Nasi kuningku kini sudah habis kumakan dengan lahap. Sedangkan Adnan masih terus-terusan memandangku setelah mengucapkan pernyataan yang membuatku terheran-heran. Aku meraih gelas berisi teh yang hanya sisa setengah lalu meneguknya sambil melirik pada Adnan sesekali sampai teh dalam gelas itu kandas.
"Jadi, kapan aku harus tanda tangan kontrak dan mulai kerja?" tanyaku membuka pembicaraan.
"Habis ini, aku mau mengurus sedikit keperluan di kantor. Nanti kutemani ke bagian HRD. Aku sudah bilang kalau kamu hari ini bakal datang." lalu Adnan meraih kunci mobil yang dia masukkan ke dalam saku celananya.
"Ayo." katanya sembari berjalan mendahuluiku.
Aku hanya mengekor sampai masuk dalam mobil yang dengan segera dihidupkan mesinnya oleh sang empunya.
Jalanan di Ibu Kota memang paling menyebalkan, macet dimana-mana. Adnan masih santai menunggu kemacetan ini walau jarum jam arlojiku menunjukkan pukul 9 pagi. Jarak kantor Adnan dan rumahku terbilang cukup jauh, dan macetnya membuatku pusing. Bagaimana nantinya kalau aku sudah benar-benar bekerja di kantornya? Apa aku harus bangun jam 4 subuh dan berangkat jam setengah 6 pagi? Hell!
"Jam sembilan lewat sepuluh. mana masih agak jauh lagi." ucapku sambil melirik arlojiku lagi.
Adnan mengusap wajahnya dan menjalankan mobilnya perlahan karena barisan mobil sudah mulai maju sedikit demi sedikit. Lalu dia mengambil ponselnya yang dia letakkan di dashboard mobilnya dan menelepon seseorang.
"Pagi Tya, rapat sama anak accounting nanti jam 10 diundur ke jam 11 bisa?" ucapnya sambil tetap menatap lurus barisan mobil di depannya.
"Oke, makasih. nanti jangan lupa diinfokan."
aku meliriknya sekilas lalu menunduk merogoh ponselku dalam tas dan mengecek beberapa pesan yang masuk di whatsapp-ku
aku membuka pesan paling atas, pesan dari grup abdi perusahaan yang berisi orang-orang yang berada dalam satu divisi denganku. sebenarnya ini bukan grup yang penting, isinya cuma bahas seputar makanan, jalan-jalan, kalau urgent baru bahas soal kerjaan.
aku membaca pesan sambil terkikik geli, terutama pesan Edwin. Si konyol satu itu selalu ada saja tingkahnya yang membuatku terkikik tiap hari. aku mulai mengetik dan membalas pesannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lalu aku memasukkan ponselku kembali ke dalam tasku, lalu menoleh ke arah Adnan. Entah ini sudah kali ke berapa tanpa sadar aku melakukan itu. Dan ternyata dia juga menatapku sambil tersenyum geli.
"Kamu habis ngapain sampe cekikikan begitu? seru banget kayaknya." ucapnya.
Jalanan di depanku sudah tidak seberapa penuh sehingga aku dan Adnan bisa melanjutkan perjalanan meski padat merayap.
"Cuma baca pesan dari anak-anak kantor di grup." jawabku sambil terkikik.
Adnan hanya mengangguk kecil dan keheningan mulai merayap lagi. Aku mengetukkan jariku pelan di tasku mengikuti tempo lagu yang di putar. Dan aku merogoh tasku mencari permen yang selalu kubawa kemanapun.
Aku mengambil dua, satunya mau kuberikan pada Adnan. Aku menolehnya sambil menyodorkan permen di tanganku.
"Mau permen?" tanyaku dan dia bersamaan.
OH SITUASI APA INI?!
______________________________________
Halo akukembali ! adakah yang kangendengan update work under my ex? ayoacungintangandulu 🙋
mohonmaafbarubisa update setelahsekian lama akibathasratnulistiba-tibalenyapgituajahuhuhu...
makasihbanyakbuatpara readers yang setiamenungguceritaini update *sending much love* tanpa kalian tuhceritainimungkinbakalmangkrak 😂😂
semogakedepannyaakulebihsering update ya ! janganlupa vote sama comment ya.