Ch 41 - Aku Tidak Akan Memaafkanmu

11K 724 123
                                    

Deru suara mesin mobil yang halus berhenti tepat di depan rumah. Ian mendekati jendela, menyingkap sedikit tirai di sana. Sebenarnya ia sudah tahu siapa yang datang. Hanya saja Ian ingin melihat dengan siapa wanita itu pulang. Rematan tangannya semakin mengencang begitu melihat sosok itu!!

Wanita itu benar-benar punya nyali!! Meminta antar selingkuhannya ke rumah suami!! Benar-benar tidak bisa dimaafkan!!

Tangan mengepal, gigi menggeretak. Ian menahan diri untuk tidak menghancurkan keduanya. Ia akan menghancurkan mereka secara perlahan. Agar mereka bisa merasakan betapa sakitnya perasaan dikhianati!!

Suara pintu dibuka dan langkah kaki tergesa-gesa bisa Ian dengar dengan jelas. Suara yang familiar yang dulunya ia rindukan mulai terdengar. Memanggil namanya berulang-ulang.

Ian tetap diam. Dia masih menunggu penuh kemarahan. Ia harus memberi hukuman, agar wanitu itu tahu tempatnya!!

Suasana seluruh rumah sengaja ia buat gelap. Hal itu merefleksikan perasaannya yang juga menggelap. Hatinya menghitam. Tidak ada lagi kasih sayang. Yang ada hanya kemarahan dan perasaan ingin menghancurkan.

Pintu kamar mulai terbuka secara perlahan. Siluet tubuh mungil seorang wanita yang pernah ia kasihi mulai membayang.

Ian tidak bisa menahan rasa amarahnya lagi. Tubuhnya bergerak sangat cepat. Menyergap wanita itu dalam dekapan. Rasa ingin menghancurkan memenuhi dada.

"Aaakhhhhppp!!" Suara terkesiap menggantung di udara. Ian tidak membiarkan wanita itu mengatasi rasa terkejutnya. Dengan cepat ia membalik tubuh itu dan menghukum wanita itu dengan tubuhnya!!

Wanita yang telah berkhianat adalah wanita murahan. Seorang wanita yang tak mampu menjaga harga dirinya. Wanita seperti itu pantasnya disandingkan dengan wanita-wanita penjaja s*ks komersial. Setidaknya wanita PSK memiliki harga, namun tidak dengan wanita direngkuhannya ini!

Wanita ini telah dengan sangat murahnya mengumbar kemesraan. Menginjak-injak harga dirinya sebagai seorang suami. Wanita pengkhianat pantasnya diperlakukan dengan tidak manusiawi, agar dia sadar diri bahwa sudah tidak berharga lagi!!

Ian melumat bibir wanita itu dengan kasar. Sementara tangannya bergerak dengan liar. Merengkuh, meraba, meremas dengan brutal. Tidak ada kelembutan dalam setiap sentuhan.

Ian bisa merasakan tubuh itu mulai memberontak. Satu tangan merengkuh tubuh kecil itu, sementara tangannya yang lain menahan kepala Irene agar tidak bergerak.

Lumatan, sesapan, gigitan, semua itu ia lakukan dengan penuh kekasaran. Ian tidak peduli dengan gigitan yang beberapa kali ia dapatkan. Matanya telah dibutakan dengan rasa ingin menghancurkan. Ia akan menghancurkan tubuh Irene dan menginjak-injak harga dirinya!!

"Ukhmmm!!" suara yang tak bisa keluar. Pukulan tangan lemah di dada. Mata yang membelalak penuh keterkejutan, tidak Ian hiraukan. Ia hanya sibuk untuk membalaskan dendam.

Ian meremas dada, bokong dan pinggul Irene dengan kasar dan kuat. Menimbulkan suara lirihan kesakitan dari si pemilik tubuh.

Luar biasanya, si pengkhianat ini masih membuatnya sangat bernafsu. Semakin kasar tindakan yang ia lakukan, semakin tinggi pula nafsu yang datang.

Ian merobek dress Irene dengan sekali sentakan. Suara sobekan kain dan jeritan putus asa menguap di udara, dibungkam oleh bibirnya yang menjalar kemana-mana.

"Lepas!! Lepasin aku!!"

Suara lirih bercampur ketakutan mulai terdengar. Ian sibuk mengecap rasa di seluruh tubuh pengkhianat. Menggigit dan menyesap, meninggalkan tanda kemerahan dimana-mana.

Leher, tengkuk, tulang selangka, dada, perut, tak luput dari hisapan brutalnya. Sementara tangannya bermain-main di area terlarang dengan kasar.

Robekan gaun membuat wanita itu setengah telanjang. Menyisakan bra dan celana dalam. Berdiri dengan posisi tubuh mengenaskan. Tidak bisa melawan karena kalah kekuatan. Yang bisa ia lakukan hanya memberontak kecil dengan tangisan lirih, memohon-mohon untuk dihentikan.

Ian membuka risleting celana, kemudian ia menjambak rambut Irene, mendorong tubuh wanita itu setengah terduduk dan menjejalkan dengan paksa benda itu di mulut kecil sang wanita.

"Hisap!! Jalang sepertimu hanya pantas diperlakukan seperti ini!!" ucapnya sembari mendorong tubuhnya dengan kuat.

Ian tidak peduli dengan lelehan airmata yang keluar. Ia tidak peduli wanita itu tersedak-sedak tak berkesudahan.

Ian menjambak rambut Irene, membuatnya bergerak maju mundur dengan paksa, mengikuti gerakan pinggulnya. Kemarahan yang dibalut nafsu membutakan mata hatinya. Ia hanya peduli dengan rasa penghukuman dan kepuasaan.

Ian melepas sumpalan benda itu dari mulut Irene. Wajah wanita itu terlihat menyedihkan. Keringat bercampur airmata dengan lipstik dan saliva yang belepotan kemana-mana. Sementara rambutnya berantakan. Ian puas melihat wajah menderita itu.

"Uhuk!! Uhuk!!" Irene terbatuk-batuk tak berkesudahan. Belum pulih dari rasa tersedak, Ian menarik tangan Irene hingga wanita itu berdiri. Dalam sekali gerakan Ian menggendong tubuh kecil itu. Menjadikan kedua kaki wanita itu melilit pinggang, sementara kedua tangan Ian menahan tubuhnya. Dalam sekali sentakan kasar Ian menyatukan tubuh mereka.

Suara jeritan menggema di udara. Ian membungkam bibir itu dan melumatnya dengan buas, sementara hentakan-hentakan kasar dan menyakitkan tetap ia lakukan.

Tubuh Irene terlonjak-lonjak, mengikuti irama gerakannya. Ian mengabaikan semua suara-suara yang mengganggu. Ia hanya fokus balas dendam. Bila Irene tidak bisa merasakan sakit hati, maka setidaknya fisik wanita itu harus merasakannya!!

Pikiran Ian menggelap. Nafsu dan kemarahan telah menuntunnya. Tidak ada lagi hati nurani maupun akal sehat. Iblis telah menguasai jiwanya. Perasaan ingin menghancurkan semakin mencekam, hingga ia melakukan banyak tindakan pemaksaan.

Ian melempar tubuh Irene ke ranjang. Kemudian ia menarik kaki wanita itu. Membalik tubuhnya dan menggagahinya dari belakang. Sentakan-sentakan kasar kembali ia lakukan.

"Jalang murahan!!" seru Ian sembari menjambak rambut Irene dari belakang, sementara tubuhnya tetap bergerak kasar, memberi hukuman. Beberapa kali tangannya menampar bulatan indah yang ia setubuhi. Meninggalkan jejak memar dimana-mana.

Suara tangis itu mulai tidak terdengar, hanya suara lirihan kecil dan lemah. Beberapa kali tubuh ringkih itu terjerembab di ranjang, namun setiap kali itu terjadi, Ian menarik tubuh itu kembali dan menghunjamnya dengan membabi buta.

Posisi itu lama-lama membuat Ian bosan. Ia membalik tubuh Irene dengan kasar, sehingga tubuh wanita itu telentang seperti tak bertulang. Tanpa memberi kesempatan ia langsung menyatukan tubuh mereka kembali.

Tidak ada lagi rintihan kesakitan. Tidak ada lagi jeritan penolakan. Tubuh itu hanya terguncang-guncang, mengikuti irama gerakan yang sedang ia mainkan.

Ian menatap wajah Irene. Ia ingin melihat wajah wanita yang telah ia hancurkan harga dirinya. Ia ingin menunjukkan, bahwa ia telah menang atas wanita itu!!

Wajah itu berkeringat. Gumpalan rambut basah menempel di kening, sementara riasan telah luntur. Kedua mata yang begitu ingin Ian lihat telah terpejam rapat. Betapa kerasnya ia menghentak tidak berpengaruh. Wanita itu tetap diam, tak memberikan respon apapun.

Tiba-tiba semburan rasa hangat ia rasakan. Membasahi bagian inti tubuhnya. Ian menarik tubuhnya dengan cepat. Matanya membelalak, begitu melihat lelehan yang bukan berasal dari tubuhnya ke luar.

Dari bias lampu Ian bisa melihat dengan jelas. Lelehan itu berwarna merah pekat!! Itu adalah darah!! Irene telah pingsan dengan tubuh berdarah-darah!!

***
Kelanjutannya ada di KBM App ErKa1502

The Best PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang