"Ayah, Ibu, kalian datang." Arini lalu menyalimi kedua orang tuanya. Dia senang melihat kedatangan Ayah dan Ibunya yang begitu tiba-tiba tapi ada juga terbersit sebuah kecurigaan.
"Arini, bagaimana kabarmu?"
"Aku baik-baik saja. Kalau Ayah dan Ibu?"
"Kami sehat hanya saja ...." Prameswari -- Ayah dari Arini membuang napas.
"Ada apa?"
"Karena gosip kau merebut lelaki orang, kami akhir-akhir ini tidak dipandang baik oleh para warga di sana. Orang tua seperti kami tidak bisa membimbingmu dengan baik sehingga kami pun disalahkan karena menjadi istri kedua jadi Ayah ke sini untuk meminta kalian berdua bercerai." Mata Arini membulat dan menjatuhkan pandangan pada Trevor yang memasang wajah datar.
"Tidak aku tak mau berpisah sama Trevor!" balas Arini tegas setelah memalingkan wajah pada kedua orang tuanya.
Lantas Prameswari bersama dengan istrinya kaget mendengar keputusan lugas dari Arini. "Kenapa Arini? Kamu tak mau tinggal bersama kami atau kamu sudah senang hidup di sini?!" Ada emosi di dalam intonasi nada yang dipakai oleh Prameswari.
Dia sangat tak suka keputusan yang dia pikir Arini mengatakannya secara terburu-buru namun sekali lagi Arini membantah. "Tidak! Bukan seperti itu, aku menikah dengan Trevor bukan karena uang tapi karena pendidikan dan dia mau membiayai kuliahku di sini. Nanti setelah aku lulus aku akan kerja di perusahaannya. Aku akan membuat Ayah dan Ibu bangga!"
"Bangga apanya kalau harga diri kami sudah tercoreng sebab kau menikahi pria beristri?! Arini tak apa-apa kalau kau tidak punya gelar sarjana atau bekerja di perusahaan yang gajinya banyak toh sebelum itu kamu juga sudah menjadi gadis yang memiliki prestasi di desa dan berkat kau juga tak ada di desa yang kesusahan. Semua itu lebih dari cukup buat kami!" terang Prameswari. Pria itu sekarang berusaha semaksimal mungkin agar tak naik darah.
"Justru karena dia punya potensi aku membawanya ke kota." Kali ini suara Trevor yang menginterupsi.
"Jika kemampuan putri anda diasah secara baik maka kemungkinannya Arini akan jauh lebih berkembang. Jadi tolong jangan minta dia bercerai dari saya."
"Tapi Tuan Trevor, saya sudah terlanjur malu dan pastinya ini akan membutuhkan waktu asal anda pisah sama putri saya."
"Sekali lagi saya minta maaf, saya tidak akan berniat menceraikan putri anda." Tangan milik Trevor lalu menggenggam tangan milik Arini. Dia ingin Arini tahu bahwa da juga akan mempertahankan rumah tangga mereka berdua.
"Tuan Trevor!"
"Anda juga seharusnya tahu kalau Pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dipermainkan. Saya juga serius dalam menjalani hubungan dengan putri anda. Dia adalah wanita yang penting bagi saya." Napas Prameswari memburu-buru. Dia bangkit dari tempat duduknya sambil menyorot Arini tajam.
"Arini, tetapkan keputusanmu. Kau mau bersama Trevor dan selalu dihina atau pulang dengan kami?!"
"Keputusanku sama Ayah. Aku akan tetap bersama Trevor dan mengenyam pendidikan sampai aku berhasil!" jawab Arini tegas. Wanita muda itu balas menatap sang Ayah dengan serius.
"Baik! Kalau begitu kau bukan putri kami lagi! Aku tak sudi punya anak yang bodoh sepertimu!" Prameswari kemudian menarik tangan istrinya bergegas keluar meninggalkan kediaman Pradipta.
Dia agak kesusahan pada awalnya karena istrinya tak berhenti melepas pandangan pada Arini. Sebagai seorang Ibu tentu saja dia sangat sedih karena akan berpisah dengan putri sulung mereka.
Sepeninggalnya Arini menutup wajahnya, napasnya menjadi sesak sedang air mata yang sudah dia tahan sudah membasahi kedua tangan yang menutup wajahnya. "Maafkan aku ... aku tak bermaksud menyakiti perasaan Ayah dan Ibu tapi aku harus menjadi orang sukses!"
Trevor terdiam melihat Arini. Dia lalu menarik tubuh Arini untuk memberikannya pelukan. "Aku tidak apa-apa." lirih Arini sambil mengalungkan kedua lengannya di tubuh kekar milik Trevor.
"Kau tidak baik-baik saja. Aku merasa bersalah dengan kejadian tadi."
"Tidak ini bukan salahmu."
👄👄👄👄
Sedang itu Ibu Arini bernama Melisa menyentak lengan suaminya dalam perjalanan menuju terminal bus. Rencananya mereka akan langsung pulang. "Kau ini kenapa? Apa kau masih memikirkan anak durhaka itu?!"
"Justru kau yang kenapa?! Kau dengar tidak Arini mengatakan apa? Dia melakukan ini semua untuk mengangkat derajat kita! Dia hanya ingin menjadi putri yang baik tidak ada salahnya, kan?!"
"Melisa!"
"Aku tak peduli dengan apa yang dibicarakan oleh banyak orang selama Arini mengerti dengan apa yang dia lakukan menurutku itu adalah hal yang benar! Lagi pula kenapa Arini memilih Trevor menjadi suaminya itu karena kau yang menerima lamaran juragan itu jujur saja aku tak setuju jika Arini menikah dengannya!"
"Akan lebih baik Arini menikah dengan Trevor. Dia tak pernah mengeluh pada kita bukan itu tandanya Trevor benar-benar menyayangi anak kita kendati memiliki istri yang lain. Sebagai seorang Ibu aku bahagia Arini mendapat kebahagiaannya." Melisa kemudian berjalan meninggalkan Prameswari sendirian.
Pria itu membuang napas berat dan berjalan tanpa berniat untuk menyamakan langkah dengan istrinya. Entah mengapa Prameswari menyesal dengan keputusannya mengingat beberapa tahun belakangan.
Prameswari mengakui kalau dia keliru. Arini adalah putri terbaik yang dia miliki. Tak pernah sekali pun Arini membelot dari kecil sampai sekarang. Namun mungkin saja Arini keberatan dengan perjodohannya sehingga dia meminta bantuan pada Trevor.
Sungguh dia egois dan sebab itu juga hubungannya bersama keluarga rusak.
👄👄👄👄
See you in the next part!! Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu (PINDAH DI INNOVEL)
RomanceArini Mahanipuna, seorang gadis belia yang cerdas bertemu dengan Trevor Pradipta, Presdir pemilik pabrik cengkeh terbesar se Asia. Tidak menunggu lama, sang presdir menyukai Arini dan memperistrinya. Sungguh tak bisa diduga begitu Arini di bawa ke...