14

1.3K 166 17
                                    

"Seokjin, cepat ke kamarku! Kepalaku sakit." Ucap orang dari seberang telpon Seokjin. Seokjin tidak sempat membalas ucapannya karena telponnya sudah dimatikan sepihak oleh orang itu.

"Jungkook-ah, kau tidurlah dulu yah. Hyung akan menyusul nanti."

"Tidak mau. Hyung harus di sini menemaniku, setidaknya sampai aku tertidur." Jungkook menahan lengan Seokjin yang ingin beranjak meninggalkan ranjang tempat tidurnya.

Benar Seokjin tidak bisa meninggalkan Jungkook sendirian, Jungkook bisa mimpi buruk dan berkhayal yang tidak-tidak karena dirinya sekarang sedang terguncang. Seokjin akan menemani Jungkook dulu setelah itu baru pergi menemui Namjoon. Astaga! Apakah Seokjin sekarang sudah beralih profesi menjadi babysitter dua bayi besar?

Seokjin menghela nafas singkat, "Baiklah, hyung akan temani. Sekarang pejamkan matamu." Ucap Seokjin seraya menepuk-nepuk lembut punggung Jungkook.

Setelah kurang lebih 25 menit, Seokjin dapat melihat nafas Jungkook yang sudah teratur dan pejaman mata yang damai. Seokjin turun dari ranjang dan berniat menemui Namjoon singkat, sekedar memastikan keadaannya.

Di balik pintu kamar Namjoon, Seokjin dapat mendengar samar-samar suara dua orang yang nadanya agak meninggi. Seokjin mengetuk pintu sekali, dua kali, tapi tetap tidak ada yang membuka. Seokjin pun mencoba membuka sendiri dan ternyata pintu tidak dikunci. Seokjin berdehem canggung karena mendapat perhatian penuh dari dua orang yang sedang saling berhadapan ini.

"Oh... karena dia kau ingin aku pulang?"

Seokjin menaikkan satu alisnya bertanda tidak mengerti situasi seperti apa yang sedang dia hadapi sekarang.

"Kepalaku sakit Ryu, jangan membuatku marah. Pulanglah sana!"

Ryu tidak menghiraukan ucapan Namjoon, Ryu berjalan mendekati tempat di mana Seokjin berdiri.

"Kau— apa yang kau lakukan di sini? Wahh, kau pasti ingin memanfaatkan kesedihan Namjoon untuk menarik perhatiannya kan? Kurasa kau sudah tahu Namjoon itu milikku. Jadi berhenti mencoba menarik perhatiannya!" Ryu menatap Seokjin sengit. Ryu dapat merasakan dari tatapan, perhatian, dan gesturnya. Namjoon tertarik pada orang yang sedang berada di hadapannya ini dan Ryu tidak akan membiarkan hal yang lebih akan terjadi.

"Maaf, aku tidak mengerti maksud ucapanmu? Tapi, bukankah ucapanmu itu terlalu berlebihan?"

Ryu mendelik tajam, "Kau ini bodoh atau pura-pura bodoh? Kau tidak mengerti huh? Mau kujelas—

"Ryu! Pulang!" Perintah Namjoon, ia menarik tangan Ryu menuju pintu kamarnya.

"Lepas Namjoon-ah. Aku tidak mau pulang." Ryu mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman kuat Namjoon.

Namjoon melepas cengkramannya dari tangan Ryu, ketika dia sudah bisa mengeluarkan Ryu dari kamarnya.

"Kumohon pulanglah, kau hanya membuat kelapaku bertambah pening Ryu. Pulang yah, minta pak Lee mengantarmu pulang." Ujar Namjoon, dia tidak berbohong mengenai kepalanya yang bertambah pening. Dia merasa seperti ada batu besar di atas kepalanya, sangat berat.

"Tapi Namjoon-ah aku— Namjoon-ah!!" dan Namjoon hanya dapat mendengar samar teriakan Ryu di balik pintu yang ditutupnya.

"Kurasa sikapmu itu terlalu kasar untuk seorang kekasih." Suara Seokjin membuat Namjoon berjalan mendekatinya.

"Diamlah." Jawab Namjoon singkat dan berjalan lagi untuk menuju ranjang tidurnya.

Seokjin mengedikkan bahunya singkat, "Aku hanya beropini."

Seokjin memerhatikan Namjoon yang sudah merebahkan tubuhnya sambil sesekali memijat tipis kening dan kepalanya.

"Eung apa kau tidak punya obat untuk mengobati sakit kepalamu itu?"

Boss Kim Vs Secretary KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang