9

1.5K 178 12
                                    

Hari ini, tepat 3 minggu sudah Seokjin menjadi pengangguran. Sejak ia keluar dari perusahaan Namjoon, ia hampir tiap hari mengantar berkas, mengirim email, dan melakukan wawancara untuk mendapat pekerjaan baru. Tapi sampai sekarang masih belum ada yang menerima dirinya. Dia memandangi ponselnya berharap ada berita baik hari ini.

"Jin hyung, berhenti memandangi handphone mu. Jika ada yang menelpon, benda itu akan berbunyi." Jimin memutar matanya malas, sudah sejak pagi tadi pelanggan pertamanya ini duduk dan memandangi handphone-nya, padahalkan kalau ada yang menelpon handphone itu pasti berbunyi.

"Aku frustasi Jim, sudah 3 minggu aku jadi pengangguran. Jika seperti ini terus tabungan ku akan habis," Seokjin mengalihkan pandangannya pada Jimin dan menghela nafas sejenak "Sebentar lagi Jungkook akan bayaran untuk masuk kuliah, kau tahu sendiri biaya 'tetekbengek' untuk kuliah itu sangat banyak."

"Heem aku tahu hyung, kau sabar saja yah aku yakin sebentar lagi kau akan dapat pekerjaan, tadi ada malaikat lewat yang membisikiku." Jimin berdiri terkekeh dan meninggalkan Seokjin dengan segala rasa keputusasaannya.

Seokjin kembali memfokuskan pandangannya pada handphone dan berharap handphonenya segera berbunyi.

"Aish, pakai segala ingin kencing lagi. Aku bawa atau tinggal yah handphone-nya—Seokjin berdiri, tiba-tiba rasanya dia ingin sekali buang air kecil, ini pasti gara-gara dua cangkir teh dan satu cup kopi yang ada di mejanya. "Sudahlah aku tidak akan lama." Ucap Seokjin seorang diri dan memilih meninggalkan handphonenya.

Setelah selesai dengan urusannya, Seokjin kembali ke mejanya dan langsung mengecek handphonenya. Seokjin membolakan matanya. Bukan kan?

Apakah takdir selalu mempermainkannya seperti ini? Saat hal yang dia tunggu selama ini malah muncul di saat yang tidak tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah takdir selalu mempermainkannya seperti ini? Saat hal yang dia tunggu selama ini malah muncul di saat yang tidak tepat. Kenapa dia begitu sial?—Seokjin berdecak kesal dia yakin ini telpon dari salah satu perusahaan yang dia lamar dilihat dari jumlah nomornya. Seokjin menggeram lagi mengingat kenapa tadi dia harus buang air kecil. Dia membetur-beturkan kecil kepalanya di atas meja pasrah.

Tring....Tring.....Tring

Seokjin langsung mendongakkan kepala cepat dan meraih handphone-nya, dia begitu gugup. Jantungnya sedikit berdebar, Seokjin langsung menggeser tombol hijau dan mengarahkan handphone-nya ke telinga. Mungkin saat kita kira usaha kita gagal, sebetulnya itu belum. Mungkin kita harus menunggu sedikit lagi. Jangan putus asa dulu.

"Hallo, selamat siang. Benar dengan tuan Kim Seokjin?"

"Benar Pak."

"Setelah hasil wawancara dan pertimbangan skill dan pengalaman Anda yang matang, kami memutuskan untuk menerima Anda menjadi bagian dari perusahaan kami. Selamat tuan Kim Seokjin anda diterima di posisi yang anda lamar sebagai Secretary to Chief Executive Officer Hwan Corp Company.

Seokjin mematung sejenak. Penantiannya berakhir. Dia akan bekerja lagi. Dia bukan pengangguran lagi.

Menarik nafas pelan dan menampilkan senyum untuk dirinya sendiri "Terima kasih banyak Pak atas kesempatan yang sangat berharga ini. Saya akan melakukan yang terbaik untuk perusahaan ini." Jawab Seokjin tenang.

Boss Kim Vs Secretary KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang