you, guys — Zelno-nya Belva.

6, Mei 2022

Play & Good Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang