Bag1 #Si Pemuda Misterius

987 66 2
                                    


[Hyesu]

"Yang lalu biarlah berlalu, kita itu harus bisa berdamai dengan masalalu."

Pagi ini, ketika sembayung menghias langit tak bersisi yang menaungiku, dengan kicau burung merdu dan kicau satu anak manusia yang sibuk melontarkan bermacam kalimat penyemangat dan nasihat. Sebab aku banyak bercerita tentang mimpi abstrak yang terus mengikuti tanpa henti. Nyaris disetiap malam hal itu menjadi bunga tidur untukku.

Sudah biasa, tapi penuh tanda tanya. Berharap dengan bercerita pada gadis bersurai hitam panjang yang lama menjabat sebagai teman sekaligus bos toko bunga tempatku bekerja, bisa memberi sedikit solusi. Tapi nyatanya sama saja, tidak ada satu dari kalimatnya yang membantu.

Jawabannya sama, 'berdamai dengan masa lalu' dan dilanjutkan dengan ceramah tanpa jeda.

Kalau sudah seperti ini aku hanya terdiam. Menjawab seadanya ketika gadis itu, Kim Sungkyung namanya, menanyakan apakah yang dikatakan itu benar atau salah yang kemudian kuangguki meski tak mengerti.

"Jadi, jangan dipikirin lagi, aku gak mau kamu terus-terusan mikirin mimpi yang gak jelas itu, oke?" gadis itu tersenyum, ibu jari dan telujuknya melingkar membentuk 'Ok' dan melengos begitu saja. Duduk pada kursi kasir dan membuka buku laporan persediaan, menegecek stok bunga apa saja yang habis.

"Tapi kalo emang mimpi itu beneran terjadi, gimana?"

Lantas, Sungkyung tertawa mendengarnya, "Hyesu, please! Jangan kebanyakan baca novel yang terlalu dramatis, lihat, kamu jadi imajinasi yang enggak-enggak,"

"Aku cuma mikir gimana kalo yang dibilang orang dimimpiku itu bener, kalo ternyata aku itu Cinderella di kehidupan masa kini?"

"Pantesan aja Namhyun milih cewek Thailand itu, ternyata kamu mulai sinting, toh,"

Ck! Buruk sudah hariku dibuatnya. Hanya karena satu nama segala ingatannya kembali dan menghantui. Tidak adakah nama lain yang lebih baik? miris sekali hidup Hyesu ini.

"Hayo! Kamu lagi mikirin mas Mantan, kan?!"

Aku hanya merotasi bola mata dan pergi mengurus segala bunga yang siap antar pagi ini. Bicara dengan gadis marga Kim itu bisa membuatku sinting sungguhan.

Kupikir pagi ini begitu bersahabat. Tak ada hujan lebat seperti hari sebelumnya yang membuat aktivitas mengantar bunga terhambat. Bersyukur sekali aku bisa mengantar dengan waktu yang tepat dan tidak ada kata terlambat.

Ini baru pekerjaan yang menyenangkan.

Satu buket Bunga Lily sudah siap tuk diantar pada alamat yang tertera.

Rumah nomor 43B

"Sampai!" senangku, memarkirkan sepeda penuh bunga di depan gerbang dengan tinggi mencapai empat sampai lima meter.

Pemandangan rumah yang begitu nyaman dan mewah, bersih, juga halaman luas yang penuh warna oleh bunga-bunga segar yang mekar adalah hal yang paling aku suka ketika mengantar bunga dirumah ini. Bunga yang sama setiap harinya, Lily.

"Selamat pagi, Pak Sejin, seperti biasa mau ngantar bunga pesanan," benar, rumah ini adalah salah satu langganan di toko tempatku bekerja. Sudah sekitar tiga tahun langganan tapi tidak pernah sedikitpun aku melihat pemilik rumah ini. Hanya tukang kebun, penjaga rumah dan pekerja lainnya termasuk Sejin.

Pria dengan setelan jas rapih yang bekerja sebagai kepala manager di rumah ini, tersenyum dan mengambil alih bunga Lily putih di tanganku, pria itu tertawa kecil, "Terima kasih, dan selamat pagi Hyesu," tangannya merogoh saku jas hitam dan menyodorkan beberapa lembar uang tip. "Tuan ingin mengganti bunga untuk besok,"

Just Remember Me || Kim NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang