"Fania sini!" ajak Ashley sambil melambaikan tangannya.
Mendengar nama itu, sendok yang Zafran pegang seketika terjatuh dan berbenturan dengan piringnya hingga berbunyi sedikit nyaring dan membuat semua orang menoleh padanya. Sama seperti kejadian di resto beberapa hari yang lalu.
"Gerogi sama Gabyra ya sampai tangannya licin gitu." goda Ivina.
Zafran tersenyum tipis menanggapinya.
Bukan karena Gabyra buk, tapi karena yang satunya lebih tepatnya.
Fania kini sudah sampai dimeja makan mereka dan berdiri diantara Ashley dan Brata.
"Ini Vin anak aku. Katanya kamu penasaran seberapa cantik anak bungsu aku," ujar Ashley sambil merangkul pundak Fania. Kemudian Fania bergerak menyalimi Nugraha dan Ivina seraya memperkenalkan dirinya.
"Fania, Om ,Tante."
"Ini Zafran Fania, yang mau dijodohin sama Gabyra. Nah satu lagi ini adiknya namanya Gavin." ujar Ivina meperkenalkan anak-anaknya kemudian mereka saling berjabatan tangan. Untuk kedua kalinya bagi Zafran dan Fania.
"Aduh kamu cantik banget sih, Fania. Kayak ada blasterannya gitu, kok aku baru tahu ada dokter cantik di rumah sakitku. Mirip siapa sih kok blaster sendiri?" ujar Ivina terkagum dengan wajah cantik Fania. Fania membalasnya dengan senyum dan mengucapkan terima kasih.
"Mirip ibunya lah Vin, Blaster Rusia. Orang aja ngiranya kita nampung bule kalau ketemu Fania pas beli sayur. " celetuk Ashley yang membuat Ivina, Nugraha dan Brata tertawa.
"Ante Allen?" Sapa Ansel lucu sambil matanya mengerjap menatap Fania seolah tengah bertemu bidadari. Fania yang mendengar itu langsung tersadar akan kehadiran keponakannya itu hingga ia tersneyum bahagia.
Tanpa menunggu, Ansel yang duduk diantara Ivina dan Zafran langsung turun dari kursi menghampiri Fania, dan memeluk pinggang Fania, karena tubuhnya hanya sampai dipinggang sang tante yang tingginya seratus tujuh puluh centi. "I miss you ante."
Fania tersenyum lalu menunduk dan memeluk Ansel. "Miss you too. Duduk lagi yuk!" ujar Fania lalu mengantarkan Ansel duduk.
"Tapi nanti main ya ante. Ansel vely miss you!" Fania mengiyakannya.
"Waduh tau banget kalau Fania tantenya," ujar Ivina. Fania hanya tersenyum menanggapinya.
"Fani kamu duduk samping Gabyra ya." Fania mengangguk kemudian berjalan beberapa langkah menuju kursi yang kosong, menggeser kursi tersebut dan mendudukinya.
"Oh ya Fania, kamu kerja di rumah sakit Wiratmaja Bogor?" tanya Ivina yang diangguki dan disenyumi Fania.
"Umum?"
"Nggak Tan, Fania di RSJnya." Ivina mengangguk paham. "Kalau Gabyra di maskapai mana?"
"Aku maskapai milik Singapura Tante, jadi jarang di Jakarta. Lebih sering di Malay sama di Singapura."
"Kok nggak ada yang jadi arsitek kayak papanya?" tanya Nugraha.
"Nggak perlu Nug. Yang dokter aja bisa bantuin gambar kok. Malah kadang bantuin buat miniature rancangannya." jawab Brata. Nugraha terkekeh. "Mau aja Fan, disuruh papa kamu." Fania hanya tersenyum menanggapinya.
Tidak terasa sudah satu jam mereka menghabiskan makan malam, kini saatnya mereka membahas mengenai perjodohan. Mereka memang tidak ada menyinggung sama sekali perihal perjodphan disela makan malam. Dan memilih akan membahasnya setelah makan malam.
"Jadi bagaimana rencana perjodohan dua sejoli ini?" ujar Nugraha mengawali.
"Nug, kemarin aku sudah telpon kamu kan, kalau aku merubah rencana kita dan kamu setuju." jawab Bratasena dan Nugraha mengangguk. Padahal yang lainnya bingung. Rencana apa yang di rubah?
![](https://img.wattpad.com/cover/255803312-288-k966424.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAFRANIA (Revisi)
Romance𝑺𝒚𝒓𝒊𝒏𝒈𝒆𝒔 𝒂𝒏𝒅 𝒕𝒓𝒊𝒂𝒍 𝒉𝒂𝒎𝒎𝒆𝒓𝒔 Zafran Ragaska Rajash, pengacara muda yang memiliki sejuta pesona. Tidak hanya menjadi seorang pengacara, sebagai CEO Rajash Law Firm membuat ia lebih diidolakan daripada ketiga saudara laki-lakinya...