17

7.1K 390 43
                                    

Biiip.. Biiip..

Suara alarm yang cukup kencang membuatku terbangun lalu menatap langit-langit kamarku yang kosong.
Kepalaku terasa pusing karena menangis semalaman setelah Adnan pulang dari rumahku.

Aku meraih ponselku yang kuletakkan di atas meja lalu memutar lagu dari Roxette dan aku kembali memeluk gulingku sambil memikirkan kejadian kemarin.

Jujur aku cukup terkejut dengan perkataan Adnan kalau dia ingin kembali seperti dulu lagi. Bagaimana bisa dia mengatakannya semudah itu setelah apa yang dilakukannya dulu kepadaku.
Bahkan sampai sekarang rasa sakit itu belum pulih sepenuhnya, aku pun masih harus menata hati perlahan setelah kekacauan yang dibuatnya.

It must've been love, but its over now...

Lirik itu membuatku sejenak menerawang tentangku dan Adnan.
Dulu kami begitu saling mencintai, bahkan orang-orang di sekitarku mendambakan hubungan seperti milikku dan Adnan.
Saat itu keputusan untuk menikah memang adalah pilihan paling membahagiakan untukku dan Adnan yang sedang dimabuk cinta kala itu.
Kedua pihak keluarga menyetujui dan sangat berbahagia atas keputusan yang kami buat.

Aku sangat siap untuk menjalani kehidupan pernikahan dan rumah tangga dengan pria yang kucintai. Begitu pula dengan Adnan saat itu, tapi entahlah...
Pada nyatanya pilihan yang membahagiakan itu tiba-tiba berbalik menjadi mimpi buruk bagiku.

Masa-masa yang indah tiba-tiba hilang begitu saja pada tahun kedua ketika aku mengetahui hal yang disembunyikan Adnan.

'Dea...' ujarku dalam hati.

Lamunanku terhenti saat aku mendengar notif pesan masuk di hpku. Jam menunjukkan pukul setengah 6 pagi yang membuatku tersadar harus segera bersiap untuk bekerja.
Namun notif pesan tadi masih membuatku penasaran dengan isinya dan siapa pengirimnya.

Adnan : Hari ini nggak usah masuk dulu dan maaf soal kemarin. Take care ❤️

Tapi pesan itu tak ku hiraukan dan aku tetap akan pergi bekerja hari ini. Aku segera menyiapkan keperluanku dan masuk ke dalam kamar mandi.

Di dalam kamar mandi aku mematut wajahku di kaca, mataku masih sembab dan merah.
Aku menghela nafas lalu segera mandi dan bersiap.

🐣🐣🐣

Jam setengah 8 pagi aku sudah sampai di lobby kantor, menyapa beberapa orang yang berada di sana lalu berjalan menuju ke ruanganku.

"Li!" panggil Adis dari arah belakangku sambil berjalan cepat.

"Kenapa dis?" tanyaku saat dia sudah berada di hadapanku.

"Tadi kata pak Adnan kamu nggak masuk." ucapnya membuatku mengernyitkan alisku.

Lalu aku teringat pesan yang tadi pagi dikirimkan oleh Adnan,
"Dia bilang gitu?" tanyaku.

Adis mengangguk lalu tiba-tiba dia mendekatkan wajahnya padaku yang membuatku salah tingkah.

"Kamu ga kenapa-napa li? Matamu sembab gini." ujarnya sambil menatapku dengan saksama.

"Eee... gapapa kok dis, tadi pagi udah aku kompres." jawabku dengan gugup.

Aku bisa merasakan pipiku memanas dan jantungku berdebar. Lalu Adis mundur perlahan dan bernafas lega.

"Kirain kamu sakit. Tadi baru mikir mau jenguk nanti sore taunya muncul ke kantor." katanya sambil tersenyum manis.

Baru kali ini aku melihat Adis tersenyum dari jarak sedekat ini dan membuatku menyadari bahwa sebenarnya pria ini manis juga.
Dengan gaya rambut yang rapi, perawakannya yang tinggi dan tegap ditambah dengan wajahnya yang bisa dibilang tampan berdasarkan seleraku.

"Bu Lilia sehat bu? ngelamun terus, kesambet nanti." kata Adis sambil menepuk pelan bahuku.

Aku hanya bisa nyengir kikuk,
"Sehat banget kok pak Adis. Yaudah aku duluan ya." kataku.

Aku segera lanjut berjalan ke ruanganku dan segera masuk lalu merutuki diri sendiri.

'Mikir apa sih lo, li! Udah gila kali ya?'

🐣🐣🐣

To be continued 🌱

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Work Under my ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang