Pt. 14 (18+)

17.3K 180 8
                                    

Ternyata Zelno membawa Belva ke sebuah apartemen elit yg berada ditengah kota. Apartemen yg hanya diisi orang-orang berduit. Belva juga memiliki apartemen mewah. Hanya saja menurutnya unit apartemen dihadapannya ini terlalu mewah. Bagaimana tidak? Jika disetiap lantai hanya berisi satu hunian?

Pip.

Bunyi pintu yg terbuka. Zelno menuntun Belva masuk. Belva mengedarkan pandangannya kedalam ruangan yg sangat luas itu. Tidak ada yg istimewa. Hanya diisi sofa melingkar disisi kanan yg didepannya terdapat televisi layar lebar yg menempel didinding. Bar mini disisi kiri serta lukisan-lukisan yg diyakini Belva merupakan dari pelukis ternama dengan harga yg membuat geleng-geleng kepala.

"Duduklah." titah Zelno.

"Kau memerintahku?" Belva bersungut tak percaya. Kakinya tetap melangkah kearah sofa dan duduk dengan kaki kiri bertumpu dikaki kanan.

"B-bukan." gelagap Zelno, seraya mengekor.

"Kenapa ikut duduk? Buatkan minuman. Aku mau cocktail." Belva mengusir Zelno.

Dengan menghela napas pelan, Zelno melangkah kearah bar. Meracik cocktail disebuah gelas berkaki tinggi.

Setelah selesai kakinya kembali ketempat Belva berada. Nampak belva duduk dengan kaki bersilang serta tangan dilipat didepan dada. Dan jangan lupakan bagaimana wajah cemberutnya terpampang jelas.

Zelno meletakkan gelas tersebut di meja kaca berbentuk oval yg terdapat didepan sofa. Saat hendak duduk, sebuah suara membuat niatnya urung.

"Kenapa duduk? Jelaskan apa yg terjadi selama ini. Dan jangan berharap bisa duduk sebelum aku..."

Cup.

Ucapan Belva terhenti, kini Zelno mengungkung tubuhnya dengan posisi membungkuk, tangannya menumpu dikanan kiri sofa. Hidung mereka saling menyentuh.

"Elno jelasin. Tapi, Belva ngga boleh marah." Kini wajah Zelno tenggelam dilengkukan leher Belva. Seperti bocah yg takut jika ibunya marah.

Belva tertegun. Kemana sifat dingin dan tegas Zelno saat mereka bertemu beberapa menit lalu?

"Makanya jelasin dulu." Belva balas memeluk sambil mengelus rambut Zelno. Mana bisa dirinya marah-marah jika Zelno sudah bersikap begini?

"Iya,"

"Tapi Elno mau sambil peluk." pinta Zelno membuat Belva mendengus pelan tapi mengiyakan.

Akhirnya kini posisi mereka menjadi Zelno duduk sedangkan Belva berada dipangkuannya.

Lalu Zelno menceritakan bagaimana dan kenapa ia menyembunyikan identitasnya dari semua orang. Tentang sang Papi yg ingin menjodohkan dirinya dengan anak rekan bisnisnya.

"Jadi kamu akan dijodohkan?" sela Belva.

"Bukan. Papi hanya mengusulkan, tapi jika Elno ngga menuruti apa kata Papi, Elno harus keluar dari rumah dan semua akses keuangan ditutup."

"Tapi itu semua ngga masalah. Elno bisa cari uang sendiri. Nyatanya Elno bisa kuliah di Univesitas ternama tanpa ada campur tangan Papi Elno."

Belva mengelus surai lembut Zelno. "Lalu? Kenapa tadi kamu ada di gedung kantor milik Papa?"

"Elno udah baikan sama Papi karena Mami yg membujuk. Dan tadi Elno diperintah untuk ikut rapat bulanan yg Elno ngga tau kalau itu di gedung milik Gwandari Group." jelas Zelno sambil menyenderkan kepalanya dibahu Belva. "Elno minta maaf karena ngga jujur sama Belva selama ini."

"Jujur, aku kecewa. Kenapa kamu ngga jujur dari awal." Belva tersenyum tipis, "Tapi aku juga ngga bisa menghakimi kamu, karena mungkin sebelum ini ada beberapa hal yg membuat kamu ngga bisa menceritakan hal tadi."

"Kamu tau? Selama ini aku selalu berpikir, aku ngga tau apapun tentang kamu. Tapi dengan mudah kamu tau apapun tentangku." lanjut Belva.

"Maaf." Zelno menegakkan badan hingga kini mereka berdua saling menatap satu sama lain.

"I'ts okay, Baby." sorot mata Belva menatap lembut.

Entah siapa yg memulai kini keduanya tampak saling berciuman dengan mesra.

Kini ciuman itu menjadi lebih intens. Zelno yg sudah tau bagaimana itu ciuman melumat bibir bawah Belva dengan rakus. Lidahnya membelai langit-langit mulut Belva, lalu seakan mengabsen semua gigi Belva.

Tangan Belva menjambak pelan rambut Zelno saat tangan Zelno sudah berani menyentuh dadanya yg hanya terbalut dress tanpa bra.

"Ngghhh"

Kini dress bagian atas Belva telah terlepas hingga menunjukkan kedua payudaranya yg ranum. Menunjukkan puncak kedua puncak mungil yg kemerahan.

Zelno melepas ciumannya dan beralih ke leher jenjang Belva. Mengecup dan menghisap perlahan hingga meninggalkan jejak unggu kemerahan seperti memar.

"Elhhhh" desah Belva saat mulut Zelno mencecap salah satu puncak payudaranya seperti bayi yg kehausan. Sedangkan tangannya memainkan sebelah payudaranya yg lain. Meremas dan memelintir puncaknya.

"Uhhh ngghh"

Belva mengigit bibir bawahnya saat tak sengaja merasa dibawah sana Zelno sudah mengeras. Dengan sengaja ia menggerakkan pinggulnya hingga terdengar Zelno mengerang.

Zelno melepas kuluman mengecup kedua payudara Belva secara bergantian. Lalu kepalanya mendongak menatap Belva yg kini menunjukkan ekspresi yg membuat Zelno ingin melakukan lebih.

"Maaf." ucap Zelno secara mengusap keringat yg keluar dari wajah Belva. Membenarkan dress Belva, dan kini memeluk Belva erat.

"Kenapa berhenti?" tanya Belva masih dengan napas yg terengah. Karena seingat dirinya, semua para lelaki yg mendekatinya selalu menginginkan lebih dari makeout. Tapi dengan pintar Belva bisa tetap mempertahankan mahkotanya hingga saat ini.

Namun, disaat dirinya menginginkan lebih dan mempasrahkan dirinya kepada Zelno, kenapa lelaki ini malah berhenti? Apa karena dipikirnya Belva sudah tidak perawan?

"Elno ngga mau rusak Belva. Elno sayang Belva."

Kini kesadaran Belva seakan kembali penuh. Dan jantungnya berdetak sangat keras.

"Aku juga sayang kamu." balasnya memeluk Zelno dengan erat.

Well, sepertinya dia mendapatkan jawaban kenapa ia sangat menginginkan lelaki didekapannya ini.

____________


ALAMAKKKKK LUPA KALO PUNYA AKUN WP.

MAAFKAN DAKU, JANJI GA BAKAL NGILANG LAGI. SUER.

NIH YG MINTA UP, UDAH DIUP SEPANJANG JALAN TOL.

SEKALI LAGI MAAF. DAN JUMPA LAGI BESOK.

BAKAL UP RUTIN DEH YA, JANJI. NTAR DIBIKIN JADWAL. PANTENGIN TERUS.

Jangan lupa vote dan komennya.

i luv u guys.

18 Nov 2022

Play & Good Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang