09. Rumpang Rasa

2K 394 117
                                    

***

Barangkali rasa tak pernah bohong bahwa dirinya hilang tanpa arah karena sebuah cinta yang bekerja sendirian. Barangkali senyumnya itu sebuah semangat, kali ini patah dan tak bisa menaruh letaknya. Barangkali amarah menjelaskan bahwa cemburu buta adalah penjelas dari segala rasa yang hadir sekarang.

Walaupun dirinya mati-matian melempar senyum pada dunia, menyikapi dan melirik sebuah hazel dengan lirih, tak mengubah sesuatu di dasar yang sedang disayat.

Sinar matahari yang bersinar di luar tak membuat hatinya membuka sedikit, tetap sunyi dan gelap. Barangkali hanya singgah semata, apakah kinerja teman begini adanya? Menumbuhkan segala emosi, tak rela, dan cemburu? Jelas-jelas itu cinta. Sesuatu begitu sensitif jika menyangkut seseorang yang kau tandai, jelas kau menyimpan asa padanya.

Bagai sebuah handphone tanpa baterai. Beberapa kali sahabatnya mengajak berbicara dan bercanda, jawabnya hanya senyum singkat dan tawa hambar. Diiringi dengan mata yang sedari tadi ia tahan agar tak bertatapan dengan salah satu sosok.

Semakin kau yakin, semakin itu terjadi. Benar, tak perlu bertanya, mata akan selalu tahu jawabnya. Mungkin mulut bisa berbohong namun respon tubuh akan bergerak beda.

Hftttt, galau banget gue!

"Jennie, kenapa ngelamun terus daritadi?"

Sial! Kak, jangan sapa gue, plis ... mau tak mau Jennie menoleh pada suara Irene. Kakak kelasnya itu melempar senyum sembari mengangkat sebelah alisnya, mungkin menunggu jawaban Jennie, namun Jennie menggeleng lemah.

"Gapapa kak, hehehe,"

Bagaimana Jennie bisa mengumpat, sedangkan dia dan si gadis berponi tak menyimpan status apapun selain Teman, meski Jennie telah berjalan jauh dari itu. Bagaimana bisa Jennie merajuk dan menyalahkan si gadis berponi, jelas Lisa tak pernah melakukan dengan khusus, mungkin Jennie hanya senang sendirian. Bagaimana bisa Jennie menyalahkan Irene, teman yang juga satu tingkat di atasnya, bagaimana bisa ia menyalahkan dan membuat mereka jauh ketika keduanya menyimpan rasa yang sama.

Bagaimana bisa ia terlalu menganggap Lisa satu untuknya, sedangkan Lisa menganggap salah satu untuknya. Bagaimana bisa cinta yang singgah padanya membuat ia lemah, ingin maju terlalu sakit, ingin mundur terlalu berat.

Kinerja cinta nyatanya begitu sadis. Tak perlu waktu lama dan alasan tepat untuk jatuh dan menetap. Hingga dirinya tersesat sendiri dengan rasa di tangan nya, melihat sebuah punggung Lisa yang nampak berlari untuk orang lain. Miris.

"Salat yuk?"

"YANG NAMANYA JENNIE TUH, CENTILNYA KEBANGETAN, ANAK BARU PADAHAL YA, UPS!"

Jennie menganga setelah mengajak teman-teman nya, terkejut dengan teriakan yang ia yakini itu kakak kelas! Sontak ia menoleh, mendapati sekumpulan manusia di salah satu meja menatapnya sinis.

"Maksud lo?" Irene menoleh ke belakang dengan tatapan tajamnya.

"Dih, pahlawan lo lonte? Ngaca!"

"Lo ngatain apa? Coba sekali lagi?" Irene bangkit sembari berjalan pelan menghampirinya.

Brak!
Jennie terperanjat kembali saat meja digebrak oleh Yeri. Menatap satu per satu sahabatnya yang bangkit, menyusul Irene ke belakang.

"Kita mending cantik, lah elu anjing?" Suara Rosé masih bisa terdengar oleh Jennie, hingga membuat menganga lebih lebar.

"Ngatain irene apa? Lonte? ELU ANJING!"

Brak!
Kali ini, Seulgi menggebrak meja di sana membuat Jennie menutup mulutnya di meja sendirian. Mengapa menjadi bertengkar? Padahal daritadi adem ayem.

Your Self [Jk.Lm]                                                 -COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang