9. Dag-dig-dug

32.1K 1.9K 17
                                    

SELAMAT MENIKMATI LOVE BUT PRESTIGE VERSI BARU ✨

MARI RAMAIKAN DENGAN VOTE DAN KOMENTAR KALIAN✨

MARI RAMAIKAN DENGAN VOTE DAN KOMENTAR KALIAN✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••••

Ellard menutup kuat pintu rooftop hingga menimbulkan suara bantingan yang keras. Dia menghempas kasar tangan Ella hingga membuat gadis itu hampir terjatuh, untung saja Ella bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.

Ellard berdiri di hadapan Ella yang tengah menunduk dengan kedua tangan yang saling menggenggam. Tubuh atletis Ellard sangat kontras dengan tubuh mungil Ella yang hanya sebatas dadanya saja.

"Ngapain nunduk? Tatap muka gue!" Sentak Ellard dengan emosi tertahan.

Ella menggeleng pelan, dia tidak berani untuk menatap Ellard yang tengah diselimuti amarah seperti ini.

"Kenapa? Bukannya tadi di kantin lo berani natap Steven sambil senyum ke dia? Kenapa sekarang lo nggak mau natap gue?"

Mendengar rentetan pertanyaan yang Ellard lontarkan, membuat Ella memundurkan tubuhnya perlahan. Satu langkah mundur yang Ella ambil, maka satu langkah maju yang Ellard ambil.

"Jadi lo nggak mau natap gue?" Suara Ellard terdengar semakin dingin, hal itu membuat Ella mau tidak mau menatap Ellard yang berdiri menjulang dihadapannya.

Kedua mata gadis itu tampak berkaca-kaca lantaran rasa takut tengah membelenggu hatinya.

"Ngapain nangis?!" Ketus Ellard.

"A-aku salah," jawab Ella gugup.

"Sadar salah lo apa?"

Ella menganggukkan kepalanya, dia menangis tersedu-sedu meluapkan ketakutannya.

"Kalau lo tau itu salah, KENAPA TETAP LO LAKUIN?" Bentak Ellard diakhir kalimatnya. Dia benar-benar tidak suka melihat Ella tersenyum manis dengan lelaki lain sekalipun itu sahabatnya sendiri.

Mendengar bentakan Ellard yang begitu kencang membuat tubuh Ella meluruh ke lantai, dia menekuk kedua lututnya lalu membenamkan wajahnya dan menangis di sana. Bahu Ella bergetar dan suara tangisannya terdengar pilu. Dia benar-benar takut dan tidak suka dibentak, bahkan ayahnya sekalipun belum pernah membentaknya. Tapi setahun belakangan ini, Ella selalu mendapatkan itu dari Ellard.

"Maaf El," ucapnya begitu pelan.

Ellard memejamkan kedua matanya sembari mengatur napas guna sedikit mengontrol emosinya. Setelah itu, dia mensejajarkan dirinya dengan Ella. "Look at me!"

Tak ingin membuat Ellard bertambah marah, gadis itupun mengangkat kepalanya lalu membalas tatapan dalam dari pria di depannya.

Ellard menarik Ella kedalam pelukan hangatnya, dia memberi elusan lembut pada kepala belakang gadisnya guna menenangkannya. Dan detik itu juga Ella terisak keras melampiaskan ketakutannya. Ellard menempatkan dagunya di puncak kepala gadisnya, dia sangat menyukai posisi ini. Karena dengan posisi ini dia dapat menghirup aroma Ella yang terasa menenangkan.

Ellard tersenyum begitu manis, dia gemas dengan Ella. Baginya Ella terlihat sangat menggemaskan dengan hidung dan kedua pipinya yang memerah. "Nggak usah nangis. Lo jelek," ejeknya berbanding terbalik dengan hatinya.

"Habisnya kamu marah-marah sama aku, aku takut, El," tutur Ella dengan suara yang tidak begitu jelas, dia sedang menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Ellard.

"Salah lo sendiri. Siapa yang suruh senyum ke Steven," balasnya menyalahkan Ella atas apa yang terjadi.

Ella mengangkat wajahnya tapi tidak melepaskan pelukannya dengan Ellard. "Emang kenapa?"

"Lo tuli?! Udah berapa kali gue bilang, gue nggak suka lo senyum ke cowok lain apalagi sampe deket-deket. Awas lo! kalau sampai gue liat lo senyum-senyum lagi, gue staples bibir lo!" Ancam Ellard sembari menunjukkan ekspresi datarnya yang tampan tapi juga menyeramkan.

Ella melengkungkan bibirnya kebawah, matanya kembali berkaca-kaca dan dia kembali menangis. "Masa bibir aku mau di staples sih, El. Nanti aku nggak bisa ngomong," balasnya lalu menangis kencang membayangkan bibirnya di staples oleh Ellard.

Ellard yang melihat Ella menangis dengan begitu menggemaskan hanya bisa terkekeh pelan. Dia kembali menarik Ella ke dalam pelukannya lalu menepuk-nepuk punggung gadisnya dengan lembut. "Kan gue bilang, 'kalau'. Tergantung lo nanti masih mau sembarangan senyum ke cowok lain apa nggak."

"Aku nggak akan senyum sembarangan lagi. Aku minta maaf, El."

"Hm," gumam Ellard dengan kedua mata terpejam.

Setelah percakapan itu, keheningan menyelimuti mereka berdua. Ellard yang tengah menikmati pelukan ini dan Ella yang sedang berusaha menghentikan tangisannya. Ellard memejamkan kedua matanya, dia menghirup aroma bedak bayi yang menguar dari tubuh Ella. Pelukan Ella benar-benar membuatnya tenang, sampai akhirnya pertanyaan yang gadisnya lontarkan membuat Ellard membelalakkan mata.

"El, jantung kamu kenapa dag-dig-dugnya kenceng banget?"

****

To be continued:)

See u

LOVE BUT PRESTIGE [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang