***
Tok--Tok
"Assalamualaikum ibu, maaf mengganggu waktunya sebentar, saya perwakilan osis ingin menyampaikan sedikit informasi," tuturnya penuh lembut dan sopan.
Si gadis bermata kucing sontak menunduk. Tak kuasa menatap sosok tersebut. Malu, sakit, tak percaya diri, dan segala campuran rasa lain. Masih tak bisa mengiyakan fakta bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan.
Ribet banget difikir-fikir, mau mundur gabisa, mau maju tertampar fakta. Nasib-nasib.
"Silahkan Irene dan Jisoo," guru tersebut mempersilahkan.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh semuanya,"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!" Serempaknya semangat. Liat yang bening emang sat set sat set.
"Waalaikumsalam ..."
Sontak Wendy menoleh, melihat Jennie menunduk membuat ia terkekeh kecil. Tangan nya bergerak mengusak pucuk kepalanya, serius adanya jika Jennie terlanjur jatuh pada hati yang masih semu untuk dimiliki. Wendy fikir bercanda, nyatanya benar. Mau ketawa takut dosa.
"Kenapa sih? Lo juga cantik, kalo gabisa dapet lisa, masih ada yang lebih baik jen,"
Tapi, gue gamau yang lain. Gumam Jennie di dalam hati. Dagunya tiba-tiba diangkat perlahan oleh telunjuk wendy.
"Liat gue, kenapa lo nunduk kalo ketemu kak irene?" Ujarnya penuh lembut.
"Malu aja, harusnya gue sadar diri, gue kalah jauh sama kak irene, tapi bisa-bisanya suka sama lisa,"
Wendy bergeleng-geleng kepala. Sampai tak fokus memperhatikan Jisoo dan Irene sedang memberikan informasi seputar camping untuk minggu depan.
"Itu hak lo jen, mau lo suka sama orang yang udah punya pemilik hati sekalipun, selagi lo engga ngeganggu mereka,"
Haha, iya pemilik hati lisa kan kak Irene. Sedih banget kayaknya. Bahkan, Jennie tak pernah menyangka dirinya akan dilanda resah dan sakit berkelanjutan seperti ini. Ia sadar, ia bisa saja mencari yang lain, namun hatinya seperti di lem, tak mau bergerak.
"Lagian nyerah banget, kak irene sama lisa gaada apa-apa juga,"
Jennie sontak mendongak, menatap wendy dengan intens. "Lo nya aja gasadar----"
"Gue sadar lah, liat aja nanti, suudzon mulu mereka saling suka, padahal adik kakaan doang," Wendy melempar pandang ke depan akhirnya, menyisakan Jennie dengan segudang tanya.
Wendy menyunggingkan senyumnya bersama Jisoo di depan. Tentu saja, ia mendapat instruksi dan berita dari kakak kelasnya itu, mengenai kejadian kemarin.
"Jennie,"
"Oh iya kak? I-iya, kenapa?" Gugupnya seketika saat Irene memanggil di depan.
Irene melempar senyum hangatnya. Sejumput rasa bersalah hadir saat Jennie membalas senyum itu dengan kaku. Ada luka yang harus ia bereskan setelahnya, bukan tentang Lisa, namun tentang adik kecilnya itu, Jennie.
"Kenapa ngelamun? Coba, tadi kakak menginformasikan apa?"
"Wen anjing wen, tadi mereka ngomong apa!" Bisik Jennie sembari menyenggol lengan Wendy di bawah.
"Lah, gue aja gatau anjing!" Balas Wendy.
Jisoo terkekeh kecil di depan, kelakuan adik kelasnya itu memang konyol. Hingga Irene pun ikut tertawa kecil melihat Jennie dan Wendy malah saling sikut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Self [Jk.Lm] -COMPLETED
Teen Fiction"Jennie, aku tak pernah menuntutmu untuk menjadi sang puteri agar pantas di sampingku. Seperti yang kau ucap, kau tertekan saat berusaha terlihat tinggi untukku. Jika begitu adanya, jauhi aku agar kau terbang dengan bebas. Terlepas rasaku dan rasamu...