"Gih sana, gue mau siap-siapin barang," pinta Harry.
"Mau gue bantuin?" tanya Louis menawarkan.
Harry pun tertawa kecil sambil menggeleng, Louis pun ikut tertawa karenanya. Lalu Louis langsung berjalan dan memasuki mobil sedan hitam Harry. Ia memutuskan untuk duduk di kursi berlakang sambil membaringkan setengah badannya. Toh juga sambil nungguin Harry, pikirnya.
Louis mengambil bantal kecil di mobil Harry dan meletakkannya di pojok, lalu ia berbaring dan menekukkan lututnya ke atas kursi. Louis melipat kedua tangannya di atas dadanya dan mulai menutup matanya, tetapi ia masih melihat samar-samar terangnya lampu teras rumah Liam. Ia melihat ada seseorang yang menghampirinya, ia membuka matanya pelan-pelan. Lalu ia tersenyum, "hi, Harry." Harry yang sedang membawa tas ransel dan goodie bag-nya pun tersenyum.
Setelah menyapa, Louis kembali menutup matanya. Harry pun memasukkan barang-barangnya ke bagasi mobil, lalu ia mengecek Louis ke depan. Di sana ia hanya memandang Louis tertidur. "Lou, coba kau tahu betapa menggemaskannya ketika kau tertidur," ujar batin Harry. Ia pun tersenyum.
Harry kembali ke dalam rumah Liam untuk mengambil paperbag terakhirnya. "Zay- Liam, gue mau pulang, jangan lupa ini rumah lo dikunci," ujar Harry kepada Liam yang sudah tertidur. Faktanya, ketiga temannya sudah tertidur.
"Ha? Iya-iya," balas Liam dengan mata yang masih tertutup.
"Iya-iya aja lo! Gue mau pulang ini!" seru Harry.
Liam pun membuka dan mengusap matanya, ia terbangun duduk. "Lo ga mau nginep?" tanya Liam yang masih mengumpulkan nyawanya sambil menguap.
Harry pun menggeleng dan ia memutuskan untuk keluar dan meletakkan barangnya di bagasi mobilnya. Harry pun menutup pintu bagasinya dan pintu di mana Louis tertidur. "Thanks, Li," ujar Harry.
Liam tidak menjawab apapun, ia tidak bisa berpikir. Lalu ia hanya mengangguk. Harry masuk ke dalam mobilnya, ia duduk di kursi kemudi, ia mulai menyalakan mesin mobilnya. Tak perlu waktu lama untuk memanaskan mesin mobil mewah Harry, Harry pun langsung memundurkan mobilnya.
TEEN!!!
Harry menekan klakson mobil yang membuat malam menjadi sedikit berisik. "Woy! Lo mau ketabrak?" Harry berteriak karena Liam berada tepat di depan mobilnya.
Liam yang tadinya menutup mata pun terkejut dan langsung pergi ke pinggir. "Thanks, Li!" seru Harry. Ia pun membawa mobil sedan hitamnya keluar halaman rumah Liam. Liam pun langsung mengunci pintu rumahnya dan kembali masuk ke dalam.
Harry terus membawa mobilnya menerjang gelapnya malam, sekarang benar-benar sudah tengah malam maka jalanan sangat sepi. Ia mengecek Louis di belakang dengan menggunakan cermin di atasnya, Louis masih tertidur, ia terlihat tertidur sangat pulas. Tentu saja, ia yang menyetir seharian ini tanpa berhenti. Harry sangat mengerti betapa lelahnya Louis, maka dari awal ia yang menyiapkan rencana ini.
Setengah jam telah berlalu, mobil sedan hitam Harry telah masuk ke dalam lobby sebuah apertemen. Harry memarkirkan mobilnya di pinggiran bangunan dekat pintu masuk apartemen. Ia mematikan mesin mobilnya, mencabut kuncinya, dan membuka sabuk pengamannya. Ia keluar dan pergi membuka bagasi, lalu ia membuka pintu di mana Louis tertidur.
Harry membuka pintu dan memandang Louis tertidur, ia tersenyum memandang wajah manis Louis. Louis masih belum terbangun, Harry pun berpikir untuk menutup kembali pintunya dan membawa Louis ke rumahnya.
"Hey..." sapa Louis yang terbangun melihat Harry menutup pintu.
Harry pun membatalkan rencananya dan tersenyum membalas sapaan Louis. "Hey..."
Louis tidak terbangun dari tidurannya, ia tidak mencoba untuk duduk. "Where are we...? Hmm... Kita terakhir di mana...? Liam's hou- yeah Liam's house... Ahh... I remember...! Oh, God...! Lo udah selesai siap-siap...? Ayo kita pulang..." Ia pun mencoba duduk sambil mengedipkan matanya berulang kali.
Harry pun hanya tertawa. "Coba sini keluar dulu," ujarnya. Ia langsung menarik tangan Louis.
Louis pun keluar mobil Harry dan melihat ke atas. Ia melihat bangunan yang sangat tinggi. "Wha-"
"C'mon," ajak Harry. Ia masih menggenggam tangan Louis.
"Gue bisa sendiri- wait what?" Louis masih terheran. Bagaimana ia tidak sadar bahwa mobil Harry telah melaju. Apakah ia selelah itu?
"Udah ayo," ujar Harry. Kini tangan ia yang tadinya menggenggam tangan Louis berpindah dengan memegang pinggang Louis.
Louis pun terpaksa jalan, ia masih terheran. Dan tentu saja dicampur senang karena Harry merangkul... pinggangnya???
Mereka berdua terus berjalan menuju lift dengan Harry yang masih memegang pinggang Louis dan diselingi obrolan yang dibuat Harry. "Malam, pak," ujar Louis ke petugas keamanan di lobby, diikuti Harry dengan senyuman.
Harry dan Louis pun masuk ke dalam lift, Harry melepas rangkulannya dari Louis diakhiri dengan candaan yang ia buat tadi. Terasa sedikit horror di sana karena jam yang sudah larut malam dan keadaan yang sangat sepi. Louis pun berhenti tertawa setelah Harry membuat lelucon-lelucon kecilnya. Ia melihat sekitar. "What's that?" tanya Louis melihat Harry menggenggam paperbag berwarna hijau di tangan kirinya.
"Nothing," jawab Harry dengan cepat. Louis pun mengerutkan dahinya terheran. "Erm... roti tadi buat Gemma, gue beli tadi, pas lo tidur."
Louis pun menaikkan alisnya, "ah... can I see it-"
"Ting!" bunyi lift yang menandakan sudah di lantai ke 39.
"Sampe," ujar Harry. "39th, isn't it?" Louis tidak menjawab apapun, ia terus memandang Harry sambil mengerutkan dahinya. "Lou?"
Louis pun tersadar, "erm... yeah, I'm sorry, c'mon." Louis pun keluar lift dan diikuti Harry. Mereka berdua terus berjalan dengan Louis yang memimpin.
Dan tibalah mereka di depan pintu bertuliskan nomor 751. Louis pun menempelkan kartu apartemennya di dekat gagang pintu, dan terbuka. Louis membuka pintu apartemennya. Louis berbalik menghadap Harry, ia pasti ingin mengucapkan sesuatu.
"Gue langsung pulang!"
"Mau mampir?"Yup, mereka berbicara secara bersamaan. "Are you sure?" Louis bertanya kembali. "Ini udah malem banget, dan juga-"
"I'm fine," ujar Harry tersenyum. "Erm... gue harus pul-"
"Baju lo ini gimana?" tanya Louis memotong perkataan Harry.
"Gampang, santai aja, bisa besok-besok," jawab Harry sambil tertawa. "Ga usah dibalikin juga gapapa." Louis pun ikut tertawa. "I mean it, just take it," ujar batinnya. "Anyways, erm... gue harus pulang... so, see you tomorrow! Bye, Lou!"
Louis pun tersenyum dan langsung menutup pintunya. Harry pun juga langsung turun, menuruni lift dan kembali ke mobilnya. Ia menyalakan mesin mobil dan segera menginjak pedal gas, mobil sedan hitamnya pun telah keluar dari apartemen Louis dan sampai di rumahnya 15 menit kemudian.
Sementara itu, Louis langsung pergi ke kamar tidurnya dan membuka semua pakaian (Harry) yang ia pakai, lalu ia terbaring di tempat tidurnya. Ia menarik selimut putihnya dan mulai menutup kembali matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hush Your Cry and Dry Your Tears Away • Larry Stylinson
FanficNiall, Liam, dan Zayn ingin sekali mencarikan wanita untuk temannya yang satu ini, Louis. Sudah 7 tahun Louis berada di Erdziegel, ia sama sekali tidak menemukan pasangan yang cocok. Dan, pada akhirnya, di tahun terakhirnya ia di Erdziegel ia menemu...