ZF 5 - First impression

934 164 16
                                    

Selamat membaca Zafrania 🤍

"Tunggu yang mulia!" Potong seseorang yang berada diambang pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tunggu yang mulia!" Potong seseorang yang berada diambang pintu. Semua orang yang ada di ruang persidangan otomatis menoleh kearah pintu yang sudah berdiri seorang perempuan yang berwajah bak bidadari, bermata biru gelap, berambut coklat full, dengan setelan atasan kemeja elegan berwarna light grey yang dipadukan dengan pants linen warna hitam.

Apa yang ada didalam diri perempuan tersebut membuat yang melihat terkesima dan seakan lupa kalau mereka sedang berada diruang sidang.

Sekilas tarikan senyum terbit dibibir Kanya. Akhirnya, kunci kebenarannya datang. Kanya tahu, Fania memang sangat bisa di andalkan, apalagi hanya untuk masalah seperti ini.

"Jika bukti foto tidak cukup untuk memenangkan rekan saya di pengadilan, Bagaimana dengan tes DNA?" sambung perempuan tersebut diakhiri dengan senyum tipis.

Kanya tersenyum. Inilah alasan dari tadi ia hanya diam, ia membiarkan pihak Redo menikmati kemenangan palsu sebentar, lalu ia akan menghancurkannya.

See?

Kanya mendekatkan tubuhnya kearah Aliska yang duduk disamping kirinya seraya berbisik. "Gimana main gue? Seru?" Aliska diam tak menjawab. Tangannya sudah mendingin karena takut.

Sedetik kemudian kaki jenjangnya melangkah menuju hakim dan menyerahkan sebuah amplop putih setelah sang hakim mengiyakan.

"Boleh saya jelaskan, yang mulia?" tanya perempuan tersebut yang langsung mendapat anggukan dari ketiga hakim.

“Silahkan!”

"Seperti yang diketahui kalau saudara yang bersangkutan hamil dan sudah melahirkan. Maka itu adalah hasil DNA anaknya dengan saudara tergugat dan hasilnya positif alias cocok."

"Anda bisa menjamin kebenaran bukti ini?" tanya hakim.

Perempuan itu mengangguk mantap. "Saya yang mengetes sendiri menggunakan sampel rambut keduanya. Bahkan juga menggunakan sampel darah."

“Lalu bagaimana anda mengetesnya?” hakim masih mencoba mengulik kebenaran dari perempuan cantik tersebut.

Fania tersenyum tipis. “Rekan saya mengambilnya sendiri dari sisir saudara tergugat. Dengan bayinya juga demikian. Untuk darah, sepertinya tuhan menolong kami. Seminggu yang lalu saudara tergugat mengalami demam hingga ia dirawat di rumah sakit tempat saya bekerja, jadi dengan mudah saya bisa mengambil darahnya, dan untuk darah dari anak mbak Aliska, saya sudah mengambilnya saat anak itu baru saja dilahirkan. Cukup jelas yang mulia?”

Hakim tersebut mengangguk paham. Perempuan itu kemudian melangkah duduk disamping kanan Kanya yang kosong. “Duduk Fan! Kita tonton drama ini bersama-sama.”

"Yang mulia. Bisa saja bukti itu rekayasa perempuan tadi. Karena perempuan tadi itu teman dari pihak penggugat," ujar Prana tak terima.

Dia menatap tajam dan penuh kebencian kearah Fania—perempuan yang pernah memporak-porandakan hatinya.

ZAFRANIA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang