Pekan berikutnya, kegiatan belajar mengajar di sekolah sudah kembali sibuk seperti biasanya. Tidak ada kelas kosong lagi, guru-guru pun juga sudah mulai memberikan banyak tugas untuk siswa-siswi, dan bahkan ekstrakulikuler sudah dapat dilaksanakan.
Semua ekstrakulikuler dilaksanakan pada hari Sabtu sore, setelah murid-murid pulang sekolah, secara bersamaan. Kegiatan ekstrakulikuler tidak perlu menunggu untuk bergantian satu sama lain karena wilayah Erdziegel yang sangat luas.
Ekstrakulikuler sepak bola sudah tidak memerlukan pelatih lagi karena pemainnya rata-rata sudah handal, murid-murid yang baru masuk diajarkan oleh senior-seniornya.
Louis meniupkan peluit yang dikalungkannya sebagai tanda berkumpul. Sementara itu, Niall maju, "sore, adik-adik yang kucintai dan kubanggakan. Kita tunggu kak Louis dulu yaaa."
"Niall, you're okay, aren't you?" Liam bertanya.
"Of course, Payno, I'm totally fine," jawab Niall sambil tersenyum.
"Lo keliatan sakit," balas Liam sambil menempelkan punggung tangannya di dahi Niall.
"Engga, perasaan biasa aja-"
"Sakit jiwa."
Tidak lama kemudian, Louis dan Zayn kembali dengan membawa map transparan diisi dengan beberapa kertas di dalamnya.
"Eh, semuanya udah pada ngumpul?" Louis menatap sekelilingnya. "Erm... yeah, so today... kakak mau-"
"Gaya lo kakak," ujar Zayn memutus awal pidato kecil Louis.
Louis pun memutar bola matanya. "Saya-"
"Formal banget Saya," kini Niall yang memutus.
Louis memutar bola matanya lagi. "Gue-"
"Sama adek kelas ga boleh-"
Louis pun memutus ucapan Liam dan berteriak, "terus apaan hah?! Aku?!"
Semuanya pun tertawa dan Louis melanjutkan. "Gue sama temen-temen bodoh gue bakal ngajarin... eh ga ngajarin sih. Apa, ya? Ngasih tau teknik dasar dan-"
"Excuse me, Louis," ucapan Louis terputus Zayn. "Lo panggil kita apa tadi?"
"Gue ga peduli sama yang lain, tapi lo panggil gue apa barusan?" Niall membalas. Semuanya tertawa, dan Louis beserta tim utamanya lanjut menjelaskan apa yang akan mereka lakukan hari ini. Mereka menambahkan teknik baru, mengulang dasar, dan membuat strategi dari awal.
"All right, that's it, come on," ujar Louis menutup pidato kecilnya. "Ayo, betgerak."
Setelah melakukan pemanasan dan menyiapkan lapangan, mereka mulai berlatih.
Seiring berjalannya waktu, Louis, Niall, Liam, dan Zayn tertawa melihat semuanya tampak lelah. Inilah ekspresi mereka ketika pertama kali latihan.
"Okay... sprint!" Louis berteriak dari tengah lapangan.
Semuanya terlihat bingung dan bertanya, "what?"
"Come on, sprint!" Louis berteriak lagi dan mengayunkan tangannya. Semuanya tambah bingung, dan sangat kesal, mengapa kapten ini menyuruh untuk berlari cepat di tengah-tengah lelahnya latihan?
"Go, go, go, go, go!" Liam berteriak memaksa semuanya berlari. Terpaksa anak didik Louis, Niall, Zayn, dan Liam harus berlari dari ujung lapangan.
"Lou, liat deh... itu di sana," bisik Niall di telinga Louis sambil mengarahkan jari telunjuknya. "Dia anak yang pas itu lo..."
Mata Louis langsung mengarah ke anak itu. Astaga! Apa yang dia lakukan di sini? Tetapi larinya bagus juga, pikir Louis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hush Your Cry and Dry Your Tears Away • Larry Stylinson
FanfictionNiall, Liam, dan Zayn ingin sekali mencarikan wanita untuk temannya yang satu ini, Louis. Sudah 7 tahun Louis berada di Erdziegel, ia sama sekali tidak menemukan pasangan yang cocok. Dan, pada akhirnya, di tahun terakhirnya ia di Erdziegel ia menemu...