30. Resmi Sebagai Suami Istri

10.3K 516 14
                                    

Arini mendecak kesal melihat nama Silva tertera di layar ponselnya. "Rasakan itu, karena kau tak membalas teleponku aku pun tak akan mengangkat teleponmu."

"Arini, kau ini lihat apa sih di ponselmu? Gara-gara kau kue yang kita buat tak pernah selesai tahu." omel Trevor seraya memijit adonan. Ketika Trevor datang menjemput Arini, dia melihat bahwa mood sang istri sangatlah tak bagus.

Untuk memperbaiki hal itu tiba-tiba saja Trevor berhenti di sebuah supermarket, membeli beberapa kebutuhan seperti tepung, telur dan lain-lain. "Kenapa kau membeli semua barang ini?"

"Tentu saja untuk membuat kue. Kau mau tidak membantuku?" Trevor balik bertanya.

"Iya, aku mau. Tapi kenapa mendadak begini?" Pria itu mengumbar senyuman.

"Karena kau. Aku lihat kau cemberut saja dari tadi untuk meningkatkan mood." Arini merenung kemudian lalu mengangguk.

"Baiklah aku ikut." Dan di sinilah mereka. Sedang berada di dapur dengan wajah belepotan tepung akibat ulah mereka sendiri.

"Seseorang meneleponku dan dialah penyebab aku menjadi kesal." Sontak Trevor menghentikan gerakannya. Pandangan pria itu menampakkan sorot mata dingin yang membuat raut wajahnya mengerikan.

"Katakan siapa orang itu? Biar aku buat dia menderita!" Arini yang melihat perubahan sang suami langsung menangkup kedua pipi Trevor dan membelai lembut.

"Jangan marah, aku hanya kesal sedikit tak perlu kau marah besar seperti itu." kata Arini menenangkan.

"Tapi dia mengusikmu, orang itu ... apa dia laki-laki?!"

"Perempuan. Sudah jangan kesal lagi ya, i'm fine." Trevor membuang napas kasar dan menarik Arini ke dalam pelukan.

"Kalau ada orang yang mencari gara-gara padamu katakan padaku biar aku yang urus." Arini mengangguk dalam pelukan. Dilepaskannya pelukan Trevor kemudian menatap dalam-dalam pada tatapan sayu sang suami.

"Tak marah lagi?"

"Iya."

"Ayo kita ganti topik. Hari ini aku bertemu Rossa." Sekali lagi Arini dihadiahi tatapan tak bersahabat dari Trevor. Dia tampaknya sangat tak senang mendengar kabar yang dibawa oleh Arini.

"Kenapa kamu bertemu dengan dia? Apa dia menyakitimu?"

"Tidak justru sebaliknya, dia menawarkan kita kerja sama."

"Kerja sama?"

"Ya, dia bercerita soal dirinya yang selalu dipaksa untuk mendekatimu padahal itu bukan keinginannya. Dia melakukan semua itu semata-mata untuk membayar hutangnya pada Ibumu."

"Lalu kenapa dia menawarkan kerja sama?"

"Rossa ingin bebas jadi dia membantu kita asal kita harus menolongnya keluar dari cengkeraman Ibumu. Bagaimana?"

"Entahlah aku tak yakin. Bisa saja ini adalah akalannya untuk memisahkan kita." Arini menggeleng.

"Aku rasa dia tak berbohong. Dari tingkahnya dia bukanlah wanita yang pertama kali aku lihat. Meski sama sepertimu aku masih merasa ragu tapi tak ada salahnya mencoba bukan?" Ini hanya satu-satunya cara agar mereka mendapat seluruh informasi Hana.

Tentunya ini akan menjadi suatu keuntungan besar untuk melangkah satu kali lebih cepat dari wanita yang tak menginginkan hubungan mereka. "Karena Rossa sudah berada di pihak kita, aku mau kamu harus bermain bersamanya."

"Bermain apa?"

"Pura-puralah kau tertarik pada Rossa. Dengan begitu Ibumu tak akan tahu gerak-gerik kita, aku yakin Rossa pasti mau berakting bersamamu."

"Baiklah, tapi janji satu hal padaku. Besok, aku mau kau pergi denganmu di suatu tempat." Kening Arini mengerut.

"Tempat apa? Tolong jangan bawa aku ke tempat yang aneh."

"Tidak Arini sayang, aku jamin kau pasti akan suka." Sekali lagi perasaan ragu dirasakan oleh Arini tapi dia harus mencoba setidaknya toh Arini juga penasaran.

"Siap deh, aku akan ikut denganmu." balasnya seraya tersenyum cerah.

👄👄👄👄

Keesokan harinya, Arini benar-benar dibuat terkejut sekaligus termangu. Untuk apa mereka ke KUA? Arini menghentikan langkahnya saat dirinya ditarik menuju ke dalam.

"Mas, untuk apa kita ke sini? Kau tahu kita ini menikah siri." Trevor tersenyum mendengar ucapan gugup Arini dan dia berusaha menenangkannya dengan mengecup punggung tangan istrinya itu.

"Kau akan tahu, ayo masuk." Kali ini Arini tak bisa melakukan apa-apa lagi. Dirinya pasrah diseret oleh Trevor yang kini lengannya menjadi tempat Arini untuk menggenggam erat.

"Ah anda akhirnya datang silakan masuk." Mereka lalu dibawa ke meja kerja pria yang menyambut. Terlihatlah buku nikah yang kemudian diberikan kepada mereka.

"Silakan bubuhkan tanda tangannya." Arini terpaku kala memandang pada Trevor.

"Kau membuatkan kita buku nikah? Kenapa kau tak memberitahuku?"

"Karena ini adalah kejutan. Iva memberikanku izin untuk menikahimu secara sah dan aku langsung mendaftarkan pernikahan kita. Ayo tanda tangan." Trevor meraih pulpen yang tersedia.

Diberikan tanda tangan lalu Arini mengikutinya juga. "Sekarang kita sudah sah menjadi pasangan suami istri, baik itu agama mau pun negara." Arini ikut juga tersenyum.

Akhirnya dia secara resmi menjadi istri dari Trevor yang juga memiliki hak sama dengan Iva kendati hanya akan bertahan beberapa tahun tapi statusnya menjadi jelas.

"Lalu bagaimana dengan Iva?" tanya Arini begitu mereka keluar dari kantor KUA.

"Dia baik dan tidak terluka malah dirinya lebih suka dirinya yang bebas dan tak terlibat dengan apa pun. Iva bahagia menjalani kehidupannya sekarang." sahut Trevor.

"Syukurlah kalau begitu tinggal Prima dan Ibumu saja."

"Iya ... Akhir-akhir ini Prima tak menggangguku tapi aku yakin suatu hari."

"Tetaplah waspada jika dia melakukan sesuatu padamu nanti aku yang menghadapi ok?" Trevor tertawa dan mengusap kepala Arini. Istrinya benar-benar manis sekali.

👄👄👄👄

See you in the next part!! Bye!!

Madu (PINDAH DI INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang