8. Gugur Secara Terhormat

97 8 2
                                    

  Sima pun akhirnya tenang, lalu mendudukan badannya di kursi dengan air mata yang perlahan mulai kering dengan wajah yang berkaca-kaca sambil menunduk. Setelah semua kembali tenang, Sima pun melanjutkan kembali pertanyaannya. "Lalu  orang tua kandungku sekarang dimana?" tanya Sima sambil menatap Datuk yang masih berdiri." Ibumu dulu meninggal waktu melahirkanmu. Sedangkangkan bapakmu.......", Datuk pun terdiam lagi untuk sesaat. Tapi Sima terus saja memaksa agar Datuk melanjutkan ceritanya." Bapa kenapa Datuk, baik-baik saja kan? Tolong lanjutkan Datuk!!.
Namun semuanya harus disampaikan, karena ini juga Amanat dari Bapak Sima. "Bapakmu telah gugur secara terhormat sewaktu menjaga keseimbangan Alam karena ulah orang kota yang mengambil kekayaan alam hutan di sekitar lereng gunung secara brutal. Mereka menghancurkan tempat tinggal para hewan dan membunuhnya, lalu mengambil bagian yang berharga seperti kulit, tanduk, daging dan lain sebagainya."

  Akhirnya Sima hanya diam sambil menganggukan kepala dengan tubuh cukup tenang, mungkin akhirnya dia perlahan akan mulai menerimanya." Setelah ibumu meninggal, bapakmu menitipkan kamu kepada Datuk, untuk dilatih supaya bisa hidup mandiri, menjaga diri, dan meneruskan generasi. Lalu bapakmu mengasingkan diri ke hutan, dulu sebulan sekali dia turun gunung untuk melihat kamu." Sima pun lagi-lagi hanya mengangguk. Setelah beberapa saat dia melontarkan sebuah pertanyaan lagi." Lalu apa nama bapakku Datuk?"
Tanya Sima." Namanya Datuk Anggara, nama belakang kamu juga Anggara. Jadi disamakan dengan mendiang Bapakmu. Sedangkan ibumu bernama ratih. Dia Sahabat bu Ratyah si tukang warung. Saking dekatnya, nama mereka pun hampir sama". Sahut Datuk sambil tertawa kecil. Akhirnya obrolan malam itu berakhir.

  Keesokan harinya Sima bangun dari Tidur karena mendengar suara kegaduhan diluar. Sima sudah bisa menebaknya bahwa tidak lain itu adalah suara Datuk dan para muridnya yang sedang latihan Silat di lapang belakang rumah Datuk. Ia pun keluar dari kamarnya dan di ruang tengah tepatnya di meja  sudah ada kantong yang berisi lepe yang cukup banyak. Sekilas saja, lepe itu adalah jajanan tradisional yang terbuat dari singkong berisi gula di dalamnya. "mungkin aku akan ikut latihan juga, tapi sekarang aku makan dulu lepe. Datuk mana ada nasi  jam segini, tapi pasti ada kopi." ucap Sima yang belum membasuh wajahnya dan langsung memakan lepe dengan lahapnya.

                       BERSAMBUNG........

Cindaku - The Rise Of LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang