Penolakan Tegas

4.5K 348 35
                                    

Philip bungkam. Kedua sudut bibirnya terbentuk saat melihat Aileen menatapnya penuh harap. "Tentu saja, siapa yang tidak mau memiliki putri semanis Aileen."

Ucapan Philip membuat Aileen merekahkan senyum untuk pria itu. Dia senang bisa mengenal Philip dan merasa akan lebih bahagia lagi jika Philip benar-benar menjadi Ayahnya.

Seketika rona bahagia dari Aileen memudar, anak perempuan itu mengingat pada sang Ibu. Terang saja demikian sebab Arini adalah orang yang memberikan keputusan. "Lalu bagaimana dengan Mama?"

Untuk sesaat pandangan Philip beralih ke arah Arini yang sedang bicara bersama teman-temannya. Tampak wanita itu mudah sekali tersenyum namun di dalamnya Arini menyimpan begitu banyak kesedihan dan Philip ingin menghapus semua rasa pilu.

Philip kemudian kembali berpaling pada Aileen lalu memulas lagi sebuah senyum simpul. "Paman akan bicara pada Ibumu, mudah-mudahan dia menerima lamaran Paman tapi sebelum itu kita bawa Ibu ke kantor ada sesuatu yang menunggunya," kata Philip yang diakhiri dengan sebuah bisikan lirih.

"Sesuatu?" Sebagai jawaban Philip menorehkan senyum misterius. Hal itu menimbulkan suatu tanda tanya besar dari Aileen. Jelas gadis kecil itu sudah tak sabar lagi dengan "sesuatu" yang ditutup-tutupi.

Acara kelulusan dimulai dan selama satu jam lebih kegiatan itu berlangsung hikmad tanpa ada suatu gangguan. Arini yang akhirnya mendapat ijazah menghampiri Aileen dan Philip.

"Congratulation Mama!" ucap Aileen seraya memberikan pelukan sedang Philip mendekat pada mereka berdua dengan membawa buket bunga.

"Selamat ya Arini," kata Philip kemudian memberikan buket bunga yang indah itu kepada Arini.

"Terima kasih, bunganya indah sekali," balas wanita itu. Didekatnya indera penciuman ke Bunga dan menghirup aroma yang wangi.

"Ayo kita ke perusahaan, Rosa di sana sudah menunggu." Arini dan Aileen menerima ajakan dari pria itu toh memang Arini ingin bertemu dengan Rosa. Dia ingin membagikan momen berharga ini kepada temannya itu.

Mobil yang dipergunakan oleh Arini ketika datang sudah menghilang sebab Philip meminta sopir untuk membawanya pulang yang menyisakan mobil Philip sendiri. "Philip kita ke rumah terlebih dahulu, aku harus ganti baju dulu."

"Tidak nanti saja setelah kita sampai ke perusahaan," sahut pria itu tenang. Arini jelas merasa kebingungan apa ada sesuatu yang disembunyikan?

Akhirnya mereka sampai ke perusahaan. Arini beserta putrinya masuk terlebih dahulu sedang Philip sibuk memarkirkan mobil. Tapi sampai di dalam, Arini bingung saat mendapati kantor sepi dan semakin lama mereka berjalan, makin gelap pula ruangannya.

Semua jendela ditutup sementara lampu tak dinyalakan. "Mama Aileen takut," rengek Aileen ketakutan. Tangannya terus menggenggam erat tangan milik Arini seakan tak mau berpisah dari sang Ibu.

"Ayo kita cari saklarnya dulu." Dengan memakai senter di ponsel, Arini mendekat pada saklar yang ada di dekatnya namun saklar tersebut tak berfungsi walau Arini berusaha menekan beberapa kali.

"Sayang tampaknya kita harus ke ruangan Mama, di sana lampu Mama punya cadangan listrik pasti nyala." Aileen tak memiliki pilihan dengan mempercayai Ibunya dan ketika mereka sampai lampu otomatis menyala.

Ada pula suara ledakan kecil dibarengin dengan kertas warna warni yang berterbangan ke mana-mana. "Suprise!" Arini terkejut menemukan semua karyawannya berkumpul di ruang kerja milik Arini dan tepat di tengah mereka terdapat kue.

Di atasnya ditemukan tulisan "Congratulation" yang berarti ini adalah pesta kejutan untuk Arini. "Selamat Direktur, anda akhirnya mendapat gelar sarjana," ucap Rosa setelah mendekat kepada Arini dan Aileen.

Madu (PINDAH DI INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang