Pukul 06.55 aku sudah siap secara fisik, tapi perasaanku masih kacau tak karuan karena pesan dari Adnan yang kuterima 10 menit yang lalu. Bukan karena aku masih punya perasaan padanya. Tapi, Hell-o aku akan bersama Adnan nanti. Bagaimana jika ada orang yang mengenalku dan Adnan?
Berita perceraianku kan sudah tersebar gara-gara mama yang bercerita ke temannya, lalu temannya bercerita ke temannya yang lain dan berlanjut seperti itu.Tiin.. Tiin...
Suara klakson mobil terdengar begitu jelas di depan rumahku. Aku mematut diri sekali lagi di depan cermin lalu beranjak keluar dari dalam rumah.
Di luar pintu pagar rumahku sudah terlihat Adnan yang hendak memencet bel rumah.
Lalu dia menatapku yang sedang mengunci pintu rumah dan ditariknya kembali tangannya yang akan digunakan untuk memencet bel.Aku membuka pintu pagar dan disambut dengan senyuman Adnan yang dari dulu sampai sekarang selalu membuatku luluh dan merasa tenang setiap kali melihatnya.
"Aku pikir kamu tadi nggak dengar aku klakson." ucapnya saat aku sudah duduk di samping kursi pengemudinya.
"Dengar kok, pendengaranku masih sehat tau." jawabku dengan tawa kecil.
"Kamu belum sarapan kan?" Tanya Adnan sambil menoleh padaku sebelum dia menjalankan mobilnya.
"Belum, tadi katanya jangan sarapan. Gimana sih?"
"Bagus. Sudah menentukan mau makan apa pagi ini nona?" tanyanya lagi sambil tersenyum kecil.
"Belum sih, tapi gimana kalo makan nasi kuning aja?" jawabku setelah menimbang-nimbang sejenak.
"Nasi kuning? Oke."
Lalu dengan segera Adnan melajukan mobilnya. Di dalam mobil aku dan Adnan hanya diam sambil menikmati alunan lagu You're Still The One yang dinyanyikan Shania Twain.
Dulu waktu aku masih bersama Adnan, lagu ini sering ku putar di mobilnya. Dari hanya aku yang menyanyi, sampai kita berdua menyanyi.
Ah kok aku jadi terhanyut dalam kenangan gini sih?!Aku melihat ke arah jalanan dengan tatapan sendu, mendadak galau. Jangan dikira aku yang hampir kepala 3 begini nggak bisa galau ya!
"Kenapa kamu?" tanya Adnan yang menyadari perubahan raut wajahku.
"Nggak kenapa-kenapa kok." ucapku sambil tersenyum simpul.
"Keinget jaman waktu masih sering nyanyiin lagu ini berdua?"
'Kok dia bisa tau aja sih? Cenayang apa gimana?!' ucapku dalam hati.
"Aku udah hafal gelagatmu li, nggak usah ngelak." ucapnya sambil tertawa kecil.
Aku hanya diam dan menutup mulutku rapat-rapat. Lalu membuang muka ke arah jalanan di samping kiriku.
Aku merasa tak asing dengan jalanan yang sedang kulewati saat ini. Seperti pernah melewati, tapi entahlah karena aku ini sedikit pelupa.
"Ini kita mau makan nasi kuning yang dimana sih?" tanyaku sambil tetap mengamati jalanan di depanku.
"Nasi kuningnya Tante Mira, kangen aku makan di sana." jawabnya tenang.
Sedangkan aku? SHOCK SETENGAH MATI.
Tante Mira itu sahabat mamaku dan juga teman mama Adnan, jadi tentu saja mengenalku, dan juga Adnan. Aku melongo seperti orang bodoh saking shocknya."Kenapa?" tanya Adnan.
Aku hanya menggeleng sambil berdoa supaya nanti aku aman-aman saja, tujuanku cuma makan kok. Bukan mau memampangkan diri untuk menjadi pembicaraan ibu-ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Work Under my Ex
RomanceSial! Dapet kerja bagus, gaji bagus, tapi bosnya mantan suami sendiri! Sial 33x pokoknya!