Bab 19 #Wanita lain.

160 27 11
                                    

[Namjoon]

Perjalanan bisnis kali ini cukup berjalan dengan lancar, walau membutuhkan waktu yang tidak sedikit setidaknya aku berhasil memulai dengan baik. Cabang Kim Corp yang mencakup teknologi canggih di Selandia ini cukup disambut baik. Aku tidak pernah menyangka bahwa banyak dari teman-temanku mengajukan kerja sama yang bersahabat.

Aku menutup laptop kerja setelah setelah semua hal-hal penting telah terurus. Pekerjaan hari ini lebih cepat dari yang di jadwalkan. Kesibukkan yang tak pernah luput dariku terus menuntut seakan mengekangku menghirup udara bebas. Terkadang aku merasa bosan dengan kegiatan monoton ini. Bekerja di dalam ruangan tanpa menikmati keadaan luar.

Tidak seperti waktu aku masih di Korea, meski pekerjaanku menumpuk aku akan tetap memiliki alasan untuk pergi keluar dan menyerahkan seluruh tugasku pada sekertaris.

Aku jadi teringat kembali dengan Hyesu. Keadaanku di Selandia benar-benar sulit untuk memberi kabar kepadanya.

"Kira-kira dia kesepian atau enggak, ya?"

Aku bertanya-tanya sendiri, entah kenapa sekarang aku ragu dengan isi hatinya. Dulu, kapanpun jika aku mau, aku akan datang sendiri tanpa perlu mengabari. Terlebih saat masa menengah atas, aku akan pergi keluar kelas untuk menghampirinya. Setelah itu aku akan membawanya pergi keluar sekolah. Anehnya dia tidak menolak, walau dia tahu itu hal yang salah dan aku sendiri tahu dia merasa takut. Tapi dia tidak pernah mempermasalahkan itu, dia sangat percaya padaku tentang hal apapun itu. Dan aku sendiri berjanji tidak akan pernah merusak kepercayaan yang sudah dia berikan terhadapku.

Aku sangat ingat, waktu di mana aku sadar bahwa masih ada orang baik yang mau menerimaku. Saat itu aku dan Hyesu dalam perjalanan menuju sekolah, aku selalu mengganggunya karena senang melihat wajah itu bersemu malu.

"Kira-kira nanti siang kita makan apa?" Hyesu bertanya seraya menatapku, seakan aku adalah orang yang menyiapkan menu makan siang sekolah.

Sementara itu aku tersenyum, merangkul tubuh yang lebih pendek lima belas senti dariku. "Apapun itu aku gak peduli. Toh, aku tetap pengen makan masakan kamu,"

Setelah mengatakan itu Hyesu memalingkan wajahnya, telinganya merah seperti warna tomat. "aku gak bisa masak," dia menjawab dengan singkat.

"Tenang aja, uangku sekarang banyak, apalagi kalau kita udah nikah aku pasti biayain kamu kursus masak,"

Hyesu menjauhkan tanganku dari bahunya, "S-Sunbae ini ngomong apa?!"

Aku semakin tertawa melihatnya, "Hyesu, aku ini lagi bahas masa depan kita. Coba bayangin sepuluh tahun mendatang, kita menikah dan saat aku pulang kerja kamu sambut aku pakai pelukan dan---"

"Sunbae!" Hyesu memukul lenganku, wajahnya menjadi semakin merah padam. Karena merasa malu dia berjalan lebih dulu meninggalkanku yang tertawa bahagia.

Lalu pada akhirnya aku tidak menepati janjiku sendiri untuk makan siang bersama. Malah aku menghilang dari sekolah, menghampiri anak-anak dari sekolah lain yang menantangiku bertarung. Membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan perkelahian lima lawan satu dengan mereka. Aku memenangkan perkelahian itu tidak mudah. Melawan lima orang sekaligus membuatku kehilangan banyak energi dan memiliki banyak luka.

Ketika aku kembali ke sekolah secara diam-diam, keadaan sekolah itu sudah sepi. Para siswa dan guru sudah kembali, bahkan matahari mulai tenggelam. Aku pikir aku sendiri saat itu, tapi ternyata Hyesu menunggu di depan kelasku yang sudah kosong. Tas hitam milikku ada dalam pelukkannya. Mata kami saling bertemu untuk sesaat sebelum aku memalingkan wajahku.

"Sunbae dari mana?" suara itu terdengar lembut, tapi aku tetap merasa takut.

" ... Aku ada urusan penting." suaraku memelan, pandanganku beralih metap tembok pualam yang tidak begitu menarik.

Just Remember Me || Kim NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang