Kevin kemudian mengangguk pada Arini yang memandangnya namun istri kedua Trevor itu tidak bisa menafsirkan dengan baik.
"Ayo lari." bisik Kevin dan tak menunggu lama, selekas mungkin Kevin berlari diikuti oleh Arini dengan tertatih-tatih.
Beberapa orang meneriakinya agar mereka berhenti. Ada pula yang mencaci maki tentang perebut suami orang sementara Iva buru-buru menarik Prima untuk pergi dari belakang panggung.
Ini adalah kesempatan emas sebelum gadis cabe-cabean kembali memanasi Prima. Di lain pihak, Kevin menemukan sebuah ruang kelas yang sepi. Tanpa membicarakannya pada Arini dia langsung menarik wanita itu masuk dan menutup pintu rapat-rapat.
"Apa yang---"
"Sttt ... diamlah." kata Kevin. Tangannya secara otomatis menutup mulut Arini. Dari luar, Arini dan Kevin bisa mendengar suara kekesalan beberapa orang yang mengejar mereka.
Hal itu entah kenapa membuat jantung mereka berdegup kencang. Bukan itu saja napas mereka pun tertahan ketika orang-orang itu mulai mengucapkan kata-kata kasar tentang Arini.
Barulah ketika rombongan itu pergi, keduanya bernapas lega. "Sialan para ibu-ibu tak mau melepasmu. Kita harus melakukan sesuatu."
Kevin merogoh sakunya, meraih ponselnya dan menelepon seseorang. "Halo, kau ada di mana?" tanya Kevin pada seseorang yang berada di balik telepon.
"Aku ada di ruang petugas kebersihan. Ada apa?" tanya Trevor seraya mengganti bajunya dengan baju petugas, lengkap beserta topi dan aksesoris lainnya.
"Istrimu ketahuan ada di sini, dia akan menjadi bulan-bulanan para ibu-ibu."
"Tenang saja aku memiliki cara, kau ada di mana?"
"Di salah satu ruang kelas."
"Baiklah, aku akan memberikan signal untuk kalian supaya bisa keluar dari sana. Bertahanlah sebentar saja."
"Ok aku akan ikuti perintahmu tapi kamu juga harus melakukannya dengan cepat."
"Tenang saja itu, oh ya aku mau bic--" Kevin langsung mematikan ponselnya tanpa mendengar ucapan dari Trevor dan memandang pada Arini yang hanya memandang sekeliling.
"Apa itu Trevor?" Sebagai jawaban Kevin mengangguk. Dia lalu duduk di sebuah meja yang berada tak jauh darinya.
"Trevor bilang kita akan cepat mendapat bantuan. Dia memiliki sebuah rencana." kata Kevin.
"Baguslah, aku tahu dia pasti memiliki suatu ide."
"Tentu saja, itu juga karena kamu. Para pria akan melindungi kekasihnya termasuk aku sendiri." Arini tak banyak bicara. Dia lebih memilih melihat pada beberapa benda di dalam ruangan kelas yang agak gelap tersebut.
"Arini,"
"Ya." jawab Arini cepat.
"Apa tidak ada sama sekali kesempatanku untuk mendekatimu lagi?" Kali ini Arini memalingkan wajah ke arah Kevin. Tatapan pria itu tampak sendu.
"Ya." jawab Arini sekali lagi.
"Bukankah kita sudah membahas ini Kevin, kenapa tiba-tiba kau mengungkitnya lagi?"
"Hanya untuk memastikan saja. Kau tahu, melihat kalian bersama itu membuatku merasa sakit dan aku sering berpikir tentang jika kita bertemu lebih awal apa mungkin kita bersama dan kau tak akan menjadi istri kedua Trevor? Atau aku masih berharap bahwa kau akan menerimaku."
"Tapi itu tak--"
"Aku tahu. Itu sangat tak mungkin jadi dari pada aku selalu kecewa akan lebih baik jika aku tinggal sendiri."
"Maksudmu kau akan keluar dari rumah Trevor?"
"Ya, sebentar lagi Ibuku dan Trevor akan berpisah. Aku disuruh oleh Ibu untuk membeli sebuah rumah kecil yang bisa ditinggal oleh kami maka aku memutuskan kalau aku akan tinggal lebih dahulu di sana."
"Baiklah, kalau itu keputusanmu aku mendukung saja. Selama ini kau baik padaku, ya meski kadang-kadang ada beberapa sifat yang aku tak suka tapi selebihnya kau adalah pria baik. Semoga saja kau mendapat seorang wanita yang sangat mencintaimu."
"Aku berharap juga seperti itu dan dengan pindahnya aku, aku bisa menenangkan pikiran."
👄👄👄👄
Sedang itu di tempat lain, berkat penyamarannya, Trevor berhasil mengelabui orang-orang yang mencarinya dengan menggunakan baju petugas kebersihan.
Sebagai petugas kebersihan di sekolah tersebut, Trevor berpura-pura membersihkan lantai atau lain-lain sambil mencari alarm kebakaran.
Rupanya alarm kebakaran berada di tempat yang agak tersembunyi jauh dari keramaian. Begitu menemukan alarm tersebut, Trevor segera menekannya dan terdengar suara alarm yang menggema di seluruh penjuru sekolah.
Trevor buru-buru keluar membaur dengan semua orang yang panik. Tak lupa dia mengirim sebuah pesan singkat untuk Kevin. "Alarm kebakaran menyala?"
"Tidak, itu tanda dari Trevor, ayo kita pergi." Kevin kembali menyelimuti Arini dengan jaket yang dia bawa dan berlari keluar.
Semua orang mencari di mana letak kebakaran terjadi bahkan tak lama ada petugas kebakaran yang datang ke sekolah.
Kevin dan Arini keluar juga. Mereka tidak memiliki waktu untuk melihat, ketika keduanya bergerak menjauh dari kerumunan banyak di situlah seorang lelaki yang ternyata adalah suruhan dari Trevor menghampiri mereka.
"Nyonya, Tuan silakan masuk ke mobil. Tuan Trevor beserta Nyonya Iva telah menunggu di dalam." Tanpa membuang waktu mereka menuju dua mobil yang tak jauh dari mereka.
Kedua mobil itu pun pergi meninggalkan kekacauan yang mereka perbuat. "Kau tak apa-apa?" tanya Iva pada Kevin.
"Iya tidak apa-apa."
"Syukurlah Ibu sempat khawatir dengan kondisimu." Sementara di mobil lain, Trevor memeluk erat tubuh Arini sampai-sampai istrinya itu kesusahan bernapas.
"Trevor aku kesusahan bernapas." Trevor lantas melepaskan pelukannya namun kembali merangkul Arini namun dia memberikan tempat agar Arini bisa bernapas.
"Syukurlah, aku cemas sekali mendengar kau terkena masalah." Arini terdiam sebelum akhirnya membalas pelukan.
"Aku juga senang kau bisa selamat."
👄👄👄👄
See you in the next part!! Bye!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Madu (PINDAH DI INNOVEL)
RomanceArini Mahanipuna, seorang gadis belia yang cerdas bertemu dengan Trevor Pradipta, Presdir pemilik pabrik cengkeh terbesar se Asia. Tidak menunggu lama, sang presdir menyukai Arini dan memperistrinya. Sungguh tak bisa diduga begitu Arini di bawa ke...