The Girl

98 10 12
                                    

Harry terus memandang Louis yang sedang menonton film. Louis pun membalas pandangannya ke Harry dengan tersenyum. "What?" Louis tertawa.

"What are you doing-"

"Gue...? Lagi nonton," jawab Louis sambil tertawa.

"W-wha-"

"Tangan lo dingin banget, lo bisa mati kedinginan di sini," ujar Louis sambil tertawa. Harry pun akhirnya tertawa, tetapi ia masih memandang Louis. "Lo takut?" Louis bertanya memandang Harry.

"No," jawab Harry dengan cepat.

Louis pun tertawa. "Lo ga pinter boong," ujar Louis. "Listen," ujar Louis melanjutkan. "Kalo lo kaget..." lanjutnya. "Just close your eyes... and..." ia masih meneruskan tapi kali ini ia ragu-ragu untuk mengatakannya. "Terus pegang tangan gue. Paham?" Louis mengelus tangan Harry. Harry semakin menatap mata Louis, ia tidak bisa menutupi senyumannya dan pipinya yang semakin merah.

"Oh, sh*t!" Louis terkejut mendengar suara dari speaker. Seperti apa yang dikatakan Louis sebelumnya, Harry menutup matanya dan memegang tangan Louis dengan erat. Louis pun menatap Harry dengan tersenyum. "And also..." ujar Louis. "Ini cuma film, okay?"

Harry pun mulai membuka matanya dan Louis mengelus punggung tangan Harry lagi. "And I like your curls today, Harreh," ujar Louis sambil mengelus rambut Harry. Harry pun tertawa.

Harry dan Louis melanjutkan tontonannya sampai habis, Harry merasa lebih nyaman setelah apa yang dilakukan oleh Louis tadi.

Satu setengah jam telah berlalu, kini film yang ditayangkan sudah selesai. Harry dan Louis pun keluar dari cinema. "What?! He's just a boy!" Harry mengeoceh tentang film tadi. "Dia bahkan lebih muda dari kita, dari gue! Tapi dia-"

"Kita ga tau, Harry," balas Louis dengan cepat, lalu ia tersenyum kepada Harry. "Anyway," ujar Louis melanjutkan. "Cari makan yu," ajak Louis. Harry pun mengiyakannya.

Lalu, Harry dan Louis pergi ke sebuah restoran yang ada di dalam mal itu. "Lo mau apa?" Louis bertanya. "Lo duduk aja, gue yang pesen. Lo mau apa?"

"Erm... burger sama kentang," jawab Harry.

"Minumnya?" Louis bertanya lagi.

"Lemon tea aja," jawab Harry.

"Okay, tunggu sini," balas Louis.

Louis pun pergi meninggalkan Harry memesan pesanan mereka. Harry berpikir ia mengacaukan rencana yang sudah disepakati teman-temannya, ini 'kan ulang tahunnya Louis, tetapi kenapa selalu Louis yang meng-handle semua? Ia merasa tidak enak dengan Louis, Harry selalu berpikir ia sangat menyusahkan Louis.

Harry pun menghembuskan napasnya, lalu ia melihat sekeliling mencari di mana Louis. Louis tidak ada di dalam restoran itu, Harry terus mencari-cari Louis.

"Boo!" Louis berteriak kecil di kuping Harry dari belakang.

"God," balas Harry terkejut. Louis pun tertawa, begitu juga dengan Harry.

"Nyari siapa?" Louis bertanya.

"You," jawab Harry. Louis tertawa lagi. "Where have you been?"

Louis mengangkat sebuah paperback coklat starbucks menunjukkannya ke Harry. Baru saja Louis ingin duduk, salah satu pelayan dari restoran itu berteriak, "pesanan nomor 501!"

Dan baru Louis ingin melangkah, tiba-tiba saja Harry memegang tangan Louis. Louis pun menengok ke belakang menghadap Harry. Lidah Harry seketika kaku dan ia hanya menatap Louis, ia tidak terbiasa dengan memegang tangan temannya yang satu ini.

Hush Your Cry and Dry Your Tears Away • Larry StylinsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang