Keesokan pagi Trevor sudah menunggu beserta sekretaris di sebuah restoran. Sesekali pria itu melirik jam di tangannya lalu menoleh lagi pada pintu restoran.
Dari jendela restoran dia melihat sosok gadis muda tengah bercerita dengan seorang pria. Dari raut wajah mereka tampak berdebat lalu si gadis pun masuk ke dalam.
Mata gadis asing itu meneliti sekitar lalu menghampiri Trevor dengan membawa tas laptop. "Tuan Trevor benar, kan?" tanyanya.
"Iya, apa kau orang yang membuat janji denganku?" Gadis berpenampilan berpakaian hodie hitam itu mengangguk seraya duduk di hadapan mereka.
"Saya Ai, senang bertemu dengan kalian. Jadi anda mau saya bantu apa?"
"Apa kau benar-benar hacker handal?" Trevor balik bertanya. Jujur dia tak yakin jika gadis berusia 17 tahun boleh mengatasi masalahnya yang pelik.
Lantas Ai mendecak kesal, dia lalu memusatkan perhatian pada smartphone untuk mengetik sebentar dan tiba-tiba saja sosok pria yang dari tadi bersamanya masuk. "Ada apa? Kau diganggu mereka?!"
Nada bicara si pria terkesan marah namun Ai santai menjawab. "Tidak, mereka hanya tidak percaya padaku jadi aku minta ceritakanlah pengalamanmu,"
"Pengalaman apa?"
"Pengalaman tentang adikmu yang sangat kau sayangi, diculik sama om om!" sepasang mata pria itu menatap tajam tetapi Ai dengan mudah memberikan senyuman.
Lalu pria muda yang tak dikenal itu mengalihkan tatapan pada Trevor. "Tuan, aku tahu gadis ini masih muda tapi percayalah kemampuannya sangat bagus. Kau pasti tak akan kecewa." Setelah itu si pria melihat lagi pada Ai yang senyumnya makin merekah.
"That's my boyfriend, thanks dear!" Pria itu membalas dengan gumaman pelan dan pergi.
"Sekarang kembali ke topik, kau mau aku membantu apa?" tanya Ai kembali.
"Kau tahu bagaimana memalsukan sebuah panggilan terutama suara dari si penelepon?" Ai tiba-tiba menampilkan senyuman enteng.
"Tentu saja setelah meretas kartu sim dan sistem di dalam ponsel, seorang hacker tinggal membuat suaranya sama dengan adanya sampel seperti suara yang direkam dan dengan begitu si peretas bisa berbicara tanpa harus meniru suara."
"Kalau begitu apa artinya jika kita bisa memblokir nomor seseorang tanpa langsung menggunakan ponsel?" Ai mengangguk.
"Semua jadi masuk akal sekarang. Kalau begitu, apa kau bisa mencari hacker yang membuat aku dan istriku untuk tak berkomunikasi? Lalu kau bisa tidak mencari semua data untuk dijadikan bukti?"
"Tentu aku bisa melakukannya, tapi apa anda membawa ponsel lama anda?" Ai balik bertanya dan Trevor segera memberikan ponsel lama kepada gadis muda itu.
"Itu masih berfungsi baik." Segera saja Ai membuka laptop dan mengotak atik dengan cepat. Senyuman smirk diperlihatkan olehnya entah apa sebab yang pasti 30 menit berkutat, dia mencabut flashdisk lalu memberikannya kepada Trevor.
"Semua yang kau butuhkan ada di flashdisk ini dan alamat orang yang kau cari aku akan membagikannya. Dia pasti cemas sekarang," ujar Ai dengan senyuman licik.
"Terima kasih jika bukti ini memuaskan aku akan memberikan lebih banyak dari yang aku janjikan," Trevor menyahut.
"Aku tunggu." Setelah itu Ai mengemas barang, pamit dan kembali lagi pada pacarnya yang masih setia menunggu di luar.
Trevor langsung mengirimkan file itu pada pengacaranya. Lekaslah dia menuju kantor polisi untuk membuat sebuah laporan. Tak berapa lama peretas yang dibayar oleh Hana langsung ditangkap atas pembuatan berita palsu dan pencemaran nama baik.
Bukan itu saja Hana selaku dalang dari semua masalah ditangkap ketika mengunjungi sang suami. Dia pun ditangkap atas pencemaran nama baik dan upaya pembunuhan suami sendiri dengan racun.
Berita itu pun sampai ditelinga Arini melalui Rosa, dia cuma bisa melihat video yang beredar dari jagat maya tentang sang ibu mertua.
Berbalut gaun merah, Arini berdiri seraya memegang ponselnya terpaku pada layar. Dia sedang berada di suatu pesta yang memang menjadi tujuan wanita itu ke Jepang.
Ada perasaan lega melihat Hana ditangkap meski di sisi lain, ia teringat akan perasaan Trevor. "Kau sedang melihat apa? Tampaknya serius sekali," kata Philip setelah mendekat.
"Berita tentang perusahaan pusat, istri pemilik ditangkap sebab mencoba membunuh suaminya sendiri," Arini menjawab dengan jujur.
"That's terrible! kenapa dia tega melakukannya?"
"Tak tahu, nanti juga akan ada berita kelanjutannya, sepertinya pesta sudah selesai ayo kita pulang." Philip mengangguk dan beranjak menjemput Aileen sementara Arini menuju si pemilik pesta agar berpamitan.
Ketika bertemu Aileen memeluk Arini. Gaunnya sama dengan Ibunda, merah mencolok. "Mama, Aileen ngantuk," katanya dengan nada manja.
Arini langsung membungkuk guna menggendong namun Philip melarang dan dia yang menggantikannya.
Sampai di hotel Aileen membuka mata lalu meminta agar diturunkan dengan menggeliatkan tubuhnya. Lelaki itu menurut. Selanjutnya baik fokus Philip mau pun Arini terpusat pada berita terbaru dari perusahaan pusat hingga mereka melupakan sosok Aileen.
Si gadis kecil meneliti sekitar, tatapanya begitu melekat pada air yang turun dengan derasnya di dalam sebuah kaca besar namun hanya untuk sesaat karena melihat sosok seorang pria. "Om baik," gumamnya.
Aileen bisa melihat Trevor memanggilnya tetapi dia tidak berani pada awalnya. Ia melihat pada Arini beserta Philip sebentar dan tanpa bicara sepatah kata anak perempuan berusia empat tahun itu bergegas mendekat.
Trevor kontan memeluk dan mencium Aileen yang merupakan putri kandungnya sendiri. Hasil tes sudah didapatkan, 99 persen DNA cocok jadi tak perlu diragukan oleh pria itu.
"Om lama nggak ketemu, Aileen lindu," ungkap Aileen polos.
"Om juga rindu sama Aileen, Aileen bisa Om minta tolong?"
"Minta tolong apa?"
"Tolong berikan ini sama Mama kamu, bilang dari Om baik," pinta Trevor seraya memberikan sebuah kartu undangan berwarna pink. Aileen melihat-lihat lalu menoleh lagi ke depan tapi Trevor sudah menghilang.
"Aileen." Panggilan dari Arini menyentaknya.
"Ayo masuk." Buru-buru Aileen melangkah mendekat pada Arini juga Philip dan pintu lift kemudian menutup.
❤❤❤❤
See you in the next part!! Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu (PINDAH DI INNOVEL)
RomanceArini Mahanipuna, seorang gadis belia yang cerdas bertemu dengan Trevor Pradipta, Presdir pemilik pabrik cengkeh terbesar se Asia. Tidak menunggu lama, sang presdir menyukai Arini dan memperistrinya. Sungguh tak bisa diduga begitu Arini di bawa ke...