Beberapa kali Arini mencoba menelepon namun tak pernah terhubung. Jelas hal ini membuat wanita itu bingung. Tak biasanya Trevor mematikan ponsel kecuali saat handphonenya di cas atau pun tidur di malam hari, pasti lelaki itu mematikannya agar bisa beristirahat.
Dia pun mencoba berpikir positif dan akan menghubunginya lagi keesokan harinya. Tapi Arini tidak memungkiri ada perasaan kecewa. "Hei, kok melamun begitu," ucap Rosa mendadak sembari menepuk salah satu pundak Arini.
Sontak Arini terkejut, ia menoleh pada Rosa lalu menggeleng disertai senyuman hambar. "Ada masalah ya? Apa Trevor tak mengangkat teleponnya?"
"Ponselnya tak aktif, mungkin dia sedang sibuk." Arini memberikan penjelasan namun ekspresinya kala itu menunjukkan ia sedih. Sebagai seorang teman, Rosa cuma bisa menghibur.
"Ayo istirahat. Jaga kesehatanmu dan juga janin yang ada di perutmu. Tidak baik kalau di luar terus." Arini mengiyakan ucapan Rosa dengan berjalan menuju mobil dan masuk ke dalam.
❤❤❤❤
Di sisi lain Trevor tetap saja menunggu telepon dari Arini. Rasa rindunya makin berat dan butuh suara sang istri agar melipur lara namun hal yang dia inginkan sama sekali tidak datang.
Selama bekerja pun Trevor melihat lama pada ponsel miliknya. Berharap jika kotak persegi panjang itu akan berdering atau pun bergetar. Namun sepanjang hari tersebut Arini tak pernah menelepon.
Malahan Trevor hanya mendapat banyak panggilan dari teman-teman dan beberapa kolega yang dikenali oleh pria itu. Sebab hal tersebut, mood Trevor semakin turun yang mengakibatkan dia lebih cepat lelah.
"Tuan Trevor, anda tidak bersemangat. Apa ada masalah?" tanya seorang kolega kepada Trevor yang melamun.
"Tidak ada tapi jujur aku merasa kurang nyaman, mungkin aku butuh istirahat," sanggah Trevor seraya memberikan senyum tipis.
"Kalau begitu saya pamit undur diri. Kita juga sudah membahas hal penting." Si kolega kemudian berdiri dan menjabat tangan milik Trevor yang terulur.
Pria paruh baya itu pun pergi meninggalkan Trevor seorang diri dan tercetak jelas kegelisahan di raut wajah pria yang berumur 30 tahun tersebut.
Ia tidak tahan lagi menunggu jadi Trevor menetapkan agar dia menghubungi Arini terlebih dahulu. Untuk sesaat Trevor mencari nama Arini di kontak lalu menekan tombol hijau bergambar telepon.
Beberapa saat Trevor menunggu agar bisa terhubung sayangnya, pria itu mendapati kalau ponsel istrinya sedang tak aktif. Lantas Trevor mendecih.
"Kau ke mana sayang? Kenapa kau mematikan ponselmu?" tanya Trevor cemas. Tak biasanya Arini mematikan ponsel namun Trevor tidak menyerah. Lantas dia berusaha menghubungi Arini setiap kali ada kesempatan.
Tetap saja semuanya tak berhasil. Hal ini menciptakan timbulnya kecurigaan kepada istrinya Arini dan sang Ibu, Hana. Tak mungkin Arini mencoba menjauhi Trevor dan bisa saja Hana dalang di balik semua ini.
❤❤❤❤
"Halo, bagaimana kau sudah mengerjakan apa yang dikatakan Rery padamu?" Pertanyaan dari Hana di balik telepon membuat sosok pria berwajah tembem menyeringai.
Sambil terus melahap burger, dia kemudian membalas. "Tentu saja hal ini sangat mudah untukku, terima kasih karena kau sudah memberiku uangnya,"
"Hei itu baru uang mukanya, aku akan mengirimkanmu lebih banyak lagi itu pun jika kau melaksanakan pekerjaan dengan baik," balas Hana licik. Sebagai orang yang tak memiliki pekerjaan dan suka menetap di rumah tanpa pergi ke suatu tempat, mata pria itu membulat tak percaya.
"Benarkah? Kau mau aku melakukan apa lagi? Aku akan berusaha sebaiknya!" Dari balik telepon Hana tertawa sinis.
"Sudah saatnya kau jalankan rencana B."
❤❤❤❤
Malam di kota New York begitulah indah dengan lampu berwarna-warni. Jika dilihat secara sepintas maka seperti tampak ribuan bintang yang berada di bawah langit. Namun bukannya terpesona melihat pemandangan cantik itu, Arini malah melamun seraya melihat dari jendela apartemennya.
"Arini, kau kenapa ada di situ? Ayo saatnya makan malam." Suara Rosa menginterupsi Arini yang kemudian berjalan mendekat dan duduk di kursi.
"Karena kau sedang hamil, aku khusus memasak sup ayam untukmu. Kata mendiang Ibuku, orang hamil itu harus banyak makan sup supaya asinya banyak juga." Kepedulian Rosa sama sekali tak diindahkan oleh Arini yang sedang banyak pikiran. Kadang kala ia terus menatap ponsel, berharap jika suaminya menelepon.
"Hei Arini!" seru Rosa seraya menepuk pundak temannya itu. Segera saja Arini menoleh dengan raut wajah bingung.
"Kau melamun lagi, pasti karena suamimu, kan? Sudah jangan terlalu diambil pusing. Kamu ini sedang hamil, akan lebih baik kalau kau fokus saja sama bayimu, ok?"
"Tapi Rosa-"
"Mungkin dia sedang sibuk. Nanti kalau Trevor punya kesempatan maka dia pasti akan langsung meneleponmu." Tepat saat itu juga ponsel Arini berbunyi, tertera nama Trevor di layar.
Arini menghembuskan napas lega lalu tersenyum cerah. Rasa khawatir yang sempat berada di dalam hati melebur secara mendadak. "Nah, aku juga bilang apa. Tunggu apa lagi angkatlah," pinta Rosa.
Lantas Arini bergerak agak menjauh dari Rosa. Dia menarik napasnya dalam-dalam sesaat kemudian mengeluarkan napas panjang. Diangkatnya panggilan tersebut, hendak Arini mengucapkan sesuatu akan tetapi mulutnya terkunci rapat kala mendengar kalimat yang dilontarkan Trevor dari balik telepon.
"Halo Arini, aku cuma mau bilang aku menjatuhkanmu talak tiga. Tak usah khawatir soal perceraian, aku bisa urus sendiri." Sepasang mata Arini membelalak, sedang wajahnya membeku dan dadanya bergejolak hebat sekarang. Sulit dipercaya Trevor yang begitu mencintai Arini bisa langsung menjatuhkan talak tiga tanpa basa-basi.
❤❤❤❤
See you in the next part!! Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu (PINDAH DI INNOVEL)
RomanceArini Mahanipuna, seorang gadis belia yang cerdas bertemu dengan Trevor Pradipta, Presdir pemilik pabrik cengkeh terbesar se Asia. Tidak menunggu lama, sang presdir menyukai Arini dan memperistrinya. Sungguh tak bisa diduga begitu Arini di bawa ke...