1

32.7K 1.1K 11
                                    

"Eh li, lo katanya mau resign? Udah jadi?" Tanya Mariska sambil melongokkan kepalanya di kubikelku.

"Gue udah ajuin surat resign sih ke si bos waktu kemaren-kemaren, tapi bukannya di approve, malah gue di damprat! Duh sial bener gue!" Curhatku sambil mempersiapkan laporan analisis keuangan perusahaan ternama yang si bos serahkan padaku.

Mariska tertawa-tawa di atas kesialanku, benar-benar teman yang baik.
"Makanya, lo belajar lah jadi penjilat si bos! Si Levi aja bisa resign dengan sejuta jilatannya! Masa lo kalah sih li?" Ucapnya sambil menyikut lenganku, dan mau tak mau aku harus meninggalkan fokusku pada komputer untuk melihatnya.

"Dih enak aja, lo kira tampang-tampang gue ini tampang penjilat?! Sialan lo ris!"
Sedangkan Mariska hanya menjawabku dengan tawanya.

"Lilia, bisa ke ruangan saya sebentar?" Ucap suara yang sangat familiar dan dengan sekejap aku langsung menoleh ke sumber suara itu.

"Eh iya pak, sebentar ya pak. Saya selesaikan laporan ini dulu ya pak. Klien minta laporannya segera di kirimkan siang ini." Ucapku sambil tersenyum ramah.

"Saya tunggu di ruangan saya." Ucap pak bos lalu ia berjalan kembali ke ruangannya.

"Tumbenan lo dipanggil pak bos, ada apa?" Tanya Mariska sambil mencolek-colek lenganku.

"Tau deh, gue juga bingung. Seinget gue ya, gue gak pernah cari gara-gara sama si bos. Terakhir ya masalah resign itu." Jawabku sambil meregangkan tubuh dan berdiri.

"Udah lah, gue ke ruangan si bos dulu daripada gue kena damprat lagi." Lalu aku meninggalkan kubikelku dan berjalan ke ruangan bos yang berada tak jauh dari kubikelku.

Tok.. Tok.. Tok...

"Masuk." Sahut suara dari dalam sana.
Aku membuka pintu dan mengangguk sopan

"Permisi pak." Ucapku begitu memasuki ruangan pak bos.

"Duduk lilia, saya harus membicarakan tentang pekerjaanmu. Saya mendapat surat dari perusahaan pusat soal perekutan analis dari perusahaan kita. Dan saya mengajukan kamu untuk direkut oleh perusahaan pusat. Soal bayaran, kontrak, dan lain-lain kamu bisa lihat di surat ini." Ucap bos sambil menggeser surat yang tadi berada di depannya ke arahku.

Aku hanya menatap bingung sambil berpikir keras. Bingung antara mau menerima tawaran atau tidak. Niat resign demi mencari pekerjaan yang lebih santai biar ada me time eh malah di kasih pekerjaan yang lebih berat.

Aku membuka surat itu dan mulai membacanya. Jam kerjanya saja luar biasa, mulai dari jam 7 pagi sampai jam 6 sore, belum lagi kalau lembur alamak. Tapi soal gaji disini nggak main-main sih. Dua kali lipat dari gajiku yang sekarang. Gajiku yang sekarang aja udah bisa buat nyicil motor dan beli segala keperluan selama sebulan lebih.

"Nanti kamu hubungi saya untuk keputusannya. Secepatnya ya lia, karena perusahaan pusat butuh analis dalam waktu dekat ini." Lanjutnya sambil menatap ke arahku.

"Iya pak, saya pikirkan dulu." Ucapku dengan mengangguk sopan dan seyum simpul

"Ya sudah, kamu boleh keluar dari ruangan saya."

"Oke, makasih pak." Ucapku sambil berdiri lalu meninggalkan ruangan si bos.

Aku berjalan ke arah kubikelku dengan santai dengan membawa amplop berisi surat yang tadi ku terima dari bos.

"Li, lo dapet apaan tuh?" tanya Mariska sambil menunjuk-nunjuk amplop yang ku dapat.

"Kepo amat deh lo, udah sana balik kerja!" usirku sambil mendorong kursinya kembali ke kubikelnya.

"Ah pelit lo li!" ujar Mariska kesal sambil memonyongkan bibirnya. Aku sih bodo amat.

Work Under my ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang