Bag9 #Yeonjun × Subin

294 44 7
                                    

Pemuda dengan seragam menengah atas yang terbalut almamater marun sekolahnya itu masih menundukkan kepala. Kuku pada dua ibu jarinya ia gesekkan menimbulkan bunyi yang samar. Dada pemuda itu terlihat naik turun mencoba menetralkan degup jantung yang begitu menggila. Dia takut kakak laki-lakinya akan marah atas apa yang telah dia lakukan di belakang sekolah.

Tepat ketika jam pelajaran terakhirnya, pemuda dengan nama Kim Yeonjun itu tertangkap basah tengah menghisap satu batang nikotin di belakang sekolah oleh guru bahasanya yang sedang menjalankan piket guru. Yang lebih sialnya lagi dia adalah guru paling tegas di sekolahnya.

"Lima menit lagi kakakmu akan datang."

Mr. Lim selaku saksi atas tindakan pelanggaran Yeonjun, memberi tahu atas kedatangan saudara laki-lakinya yang semakin dekat. Sementara Yeonjun memejamkan mata guna menyembunyikan rasa takutnya. Pikirannya kalut, membayangkan berbagai macam reaksi kakaknya yang entah bagaimana.

Lima menit berlalu, pintu berlapis kaca itu terbuka menampilkan sosok tinggi dari laki-laki berjas hitam yang rapih.

"Selamat siang Tuan Lim, ada hal apa anda memanggil saya mendadak seperti ini?" Pemuda itu, Kim Namjoon, tanpa menunggu lama melontarkan pertanyaan.

"Adik anda, Kim Yeonjun, melanggar peraturan sekolah. Dia merokok saat jam pelajaran terakhir berlangsung dan juga membolos. Saya selaku guru sekaligus wali kelas Yeonjun memutuskan untuk memberinya hukuman skors tiga hari ke depan, saya harap anda bisa mengerti ini." Laki-laki dengan wajah yang mulai menua itu menyodorkan satu buah amplop putih bertuliskan nama sekolah di mana Yeonjun belajar.

Namjoon tidak bersuara, pemuda itu mengehela nafas berat sebelum menerima dengan perasaan yang tidak bisa dia mengerti apa maunya. Marah, kecewa, terkejut semua itu ada. Tapi dia juga masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Setahunya, Yeonjun tidak pernah seperti itu, dia adik yang begitu baik dan menyenangkan. Mendengar kabar seperti ini rasanya begitu sulit untuk dipercaya.

"Terima kasih Tuan Lim, saya mohon maaf atas apa yang Yeonjun perbuat. Permisi." Namjoon tak banyak bicara, mengucapkan terima kasih kemudian berpamitan untuk kembali pada kantornya.

Keduanya sama-sama terdiam selama langkah mereka beriringan. Yeonjun tidak berani membuka suara terleboh dahulu. Karena menurutnya Namjoon kecewa padanya, sangat. Dia mengecewakan kakak laki-laki yang sangat dia sayangi, yang sangat dia jaga perasaannya. Dan hari ini dia menggores kecewa.

"Hyung," Yeonjun berujar pelan yamg berhasil membuat Namjoon menghentikan langkah, menatap adik laki-lakinya yang menghentikan langkah dan tertinggal satu petak pualam di belakangnya. "Maaf ... kamu pasti kecewa,"

Namjoon tersenyum, dia bangga pada Yeonjun yang berani mengakui kesalahannya, dia sangat bangga pada Yeonjun karena dia berani bertanggung jawab walau hanya dengan meminta maaf. Bagi Namjoon itu cukup. "Tidak apa, Dulu hyung juga pernah lakuin kesalahan di sekolah, bahkan lebih parah dari kamu,"

Yeonjun memberanikan diri menatap pemuda yang lebih tua darinya, kakinya mendekat menyamai Namjoon, "serius, Hyung?"

"duarius."

"Hyung!"

Namjoon tertawa, sesederhana itu bahagianya.

"Kenapa Hyung harus bohong? memang bener, kok. Gak percaya tanya sama Ayah,"

"Terus reaksi Ayah?"

"Dia marah sama Hyung,"

"Kalo ibu? apa ibu marah juga?"

Namjoon tidak menjawab, dia tidak tahu harus mengatakan apa pada Yeonjun. Hingga akhirnya dia memilih untuk tersenyum dan merangkul bahu adiknya dengan penuh kasih sayang, membawanya pulang.

Just Remember Me || Kim NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang