16

4.3K 306 14
                                    

Hari itu suasana hati Lilia yang tadinya sudah sedikit membaik malah jadi semakin berantakan.
Pulang dari kantor Lilia langsung pergi sendiri ke sebuah cafe di dalam mall untuk bertemu temannya, Mariska.

Selagi dia bertemu Mariska, Adnan menelfonnya berkali-kali tapi dirinya enggan untuk mengangkat dan berbicara pada Adnan.

"Li hp lo geter terus tuh, coba lo angkat dulu gih." ujar Mariska sambil memperhatikan layar hp milik Lilia yang masih bergetar.

"Biarin aja lah, males gue." kata Lilia sambil mematikan hpnya dan memasukkannya kedalam tasnya.

Mariska hanya mengangguk-angguk dan meminum kopi yang dipesannya.

"Itu mantan suami lo gimana? Kerjaan aman?" tanya Mariska yang langsung membuat raut muka lesu Lilia.

"Kerjaan sih aman ris. Gue yang gak aman." dengan tampang lesunya Lilia menyendokkan red velvet cake yang dibelinya.

"Nggak aman gimana? Pantes muka lo kusut abis." ledek Mariska sambil terkekeh.

"Ya gitu lah. Adnan kayak mepetin gue lagi, gatau cuma perasaan gue atau emang beneran gitu tapi gue jadi ngerasa ngga nyaman. Lo kalo liat tingkahnya gue jamin ikutan empet." jelasnya.

"Iya sih.. Lo ga mau coba ngobrol dulu sama Adnan?"

Lilia menghela nafas panjang sambil memijat keningnya.
"Gue mau ngobrol pun bingung ris. Gue kebanyakan mikir, giliran ketemu langsung blank."

"Yaudah, menurut gue lo coba ngobrol dulu aja sama Adnan daripada lo pusing sendiri. Eh btw, balik yuk. Laki gue nyariin." ucap Mariska.

Lilia mengangguk mengerti dan mencoba berpikir bagaimana caranya untuk membahas hal ini dengan Adnan sambil bersiap untuk pulang.

🐣🐣🐣

Pukul 8 malam Lilia baru sampai di rumahnya setelah melewati padatnya jalanan dengan taksi online.
Tapi saat dia berjalan mendekat ke rumahnya dia memperhatikan mobil yang terlihat familier baginya.

Lilia berjalan menuju rumahnya dan membuka pagar rumahnya yang digembok. Saat itulah dia merasakan seseorang menepuk pundaknya.

"Adnan? ngapain malem-malem kesini?" tanya Lilia sambil menatap sejenak Adnan yang berdiri di sampingnya lalu lanjut membuka pagar rumahnya

"Kamu habis dari mana sih li? Aku hubungin berkali-kali ngga kamu angkat."

Ucapan Adnan membuat Lilia akhirnya menoleh pada Adnan dan menatapnya tajam.

"Nggak ada urusannya sama kamu. Lagian aku bisa pulang pergi sendiri, nan." ucap Lilia dingin.

"Li aku bikin salah sama kamu?" tanya Adnan sambil menatap Lilia dengan tatapan lembut.

"Masuk dulu, ada yang mau aku omongin."

Suasana di ruang tamu Lilia tampak sangat canggung. Adnan hanya melihat Lilia yang duduk di depannya sambil menerka-nerka apa hal yang mau dibicarakan oleh Lilia.

"Nan.." panggil Lilia pada akhirnya setelah beberapa saat mereka hanya saling diam.

"Kenapa li? ngomong aja." kata Adnan mempersilahkan.

"Sebenernya kamu mau apa lagi sih dari aku?" tanya Lilia.

Adnan menatapnya dengan bingung,
"Maksudnya?"

Lilia menarik nafas panjang untuk menyiapkan dirinya dan kata-kata yang akan diucapkannya.

"Dari kamu tiba-tiba jadi atasanku, aku masih bisa terima hal itu. Tapi tiba-tiba juga kamu mulai antar jemput, kasih attention lebih ke aku. Jujur aja aku ngerasa ngga nyaman." jelas Lilia.

"Maaf li kalo aku bikin kamu merasa ga nyaman. Aku cuma mau deket lagi sama kamu  dan memperbaiki kesalahanku dulu." jawab Adnan sambil menundukkan kepalanya.

"Sampai bilang aku calon istrimu di depan Adis, apa maksudnya? Kamu mau memperbaiki kesalahan? udah telat nan."

"Li, aku bener-bener minta maaf soal yang dulu. Aku cuma pengen kita kaya dulu lagi, aku masih sayang sama kamu li. Kalau aku nggak berbuat sampai sejauh ini aku ga bakal bisa berhubungan lagi sama kamu." jelas Adnan.

"Nan, kamu yang bikin aku sakit hati. Kamu yang bikin kacau hidupku beberapa tahun lalu. Kamu yang bikin kepercayaanku sama kamu hilang. Dan sekarang kamu bilang masih sayang sama aku dan mau kaya dulu lagi?" ucap Lilia dengan suara bergetar.

Entah kenapa setiap kali membahas hal ini Lilia masih saja merasa sesak dan sakit. Adnan hanya menatap Lilia sejenak lalu menundukkan lagi kepalanya.

"Maafin aku li." ucap Adnan lirih.

Lilia hanya membuang muka dan menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan rasa sesak dan air matanya yang hampir jatuh.

"Aku pulang ya li, kamu istirahat yang cukup. Jangan lupa minum obat biar nggak demam.

Lalu Adnan memutuskan untuk pulang malam itu. Saat dia berpamitan dan menutup pintu rumah, Lilia tak menjawabnya menatapnya pun tidak.

Malam itu Lilia meringkuk di atas kasurnya dan melepaskan tangisan yang sedari tadi ditahannya.
Sedangkan Adnan menatap langit-langit kamarnya yang kosong dengan isi pikirannya yang berkecamuk.

🐣🐣🐣

To be continued 🌱

Work Under my ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang