I just wanna to say, Thank U 💜💜Happy Reading!
[Hyesu]
Ruang ICU. Ruang dimana satu manusia memiliki dua pilihan, pulih atau justru pergi.
Sejak tiga puluh menit lalu aku duduk diam di bangku merah depan ruang ICU. Baik Dokter atau Suster belum juga keluar dari sana. Tidak ada yang memberi kabar pasti tentang keadaannya, itu membuatku cemas dan bertanya-tanya. Bahkan tidak kulihat satupun kerabatnya yang datang untuk menjenguknya. Entah karena memang belum ada yang menghubungi atau dia hidup sendiri.
Aku menghela nafas, mencoba mengurangi rasa cemas yang tak kunjung berkurang. Aku terlalu takut dengan apa yang terjadi nanti.
Takut. Apa yang kutakutkan sebenarnya? Mengenalnya saja tidak, lalu kenapa aku harus takut?
Setelahnya pintu terbuka, perawat datang dengan beberapa benda ditangannya.
“Apa anda kerabatnya?”
Aku diam, harus mengangguk atau menggeleng. Jika aku menggeleng masalah belum tentu selesai. jika aku mengangguk sudah pasti masalah berlanjut. Aku bingung sekarang.
“Apa anda kerabatnya, Nona?”
Dia sudah bertanya dua kali, hingga akhirnya kuputuskan pada opsi yang pasti, “ya, saya temannya.”
“Saya ingin memberikan barang pasien, tolong anda hubungi pihak keluarganya juga,”
Aku menerimanya, barang berupa dompet, ponsel dan jam tangan. Aku tidak tahu harus aku apakan barang-barang ini. Namun ketika aku melihat ponsel mewah itu rasanya aku ingin membukanya. Mungkin saja ada petunjuk disana untuk menghubungi pihak keluarga atau kerabatnya. Tapi, tidak sopan juga bila menggunakan milik orang sembarangan.
Setelah berdepat sedikit panjang dengan pikiran aku memutuskan untuk membukanya. Tidak dikunci, dan cepat saja aku mencari satu kontak dengan nama yang bisa menolongku pada situasi ini, nama “AYAH” menjadi kontak yang akan kuhubungi, dengan ragu dan takut tentunya.
Aku menunggu beberapa saat, jantungku seakan bersiap loncat dan berpindah tepat, Semoga saja keputusan ini adalah yang terbaik.
“Halo, Namjoon, ada apa tiba-tiba kamu telfon Ayah, ada masalah?”
Oke, Namjoon, nama orang yang terbaring lemah di ruang ICU.
“M—maaf lancang, Tuan, saya bukan Namjoon, saya Hyesu.” Dengan nyali ciut aku menyahuti.
“Kamu siapa, kenapa bisa ponsel Namjoon ada sama kamu? Namjoon sama kamu sekarang? Astaga anak itu—“
“Tuan, anak anda baru saja mengalami kecelakaan, sekarang dia sedang ada diruang ICU belum sadarkan diri. Tolong anda datang ke Severance Hospital, Gangnam. Belum ada kabar dari Dokter bagaimana keadaannya sekarang.”
“Jangan main-main, kamu pasti ingin menipuku ‘kan?”
Aku menganga mendengarnya, “untuk apa saya menipu anda, Tuan? Saya mengatakan yang sebenarnya. Kalau tidak percaya, datang saja, saya sudah mengatakan di mana lokasinya.”
Sambungan terputus. Aku kesal, niat baikku menjadi sebuah tuduhan. Segala rasa cemas itu hilang, menguap begitu saja digantikan oleh amarah yang datang. Aku memutuskan untuk tidak lagi menunggunya, membawa semua barang-barang itu pada meja resepsionis untuk menitipkannya di sana. Jadi ketika keluarganya datang bisa membawanya dan aku bisa lekas pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Remember Me || Kim Namjoon
Fiksi PenggemarHyesu yang dinyatakan tewas dalam kecelakaan delapan tahun lalu. Takdir pertemuannya dengan Seokjin membawanya pada sang kekasih yang masih mencari keberadaannya, membuatnya membuka kembali kasus kecelakaan itu secara diam-diam untuk membawa kembali...