1

4K 267 3
                                    

"Apa yang sudah kau lakukan hah!? Saya kan sudah bilang buatlah diagramnya dalam bentuk batang, kenapa kau buat dalam bentuk lingkaran seperti ini? Apa kau ini bodoh?" Ucap Namjoon dengan satu nada hentakan tinggi yang membuat lawan bicaranya menegang tak karuan.

"Maaf Sir, kemarin anda bilang diagram pada bagian itu dibuat dalam bentuk lingkaran saja, agar persenan pembeda datanya mudah terlihat, saya hanya menjalankan apa yang anda perintahkan Sir." Balas orang ini, tidak ada keraguan dalam nada bicaranya dan Namjoon tidak suka itu.

Namjoon berdiri dari kursi kekuasaannya, melepas kancing atas jasnya dan menghampiri lawan bicarannya yang sedari tadi berdiri tegak tanpa menunjukkan rasa takut sedikitpun terhadap aura intimidasi yang Namjoon keluarkan.

"Kau...berani sekali kau menunjukkan ekspresi wajah yang tidak ada sedikitpun rasa bersalah itu di depanku." Ucap Namjoon dengan penekanan disetiap kalimatnya, tubuhnya yang tinggi menjulang tepat berada di depan orang yang diajaknya beargumen sedari tadi.

"Ma-maaf Sir, saya hanya—" Belum sempat orang ini melanjutkan kalimatnya,  Namjoon segera menginterupsinya.

"Jangan membantahku! Aku tidak suka dibantah dan aku tidak suka kau! Keluar dari ruanganku dan kerjakan saja apa yang sudah aku perintahkan padamu." Titah Namjoon tanpa sedikitpun membiarkan lawan bicaranya membela diri, Namjoon berbalik untuk duduk di kursi kekuasaannya kembali dan melanjutkan kegiatannya membaca semua laporan yang sudah tertumpuk di meja kerjanya.

"Baik Sir, saya permisi dulu." Ucap orang ini dan berlalu meninggalkan ruangan Namjoon sih Big Boss galaknya.

Sepanjang perjalanan menuju ruangannya, aura panas melingkupi tubuhnya, alis yang menyatu, nafas yang berderu membuat setiap orang yang berpapasan dengannya sangat mengerti apa yang sudah terjadi pada dirinya.

"Kurang ajar! Apa-apaan sih dia itu, dia pikir dia siapa hah?! Berlebihan sekali sampai menghinaku bodoh, kalau aku bodoh kenapa aku bisa diterima di perusahaannya! Ini sangat keterlaluan, aku tidak bisa bekerja di perusahaan dengan bos seperti monster di dalamnya." Ucap orang ini sangat marah, aura merah bercampur hitam pekat menguar-nguar dari dalam tubuhnya.

Ia mendudukkan tubuhnya di atas kursi kerja empuknya berharap kemarahan dalam dirinya sedikit berkurang tetapi hasilnya nihil, kemarahannya sudah benar-benar tak terbendung lagi.

—————

Tok...tok...tok

"Masuk." ucap pemilik ruangan yang pintunya diketuk oleh orang yang saat ini sudah berjalan masuk mendekati mejanya.

"Aku akan keluar dari perusahaanmu ini, aku sudah menyerahkan surat pengunduran diriku kepada tuan Choi dan yah aku kesini hanya ingin mengucapkan salam perpisahan mungkin? kepada bos ku selama dua bulan ini, secara langsung." Ucap orang ini tanpa sedikitpun keraguan di dalam kalimatnya.

Namjoon yang sedang memeriksa laporan perusahaannya mendadak berhenti dari kegiatannya dan menatap orang di samping mejanya dengan sedikit heran.

"Tidak." Satu kata yang begitu tegas, dingin dan mengintimidasi.

"Huh? Apa maksudmu "tidak" aku tidak membutuhkan izinmu dan tidak membutuhkan pendapatmu." Balas orang ini sedikit heran mendengar respon dari bosnya itu.

"Hahahah, kau jelas membutuhkannya Kim-Seok-Jin!" Terdengar jelas Namjoon memberikan penekanan pada nama satu-satunya orang di perusahaan ini yang tidak memiliki rasa takut terhadap Namjoon yang sekarang sudah duduk di meja kerjanya sambil menggulung kemeja hitamnya sampai ke siku yang membuat dia dan orang yang bernama Kim Seokjin ini berhadap-hadapan secara langsung.

"Apa yang sedang kau bicarakan ini? Apa maksudmu?" Balas Seokjin tak mau kalah.

"Wahh, kau ini memang benar-benar bodoh yah?" Ucap Namjoon sedikit meledek.

"Kau itu—Kau sekretarisku kan?" Lanjut Namjoon.

"Ya." Balas Seokjin sedikit malas.

"Kau bekerja di bawah perusahaanku kan?" Lanjut Namjoon lagi.

"Ya." Balas Seokjin masih sama.

"Apa kau pikir, kau bisa keluar-masuk sesukamu di perusahaan ku ini Kim Seokjin-ssi?"

"Ya—" ucap Seokjin sedikit menggantung, "Huh?" Balas Seokjin kali ini ia menampakkan ekspresi bingung dan mencoba menebak apa maksud dari ucapan boss-nya ini.

"Kau—"    Ucap Namjoon seraya berdiri dan merapatkan sedikit tubuhnya pada Seokjin yang masih mencerna apa maksud ini semua.

"Kau tidak akan bisa keluar dari perusahaan ku ini. Jika, bukan aku yang mengeluarkanmu sendiri." Lanjut Namjoon sedikit menyeringai dan menaikkan satu alisnya.

Seokjin masih diam dan masih berdiri tegak mematung dihadapan Namjoon.

"Kau pulanglah! Cari kontrak kerjamu dan bacalah setiap poinnya dengan penuh kehati-hatian dan simpan di dalam memori otakmu itu!" Ucap Namjoon tanpa pergerakan sedikitpun, mungkin dia sedikit menikmati aroma peach dari sekretarisnya ini.

"Tidak, tidak, tidak mungkin—astaga! Tidak mungkin kan?" Balas Seokjin ia menegadahkan kepalanya, tinggi yang dimiliki bos dan sekretaris ini tidak terlalu jauh sehingga Seokjin dapat dengan mudah menatap tajam pada kedua bola mata Namjoon yang ada di depannya.

"Kau—kau ini benar-benar monster Kim Namjoon-ssi!" Ucap Seokjin marah, jari telunjuknya menunjuk dada bidang Namjoon.

"Aku bersumpah, aku akan keluar dari perusahaanmu ini bagaimanapun caranya." Lanjut Seokjin, aura kemarahannya tidak main-main.

"Ya, ya, ya. Terserah kau saja, lakukan cara apapun karena cara-caramu itu tidak akan berhasil Kim Seokjin-ssi." Balas Namjoon dengan senyuman mengejek di wajahnya.

"Pulanglah!" Titah Namjoon dengan tegas kali ini.

Seokjin yang sedari tadi menahan amarahnya dengan mengepal erat jarinya, berbalik dan keluar dari ruangan Namjoon dengan pikiran yang sangat kusut, dia merapalkan mantra tidak mungkin—tidak mungkin di dalam pikirannya sedari tadi.

"Waw sekretaris Kim, kau— cukup menarik, heum?" Ucap namjoon menyeringai sambil memerhatikan punggung Seokjin yang perlahan-lahan menghilang dari balik pintu ruangannya.

—————

Boss Kim Vs Secretary KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang