[6] Promise

708 115 4
                                        

Sudah satu minggu Hyunjoon dirawat. Tentu saja setiap harinya Juyeon pasti bertemu dengan Hyunjae. Padahal dokter tampan itu sudah berusaha menghindari Juyeon.

Sejak bertahun-tahun yang lalu, ini baru pertama kalinya untuk Juyeon kembali merasakan jatuh cinta. Sungguh, setelah kejadian ia dicampakkan beberapa tahun lalu, baru kali ini pikirannya berkecamuk hanya karena tatapan seorang Lee Hyunjae.

Namun, mungkin bagi Hyunjae pertemuannya dengan Juyeon adalah sebuah kesialan. Masa lalu yang sempat membuatnya frustasi dan gila, hanya karena ulah Lee Juyeon yang sedang mabuk berat.

Ada rasa takut setiap kali Hyunjae menatap Juyeon. Bahkan hanya sekedar melihat tangan kekar Juyeon saja, sudah cukup membuatnya ketakutan. Separah itu traumanya terhadap Juyeon.

Yang sangat Hyunjae pikirkan. Bagaimana jika suatu saat Juyeon tahu dialah korbannya? Bagaimana dengan masa depannya? Adakah orang yang menerima semua kekurangannya?

Mengapa sekarang Hyunjae baru merasa menyesal. Ia sungguh menyesal hanya memberikan Hyunjoon pada Juyeon dan tak meminta pertanggung jawaban.

Hyunjae merasa sangat frustasi sekarang. Ia mengacak rambutnya dan menghela nafas kasar.

Sekarang, bagaimana ia bisa menceritakan semuanya pada orang tuanya? Dan bagaimana jika Hyunjae menceritakannya pada Juyeon?

"Katakan aku bodoh!" Suruh Hyunjae pada Changmin. Keduanya kini tengah berada diapartemen Hyunjae.

"Untuk apa?" Tanya Changmin.

"Ah, ani." Hyunjae menggeleng pelan. "Changmin-ah. Bagaimana perasaanmu jika aku menyembunyikan sebuah rahasia yang sangat besar darimu?" Tanya Hyunjae menatap Changmin serius.

"Karena kau sahabatku. Aku akan merasa sangat marah karena ada rahasia diantara kita." Jawab Changmin.

"Apa kau ingat saat aku mengambil cuti untuk pergi ke Aussie?" Tanya Hyunjae.

"Hmm? Ya, aku masih ingat itu. Dan kau bilang jika kau disana untuk menyusul adikmu."

"Jika aku berbohong–"

"TENTU AKU MURKA KEPADAMU LEE HYUNJAE!!" Pekik Changmin membuat Hyunjae menutup rapat-rapat telinganya.

"Jangan berteriak. Sungguh aku kasihan pada anak mu meski masih didalam perut." Ucap Hyunjae lalu mengelus perut buncit Changmin.

"Ah kau benar. Ough! Sekarang aku ingin Younghoon membelikan dan menyuapiku kimbab tanpa sayuran."

"Ahahahaha! Apa itu masih dapat dikatakan kimbab?"

"Tentu saja!"

"Baiklah! Memang ibu hamil selalu benar! Cepat telpon calon suamimu itu!"

"Ahh aku harus pergi ya dari sini? Bisakah aku tinggal bersamamu? Aku sangat menyukai tempatmu."

"Ya!! Minta dibelikan saja pada Younghoon! Dia kan kaya!"

"Benar juga! Pokoknya jika aku memiliki apartemen seperti milikmu, akan aku dekor dengan nuansa horror!"

"Mwo?! Dan aku tak akan pernah mampir ketempatmu!"

"Siapa pula yang mengundangmu untuk mampir?"

"Ah sialan kau ini!"

"Eits!! Jangan mengumpat, si janin masih kecil sudah diajari mengumpat saja!" Changmin mengelus perutnya.

☽♥︎☽♥︎

Juyeon tiduran dibankar dengan Hyunjoon yang tidur tengkurap diatasnya. Si balita itu yang meminta.

Mistakes || JUJAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang