Pt.05

8.7K 165 4
                                    

1000 kata 😎

Yuk pencet dulu bintangnya.

Enjoy and happy reading!

__________________


Belva POV.

Kalian pasti udah kenal gue. Jadi ngga perlu basa basi. Gue anak tunggal dari Gevano Gwandari dan Vivian Wiluga.

Ngga perlu tanya seberapa rich-nya orangtua gue. Yah kira-kira aja mungkin sampe sepuluh turunan juga harta dari orangtua gue ngga bakal habis. Dan harta itu bakal jadi milik gue, selaku anak tunggal dan cucu tunggal dari keluarga Gwandari dan Wiluga.

Kalau kalian ngga tahu seberapa penggaruhnya nama Gwandari dan Wiluga, fix kalian kuper banget pasti.

Kakek buyut dari Papa, Arvino Gwandari adalah pendiri perusahaan G's Corporation. Yg berjalan dibidang pertambangan dan sudah melebarkan sayap kepenjuru negeri. G's Corporation sejak dua puluh tahun lalu membuka cabang perusahaan dibidang pedidikan yg diusulkan oleh Ferdinan Gwandari atau Yangkung -sebutan untuk kakek dari pihak Papa.

Dan Ayah dari Mama, Herino Wiluga. Pendiri Wiluga Group yg berjalan dibidang real estate dan sudah mengepakkan sayapnya didalam maupun luar negeri. Bahkan sekarang ini perusahaan Opa-ku itu sedang mencoba hal baru dibidang Teknologi Komunikasi.

Jadi, bisa dibilang gue itu anak tunggal kaya raya.

Siapa sih cowok yg bakal nolak gue? Cuman cowok bodoh aja yg ngga tertarik sama gue.

Zelno. Ah, cowok itu. Pengecualian untuk Zelno. Dia bukan cowok bodoh, tapi...

Stop. Kenapa gue jadi keinget lagi sama cowok polos itu sih. Gue sudah bertekat ngga akan lagi deketin dia. Bisa turun harga diri gue sampe orang-orang tahu gue ngejar seorang cowok.

Tok tok tok

"Non Belva, sudah ditunggu tuan sama nyonya diruang makan untuk makan malam."

***

Author Pov.

Ruang makan, Kediaman Gwandari.

"Gimana kuliah kamu, sayang? Ada kesulitan?" tanya Gevano, papa Belva kepada putri semata wayangnya.

"Oke kok, Pa. Lancar." Jawab Belva. Keluarganya memang tidak membatasi pembicaraan dimeja makan, asalkan tidak berbicara secara berlebihan saja.

Belva meletakkan sendok, lalu mengelap mulutnya menggunakan tissu karena sudah selesai makan.

"Opa sama Oma tadi telpon katanya kangen kamu. Kamu ngga pernah telpon Opa sama Oma, ya?" tanya seorang wanita paruh baya yg masih terlihat cantik -Vivian, Mama Belva.

"Em... Belva akhir-akhir ini sibuk, ngga sempat hubungin Opa sama Oma. Nanti deh Belva telpon." sahut Belva. Ya akhir akhir ini ia disibukkan dengan tugas kuliah yg menumpuk seperti gunung, tidak ada habisnya.

Mama Belva mengangguk, "Kata Yangkung, besok liburan kamu harus kesana." kata Vivian membuat Belva menghela napas pelan.

Menjadi anak dan cucu tunggal itu memang enak, tapi terkadang juga membuat Belva sesak. Ia begitu dimanja, disayangi, dan dicintai. Namun tanggungan yg harus ia emban pun juga tak kira-kira. Ia penerus dari perusahaan besar, yg pasti beban dipundaknya pun juga besar.

Play & Good Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang