Cinta memang mudah diucapkan, namun sulit untuk dimaknai. Aku berharap cintaku seperti aliran darah yang selalu mengalir di tubuhmu. Jika kamu kehabisan darah, kamu akan mati. Aku ingin menjadi darahmu, yang selalu kamu butuhkan dan kamu jaga"
-(Namakamu)-••••
Sisi hatinya mengatakan untuk tidak mempercayai ucapan Fajri. Namun, dewi dalam hatinya mengatakan bahwa ia harus mempercayai ucapan Fajri dan percaya bahwa Fajri melakukannya dengan tulus.
Perbedaan persepsi itulah yang membuat jarak di antara mereka tanpa mereka sadari. (Namakamu) yang percaya pada keyakinannya bahwa Fajri hanya berpura-pura dan Fajri dengan segenap keyakinannya bahwa ia melakukan perannya dan menyayangi (Namakamu) dengan tulus. Akan sangat sulit menyatukan dua persepsi yang berbeda. Dan
itu terjadi di antara mereka."Jangan siksa aku terlalu dalam, Ji"
••••
5 bulan berlalu...
(Namakamu) melangkahkan kakinya dengan riang menuju toko bunganya yang saat ini terlihat begitu ramai. Maklum, hari ini adalah hari valentine, banyak para remaja datang untuk membeli mawar yang nantinya akan diberikan pada kekasih mereka. Entahlah, dari mana tradisi itu berasal. la sama sekali tak peduli. Karena baginya, cinta itu harus dirasakan dan diungkapkan setiap hari, bukan hanya di hari valentine saja.
Kling!
"Morning" (Namakamu) menyapa para pengunjung yang tengah sibuk memilih bunga di tokonya. Beberapa pengunjung tersenyum dan membalas sapaannya.
"Morning," balas Vivian dari balik meja kasir. la tersenyum lebar melihat kehadiran (Namakamu).
(Namakamu) membalas senyuman Vivi. Dengan gerakan pelan ia membuka jaketnya dan menyampirkannya di gantungan yang ada di dekat meja kasirnya.
"Toko ramai banget, ya?" tanya (Namakamu) sembari menatap Vivi yang kini tengah sibuk menulis beberapa pesanan yang datang.
"Ya, toko sangat ramai hari ini. Tadi ada yang telvon, dia minta dikirimin seratus tangkai bunga mawar."
"Wow" (Namakamu) berseru riang. la sama sekali tidak menyangka akan mendapatkan pesanan sebanyak itu. "Beneran dia pesan seratus tangkai?"
"Tadinya dia mau pesan dua ratus tangkai, tapi karena bunga mawar persediaan kita nggak memadai, akhirnya dia pesan seratus tangkai"
"Oke, kamu bantu aku buat plastikin bunganya dan nanti kita suruh orang buat kirim bunganya." (Namakamu) tersenyum ke arah Vivi. Vivi membalas senyuman (Namakamu) dengan senyuman manisnya.
"Oke, Kak"
(Namakamu) tersenyum sembari mengelus perutnya yang kini tampak membesar. Usia kandungannya sudah memasuki bulan ke delapan lebih tiga minggu. Dan dokter memprediksi anaknya akan lahir satu atau dua minggu lagi. la sangat antusias begitu mendengar ucapan Dokter. la tak sabar untuk segera melihat wajah anaknya nanti.
"Kak, mending Kakak istirahat aja. Perut Kakak kan udah makin besar, dan dokter bilang Kakak gak boleh kecapekan"' Vivi menghidangkan segelas lemon tea hangat di meja (Namakamu). la tampak khawatir melihat (Namakamu) yang tak kenal lelah, padahal perutnya sudah sangat membesar.
(Namakamu) tertawa renyah menanggapi perhatian Vivi. "Aku gak papa, Vi. Kata dokter aku harus sering gerak biar persalinannya lancar."
"lya, tapi Kakak gak usah layani pembeli juga, biar aku aja. Kakak duduk dan istirahat aja."
(Namakamu) terkekeh geli. la mengangkat kedua tangannya sebagai tanda jika ia menyerah. "Oke, aku nyerah. Aku bakal duduk dan istirahat."
Vivi tersenyum lebar. "Nah, gitu dong, Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Offended Wife | FAJRI UN1TY ✔
Romance(SELESAI) (Nama Kamu) Adhinta Azalea. Ia menikah dengan suaminya, Alvino Maulana Fajri , karena sebuah perjodohan. Mereka sama sekali tidak mengenal satu sama lain, bahkan mereka hanya pernah bertemu dalam beberapa kali, mimpi tentang pernikahannya...