Yara tidak pernah tahu bahwa rumah Nino yang ia tempati ternyata sudah banyak wartawan yang menunggunya di depan gerbang. Gadis yang sudah berpenampilan seperti seorang pria itu terkejut setelah keluar dari mobil angkutan umum, langsung diserbu kamera yang menyorot tajam pada dirinya.
"Apakah benar anda ada hubungan gelap dengan pemilik rumah ini?" Pertanyaan itu terlontar dari salah satu wartawan pria yang begitu tebal kacamatanya, dari rambut yang terlihat kusut sepertinya dia sudah menunggu terlalu lama. Yara jadi merasa tidak tega.
"Jadi apa hubungan anda dengan Pak Nino, mengapa anda bisa berada di rumah ini."
Belum sempat Yara jawab pertanyaan sebelumnya, wartawan lain sudah menodong pertanyaan berikutnya.
Yara semakin terpojok dengan mereka yang mengelilinginya dan terus menanyakan perihal kedekatannya dengan Nino Nakula. Yara bingung harus menjawab apa, dia takut salah berbicara.
Sebuah mobil mewah yang berhenti di dekat mereka membuat perhatian para wartawan lalu teralihkan.
Pintu depan mobil terbuka, Nino keluar dari sana dan langsung ditodong dengan berbagai pertanyaan yang sama dari mereka. Namun pria itu enggan untuk membuka suara.
Dia menghampiri Yara yang masih berada di dalam kerumunan, tatapan mereka bertemu. Yara dapat melihat sorot khawatir juga perasaan bersalah dari kedua bola mata pria itu.
Kehadiran Nino membuat Yara merasa aman, terlebih saat pria itu berdiri di hadapannya dan menghadap para wartawan.
"Saya kan yang kalian cari? Jadi tolong berhenti mengganggu pria ini." Suasana tampak hening saat kalimat itu terlontar dari Nino. Sesaat kemudian beragam pertanyaan kembali bermunculan dan mendesak meminta jawaban.
Yara mendongak terkejut saat tiba-tiba Nino meraih pergelangan tangannya dan membawanya menuju mobil, pria itu membuka pintu belakang untuk penumpang dan menyuruh dia untuk masuk ke dalamnya.
Dari dalam kendaraan, Yara dapat melihat Nino kembali mengatakan sesuatu pada para wartawan itu. Entah apa, dia tidak bisa mendengarnya. Hanya sebentar, Nino pun masuk dan duduk di balik kemudia lalu menjalankan kendaraannya. Meninggalkan para wartawan yang sekilas tampak masih mengejar mereka.
Nino memasuki gerbang rumah besar dan berhenti di halamannya. Yara tidak tahu mereka kini berada di mana dan pria itu pun tampak diam saja. Tapi dari scurity yang mengangguk hormat pada Nino, Yara dapat menebak mungkin ini adalah kediaman orangtua pria itu.
Nino mengeratkan genggamannya pada stir mobil, memikirkan keputusan apapun yang akan dia ambil ke depan, dia berharap semua akan berjalan baik-baik saja.
"Maaf." Yara berucap lirih, tapi dapat terdengar oleh pria yang duduk di hadapannya.
Kata itu membuat Nino mendongakkan pandangannya pada spion dalam yang terpasang di dalam mobil, dari sana dia dapat melihat wajah bingung Yara yang dalam pandangannya adalah Yayan, melihat gadis itu Nino kembali merasa gelisah. Entah kenapa dia ingin memeluk tubuh mungilnya dan berkata semua akan baik-baik saja.
"Minta maaf untuk apa?" Nino bertanya setelah melepaskan sabuk pengaman di tubuhnya. Pria itu kemudian menoleh pada Yara yang duduk di kursi belakang.
"Gara-gara aku tinggal di rumah kamu, kamu jadi kena gosip kaya gini." Yara berucap ragu. Sekilas menatap pemuda itu lalu kembali menunduk, paras tampan seorang Nino Nakula membuatnya sering lupa bahwa dia bukan siapa-siapa.
"Bagi aku itu udah biasa, tapi kamu?"
Pertanyaan itu membuat Yara memberanikan diri untuk mendongak, tatapan keduanya lagi-lagi bertemu, terpancar kehangatan dari sorot mata seorang Nino Nakula. Sialnya, Yara merasakan sesuatu yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atap (Tamat Di KbmApp)
RomanceSejak dikabarkan gagal menikah, Nino Nakula Adley tidak pernah lagi berhubungan dengan seorang wanita. Hingga berita bahwa dia menyukai sesama jenis membuat keluarga pria itu tidak terima. Nino tidak merasa terganggu akan berita itu, hidupnya normal...