"Berita yang beredar mengatakan jika tiba-tiba saja Ayahnya Trevor pingsan dan sampai sekarang berada di rumah sakit." Arini tak mengatakan apa pun selama beberapa saat dan mengalihkan pandangan pada beberapa surat usang.
"Jadi selama ini dia terus menghubungiku tapi kenapa surat-surat ini tak pernah sampai? Atau mengapa baru sekarang kau memberikan hal ini padaku?" tanya Arini menyelidik.
Rosa mengeluarkan napas panjang dan berucap, "Dari tadi aku sudah mengatakan jika semua surat yang dikirim Trevor selalu diambil kembali oleh seseorang. Kalau soal mengapa baru sekarang sebab kau terlalu bersedih. Setiap kali aku ingin bicara, kamu selalu tidak memiliki waktu."
"Aku sangat mengerti dengan perasaanmu jadi kumenunggu agar bisa memberikan semua ini." Arini diam dan fokus pada dalam kotak, ada perasaan rindu saat meneliti foto Trevor. Tidak ada kegembiraan yang terpancar dari wajah sang suami. Walau cuma sebuah gambar, wanita itu bisa melihat sinar matanya yang sayup seperti kelelahan.
Dia kemudian mengeluarkan napas panjang berat, sebenarnya Arini ingin sekali membuka dan membaca surat akan tetapi ada sesuatu yang kurang. Penjelasan Trevor.
"Terima kasih Rosa, kau sudah menghiburku tapi ini tak cukup. Aku harus bertemu dengan Trevor dan meminta penjelasannya tentang panggilan empat tahun lalu," ucap Arini serius.
"Kita harus pulang ke Indonesia begitu visa kita habis dan setelah sampai, aku akan menemui Trevor." Akhirnya setelah empat tahun, Rosa bisa melihat binar mata Arini yang berkobar. Dia sangat senang dengan perubahan dari temannya itu lalu sekarang tinggal menunggu waktu agar mereka bertemu.
Semoga pernikahan mereka tetap bertahan. "Oh ya Arini, lusa kita akan terbang ke Tokyo guna menghadiri acara pesta salah satu rekan bisnis. Mereka sangat berharap agar kita datang."
"Baiklah, kita bersiap-siap ke Jepang, aku juga harus menyelesaikan urusan perusahaan sebelum pergi." Arini lantas beranjak dari tempatnya duduk menuju di mana Aileen berada.
❤❤❤❤
Cuaca hari ini begitu panas sama halnya dengan hati Trevor. Bagaimana tidak? Sekarang pria itu tengah berada di salah satu restoran namun raut wajahnya menunjukkan ketidaksenangan saat melihat Ibunya sedang berbicara pada seorang wanita asing.
Ini bukan kali pertama Trevor datang di sebuah pertemuan tak jelas malah sangat sering. Semuanya berkat Hana--Ibu Trevor yang terus menelepon. Wanita paruh baya itu memberikan banyak alasan sekaligus memaksa agar Trevor menemui dia dan berakhir dengan memperkenal seorang wanita.
Merasakan niat Ibunya itu, tanpa diberitahu sekali pun Trevor langsung mengetahui maksud dari Hana. Jelas ia sangat marah.
"Ibu jika tidak ada urusan lagi aku akan pergi," ucap Trevor mencoba agar tenang. Belum sempat mendengar balasan dari Hana, pria itu cepat berdiri dan berjalan pergi.
Hana kontan mengejar putranya terburu-buru. Dia langsung meraih lengan ketika ada kesempatan tetapi Trevor segera melepaskan genggaman dengan menepis kasar.
"Trevor apa yang kau lakukan? Jangan buat Ibu malu di depan tamu kita?!" marah Hana.
"Justru Ibu yang tak tahu malu! Kenapa Ibu mencoba menjodohkanku dengan wanita lain padahal aku masih memiliki istri?!" hardik Trevor emosi.
"Istri mana? Istri yang sudah meninggalkanmu selama empat tahun? Dia bahkan tak memerdulikan kamu lagi! Sudahlah Trevor lupakan saja wanita miskin itu. Dia telah sukses mengelabuimu hanya untuk memanfaatkan kekayaan kita saja." Senyuman sinis terpatri di wajah Hana. Senang sebab rencananya berjalan lancar sampai sekarang.
Semua itu dilakukan demi Trevor bisa terlepas dari Arini. "Terserah Ibu mau bilang apa, aku tak percaya jika Arini tega melakukan hal itu!"
"Kau hanya kenal Arini beberapa bulan bagaimana bisa kau sangat mempercayainya? Jangan naif putraku, kau terlalu larut dalam cinta sampai tak melihat kepalsuan-"
"Ibu, apa Ibu yang melakukannya?" Hana terdiam dan memaku pandangan pada Trevor dengan mata membulat. Sedang anaknya sekarang menyorot dingin.
"Apa maksudmu? Ibu tak mengerti!" Hana menyahut.
"Jangan berpura-pura tak tahu, Ibu itu tak suka pada Arini dan sering menjelek-jelekkannya bisa jadi Ibu yang berusaha memisahkanku dengan dia!" terka Trevor.
"Lancang sekali kau menuduh Ibumu! Kau saja tak memiliki bukti, bagaimana bisa kau langsung menuduhku sembarangan!" Hana berdalih.
"Terserah apa yang Ibu katakan, aku tak peduli dan jika aku mendapati kalau Ibu berada di balik semua yang terjadi, bukan hubungan kita saja yang akan rusak ... aku akan pastikan Ibu mendapat hukuman yang pantas." Trevor berjalan lagi meninggalkan Hana dan wanita itu menampakkan raut wajah kesal.
Dia sama sekali tak takut atas ancaman dari putranya toh lambat laun semua pasti akan ketahuan namun belum tentu Trevor bisa menemukan bukti yang kuat.
Segalanya telah diperhitungkan termasuk membuang semua tanda sehingga ancaman dari Trevor hanyalah omong kosong belaka.
❤❤❤❤
Dalam mobil Trevor mencoba fokus ke jalan raya. Antara kesedihan sekaligus marah dirasakan oleh pria itu namun dia sadar tidak boleh terbawa emosi setidaknya sampai ke rumah sakit.
15 menit kemudian, setelah memarkirkan mobil Trevor turun untuk menuju sebuah kamar. Di sana sudah ada sekretaris yang setia menunggu kedatangannya. Ada pula dua orang berpakaian jas serba hitam tengah berdiri tak jauh dari mereka.
"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Trevor memulai percakapan.
"Tidak ada Tuan, semua yang datang pun kami periksa," sekretaris menyahut.
"Bagus, teruskan pekerjaan kalian. Tidak ada yang boleh mendekati Ayah kecuali keluarga dan dokter. Aku masuk." Dia lalu melangkah masuk dan menemukan seorang pria paruh baya tergeletak di atas ranjang.
Ia memejamkan mata layaknya orang yang sedang tidur hanya perbedaannya ialah ada alat bantu terpasang untuk membantu si pria bernapas.
❤❤❤❤
See you in the next part!! Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu (PINDAH DI INNOVEL)
RomanceArini Mahanipuna, seorang gadis belia yang cerdas bertemu dengan Trevor Pradipta, Presdir pemilik pabrik cengkeh terbesar se Asia. Tidak menunggu lama, sang presdir menyukai Arini dan memperistrinya. Sungguh tak bisa diduga begitu Arini di bawa ke...