Bag13 #Kotak

160 34 1
                                    

Minggu ke-tiga musim gugur telah tiba. Untuk menyambut musim dingin biasanya kediaman Kim memerintahkan para pekerja di rumahnya untuk membersihkan setiap sudut rumah. Sebenarnya kegiatan ini rutin dilakukan tanpa melihat musim. Namun kediaman Kim selalu menerapkan bersih-bersih total sebelum salju pertama turun mengingat musim dingin datang bersama Natal dan tahun baru.

Namun tahun ini ada yamg berbeda dari kegiatan itu. Biasanya para pelayan dan tukang kebun yang akan sibuk kali ini putra termuda keluarga Kim akan ikut serta. Bukan tanpa sebab tentunya, Jaehyun memberi tugas kepada Yeonjun sebagai hukuman karena merusak properti di rumahnya. Yeonjun yang saat itu di kuasai oleh emosi membara melempar apapun di dekatnya, menjadi kepingan tidak bersisa. Dan berakhirlah dia di satu ruangan kosong tidak berpenghuni.

Ruang kosong itu penuh dengan sarang laba-laba dan debu yang tebal. Barang-barang di dalamnya bahkan seakan berganti warna menjadi senada dengan warna debu.

Yeonjun mendesah pelan. Ruangan ini sudah menjadi gudang sejak lama setelah ditinggal sang pemilik, yang tidak lain adalah kakaknya, Kim Namjoon.

Sungguh, dia iri kepada kakak yang satu itu karena memiliki kebebasan tanpa batas. Lihat saja, dia bahkan bisa memilih kamar mana yang akan dia gunakan dan sesuka hati pindah ruangan kala bosan.

Menyedihkan.

"Mau sampai kapan berdiri di situ, kamu pikir kalo ruangannya diliatin bakal selesai?"

Yeonjun menoleh pada pria yang berdiri di ambang pintu, dengan kedua tangan menyilang di dada dan pakaian santai rumahan. Pandangan pria itu seakan memata-matai kegiatannya, dia akan menjadi CCTV berjalan selama kegiatan bersih-bersih Yeonjun berlangsung.

Ya Tuhan, gak bisa kamu kutuk manusia ini jadi batu? Jadi pengganti Malin Kundang juga gak masalah. Yang penting mulutnya diam.

"Hyung tau kamu lagi sumpah serapahin kakakmu sendiri," Namjoon mengangkat satu alisnya ke atas melihat raut Yeonjun yang menahan amarah.

Yeonjun hanya membuang nafas lantas tersenyum, membuat Namjoon mengernyit melihatnya.

"Hyung tau gak? Kedatangan Hyung ke sini buat aku jadi emosi sendiri, mulut Hyung berisik," Yeonjun mencoba bersabar menghadapi manusia di depannya.

Ingat, Yeonjun! Dia kakakmu, bersikap baik supaya kartu ATM-mu tidak kosong.

Dan setelah mendengar hal itu Namjoon hanya mengendikan bahu tidak peduli, "Jangan buka kotak yang ada di lemari sana," titah Namjoon menunjuk satu lemari besar cokelat yang masih utuh tak berayap.

"Kenapa?" Yeonjun memiringkan kepala tidak mengerti.

"Jangan banyak tanya, cukup lakuin tugas kamu." setelah mengatakan maksudnya dia pergi dan menghilang dari balik pintu cokelat.

Yeonjun tidak begitu peduli dengan apa yang dikatakan Namjoon barusan. Ancaman seperti itu tidak membuat hatinya takut atau tunduk, justru sebaliknya dia begitu penasaran dengan isinya.

Tapi pemuda itu lebih memilih untuk membersihkan keadaan gudang yang kacau. Di mulai dari membuang kardus-kardus dan benda tidak terpakai, mengelap meja dan kaca, menyapu, mengepel dan berakhir dengan duduk di tepi jendela.

Matahari sudah tenggelam menyisakan sembayung menghias langit. Dia membuka jendela dan merasakan udara segar yang menerpa wajahnya, menerbangkan anak rambut hitam miliknya. Jingga langit yang menghiasi menjadi perpaduan yang sangat sempurna untuk dinikmati. Terlebih waktunya di penghujung hari yang melelahkan.

Sesaat dia tersadar dengan ucapan kakaknya. Kotak dalam lemari. Dia merasa penasaran dengan isinya sampai harus sekali pria itu menyembunyikan.

Yeonjun bangkit untuk melangkah keluar dari ruangan, dia mencari keberadaan kakaknya memastikan bahwa pria itu jauh dari tempatnya berada. Rupanya Namjoon sedang fokus dengan komputer dan tuntutan pekerjaan.

Yeonjun tersenyum licik, berlari memasuki gudang yang baru saja dibersihkan dan mengunci dari dalam. Antisipasi dia tertangkap basah melanggar aturan. Jujur saja, Yeonjun sendiri tidak tahu sejak kapan dia berani melewati batas aman. Mungkin sejak bertemu dengan Subin dan menjadi sahabat karib. Dia menjadi seperti orang yang menginginkan kebebasan lebih dari apa yang dia dapat.

Senyuman Yeonjun semakin mengembang saat dia tahu bahwa pintu lemari itu tidak terkunci. Dan benar adanya kotak di situ, ada dua kotak dengan warna dan ukuran yang berbeda.

Tangan pemuda itu meraih kotak yang besar lebih dulu, membawanya ke ats meja yang sudah bersih. Dia membuka tutupnya dengan perasaan yang begitu bahagia. Namun dahinya berkerut ketika dirasa isinya tidak sesuai yang diharapkan. Pemuda itu pikir Namjoon menyimpan rahasia besar dalam kotak ini, namun yang dia dapat hanya seragam dan buku-buku sekolah yang lembarannya sudah menguning. Seragam Maroon dengan bordir nama Kim Nam Joon dalam hangeul. Seingat Yeonjun, seragam ini milik salah satu sekolah elit di kawasannya. Sejajar dengan sekolah SMA miliknya.

Yeonjun memasukkan kembali seragam dan buku-buku tersebut kedalam kotak. Menaruh kembali pada tempatnya. Selanjutnya dia mengambil kotak lain dengan ukuran lebih kecil dari sebelumnya. Tutupnya tampak berdebu.

"Berapa lama kira-kira kotaknya di dalam lemari? Kotor!" Yeonjun berbicara sendiri seraya menyapu kotak tersebut.

Dia tidak berharap banyak dengan kotak terakhir, mungkin isinya hanya kertas ujian semata.

"Aku penasaran sama nilai manusia jenius itu, berapa ya kira-kira nilai fisikanya?" Setelah mengucap itu Yeonjun tertawa.

Namun hal yang dia dapati bukanlah sebuah tumpukan kertas dengan jawaban dan nilai. Melainkan sebuah kumpulan potret diri dari beberapa remaja yang terlihat tidak asing. Di sana juga terdapat satu buku berwarna merah dengan gambar merak bercorak emas.

Yeonjun meraih satu-persatu foto polaroid yang entah berapa jumlahnya. Dia meraih satu potret tujuh laki-laki dengan seragam yang sama seperti pada kotak yang sebelumnya.

"Ini kan ... Namjoon Hyung, Seokjin Hyung, sama anak-anak Bangtan? Kenapa Namjoon Hyung simpan fotonya di sini? Apa sudah gak terpakai lagi?" Yeonjun menggaruk kepalanya memikirkan kemungkinan-kemungkinan dalam kotak tersebut.

Selanjutnya dia beralih pada foto lainnya yang sedikit berbeda. Ada beberapa anak perempuan tersenyum di dalamnya. Yeonjun menyipitkan mata untuk melihat lebih jelas siapa saja mereka. Namun nihil, minusnya tidak bisa bekerja sama dengannya.

Dia beralih pada foto lain. Foto yang cukup membuatnya membulatkan mata tidak percaya, rahangnya seperti akan terjatuh dari tempatnya.

Didalam foto tersebut terdapat potret remaja laki-laki dan perempuan yang tersenyum hangat. Di depan Namsan Tower pada malam salju. Pemuda itu membalikkan foto dan menemukan sedikit catatan di sana.

My dearest, Min Hyesu. Celebrating our first day.
Under First Snow at Namsan Town.
December, 20--.

Iris Yeonjun beralih pada foto lain yang kebanyakan adalah foto Namjoon dan gadis yang pernah menolongnya, sekaligus merangkap sebagai kakak perempuan Subin, Hyesu.

Yeonjun beralih pada foto lain saat mereka menikmati musim semi, potret sang gadis yang mengecup pipi Namjoon. Keduanya tampak serasi dan saling menyayangi. Di balik potret tersebut juga tertanda catatan kecil. Dia bisa menebak ini tulisan sang gadis.

Our second date on spring days.
April, 20--.

Yeonjun kembali meraih foto lainnya yang mencangkup keduanya, dan berhasil menemukan satu potret dengan catatan tidak terduga.

Our last meet, before we go. Summer.
June,20--.

Yeonjun menaruh kembali potret-potret tersebut. Kini dia menangkap satu hal terbesar yang disembunyikan kakaknya selama ini.

"Jadi alasan Hyung tolak semua gadis bukan karena mau mengutamakan perusahaan, tapi karena dia masih jadi ratu di hatinya."

-Februari, 2021.

Just Remember Me || Kim NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang