***
Lisa berlari dengan cepat di anak tangga. Panasnya menjalar hingga membuat ia gerah. Jangan tanyakan matanya, seperti dibakar sekarang! Sekuat hati, ia menahan agar tak mencairkan panas menjadi air mata.
"LILI, KAMU DENGER AKU GAK?!"
"LILI, BERENTI!"
Lisa tak menggubris. Ia berlari kecil ke belakang, tak tentu arah. Sengaja ia membawanya ke koridor belakang. Mungkin, agar ledakan nya tak diketahui semua orang.
"LILI, AKU GAADA APA APA SAMA HANBIN, BENERAN!"
Lisa berputar, menaiki lagi tangga. Tangga menuju rooftop. Di mana itu gelap dan tentunya tak ada siapa-siapa. Hingga ia menghentikan langkahnya di tengah anak tangga yang akan berbelok.
Begitupun dengan Jennie. Degup jantungnya berdetak naik. Mungkin takut dan gugup sekaligus.
Terdengar dengan jelas hembusan nafas Lisa, seraya tubuh Lisa berputar. Kedut mulutnya berubah menjadi datar, matanya menyala seperti elang. Praktis membuat Jennie mundur selangkah.
"Kamu kenapa ngikut-------"
"Saranghae!"
Lisa berdecak sinis. Mungkin, tubuhnya sedang dirasuki segudang luka, hingga tak khawatir melihat mata Jennie yang sudah berembun dan bergetar.
"Aku cinta sama kamu!"
"Apa? Aku gasalah denger?"
"Lili----" Jennie pun hendak meraih lengannya namun dengan kasar Lisa menepisnya.
"JANGAN GANTUNG AKU DENGAN SEMUA LUKA KAMU, JEN! KALO KAMU UDAH GAMAU SAMA AKU YA BILANG! KAMU FIKIR, KAMU DOANG YANG SAKIT? ENGGA, AKU JUGA!"
Jennie menelan gusar salivanya. "Ka-kamu ngebentak aku?"
Lisa memalingkan wajahnya, lolos lagi hembusan nafasnya. Kini menarik nafasnya dalam-dalam. Okey, ia salah. Telah membentak Jennie.
"Udahlah, memang dasarnya kamu pengen pergi, sekeras-kerasnya aku nahan kamu, itu tetep mustahil. Maafin aku yang terlambat, maafin aku yang udah bikin kamu sakit. Maafin aku yang selalu cemburu, selalu marah kalo kamu deket hanbin. Maafin aku yang selalu bersikeras, sekarang bebas!"
"Kamu bebas, kamu boleh pergi!" Lisa menyunggingkan senyumnya, seraya lolos detik air matanya.
Jennie terlonjat sendiri. Baru kali ini, ia melihat air mata Lisa meluncur tepat di hadapan wajahnya.
"Kita cuman temen, haha!"
Selangkah Lisa pergi, tangannya buru-buru di tahan oleh Jennie membuat Lisa terdiam lagi.
"Tadi hanbin lagi nyontohin permintaan maaf sama ungkapan. Itu aku yang minta, karena aku gugup mau bilang sama kamu kayak gimana! Aku kangen sama kamu, aku gabisa lebih lama lagi jauh kayak gini, lili!"
Lisa berdecak sarkas, lalu menghempaskan lengan Jennie dengan keras. Dan melanjutkan langkahnya lagi yang sempat tertunda.
Menyisakan Jennie yang terengah-engah dengan luka di belakang. Nafas gadis itu tak beraturan, hingga air mata turun lagi, membantu melegakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Self [Jk.Lm] -COMPLETED
Teen Fiction"Jennie, aku tak pernah menuntutmu untuk menjadi sang puteri agar pantas di sampingku. Seperti yang kau ucap, kau tertekan saat berusaha terlihat tinggi untukku. Jika begitu adanya, jauhi aku agar kau terbang dengan bebas. Terlepas rasaku dan rasamu...